Amin Yusuf, S.Pd., M.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
FENOMENA PENGGUNAAN AKU & SAYA DALAM BERBAHASA INDONESIA

FENOMENA PENGGUNAAN AKU & SAYA DALAM BERBAHASA INDONESIA

Berdasarkan pemaparan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2016, definisi "aku" adalah pronomina yang berbicara atau yang menulis (dalam ragam akrab); diri sendiri, saya. Dalam Kamus Thesaurus, "aku" merupakan pronomina yang bersinonim dengan abdi, ai, ajeh, ambo, ana, awak, aye, beta, ego, gua, gue, hamba, kawula, patik, sanda, saya, sini yang berantonim dengan engkau dan kamu.

Realitas Penggunaan Kosakata “Aku” dan “Saya”Berikut ini kami sajikan beberapa fakta penerapan bahasa Indonesia, khususnya berkaitan dengan penggunaan kosakata “Aku” dan “Saya” dalam interaksi sosial di masyarakat.Realitas Pertama (Sumber: http://www.kompasiana.com)Dalam sebuah forum saya pernah di tegur karena sering menggunakan bahasa Aku bila menyebut diri saya sendiri, jadi dari teguran itu membuat saya berpikir berhari-hari untuk memecahkan pokok permasalahanya. Bagi saya pribadi tidak terlalu mementingkan kata -kata tersebut toh intinya saya atau aku adalah kata tunggal yang menyatakan Subjek. Akan tetapi di lain sisi kadang ada pertimbangan-pertimbangan lainnya dalam penggunaan kata Aku dan Saya itu.

Menurut saya pribadi tidak masalah selama cara orang itu menggunakan kata aku dan saya dalam bahasa yang baik tanpa memandang jabatan ataupun sifat merendahkan diri. Masih menurut saya pribadi saya menggunakan kata Aku pada saat itu karena saya merasa sudah akrab dengan anggota forum dan saya anggap mereka adalah teman-teman akrab meski hanya tiap minggu ketemunya.

Saya pernah membaca di sebuah blog, di situ penulisnya mengatakan kalau kata "Aku" digunakan untuk menunjukkan status yang lebih tinggi daripada lawan bicara atau minimal setara dengan orang yang diajak bicara, aku lebih egaliter dibanding saya. Jadi, kalau dalam contoh di atas seorang bawahan yang menggunakan kata aku pada atasannya bsa dianggap tidak sopan, sebaliknya jika atasan menggunakan aku pada bawahannya akan dianggap wajar.

Bagi saya kritikan sangat bagus bila sang pengkritik mengerti tempat, jadi mengkritik bukan hal yang untuk di pamerkan dalam arti si pengkrtik menggurui orang yang di kritik apalagi di depan umum. Pernah juga saya di kritik karena di umum menyebutkan kata kalian, dengan alasan banyak di antara mereka adalah orang yang usianya lebih tua dariku, dan orang itu menyuruh saya menggunakan kata saudariku.

Pusing juga ya bila sering di kritik, meski kritik itu juga bisa buat masukan untuk mengkoreksi diri agar lebih baik. Mudah-mudahan saya bisa belajar dari mereka dan buat siapa saja yang telah mengkeritik saya , saya ucapkan banyak terima kasih. Semoga juga dengan adanya tulisan saya ini tidak ada yang tersinggung karena maksud saya menulis ini adalah suasana dan kondisi hati saya pribadi tidak dapat dibaca orang lain. Just be Possitive Thinking sajalah. (dikutip dari laman “Penggunaan Kata Aku dan Saya” http://www.kompasiana.com, 15 November 2011)

Realitas Kedua (Sumber: http://www.wuddan.mywapblog.com)Menulis merupakan suatu kegiatan yang bisa dibilang susah-susah gampang, gampang-gampang susah. Tergantung orangnya mungkin ya? Aku sendiri menganggap menulis sebagai kesenangan, aku akan menulis kalau aku ingin menulis. Kalau nggak mau, walau dipaksa bagaimanapun, dengan embel-embel apapun, tetap tidak mau. Kalaupun akhirnya harus menulis juga tentu hasilnya gak sebaik ketika melakukannya dengan kemauan dan sepenuh hati.

Biasanya jika ada inspirasi, keinginan menulis itu muncul dengan sendirinya. Apalagi ketika terpikir, ‘Wah, kalo nggak segera dicatet ntar hilang nih inspirasi.’ Akhirnya dengan sendiri kata-kata mengalir deras dari pikiran dan teraplikasi lewat jari-jari. Namun entah disadari atau tidak, mungkin saking banyaknya ide tumpang tindih di kepala penulis dan terlalu asyik mengukir aksara, hingga kadang kurang memperhatikan penggunaan kata

Setiap penulis tentu akan berusaha menyeret pembaca agar terhanyut dalam penuturannya, termasuk menulis di blog. Memang menulis di blog tak seperti ketika mengerjakan karya tulis yang sifatnya resmi dengan bahasa baku yang baik dan benar. Menulis di blog lebih ‘cair’, bisa bebas lah istilahnya. Tapi bukan berarti seenaknya tanpa memikirkan kenyamanan pembaca dalam menikmati karyanya. Ketidak-tepatan dalam pemilihan kata bisa jadi membuat tulisan kurang menarik karena ada yang mengganjal ataupun menjanggal. Aneh?

Hal seperti ini mungkin sering kita temui, misalnya saja penggunaan kata ‘aku’ atau ‘saya’ dalam sebuah tulisan. Kiranya tidak masalah seorang penulis mau menggunakan kata ganti pertama aku atau saya dalam sebuah artikel. Bahkan sah-sah saja ketika penulis menyebut dirinya dengan penulis, admin, ane, gue, atau apapun yang dia suka untuk menggambarkan dirinya. Semuanya sama-sama penulis.

Kadang yang membuat bingung, ketika penulis menggunakan kata ganti orang pertama secara bersamaan atau campur aduk. Misal: Hari ini saya dapat inspirasi lagi untuk menulis, inspirasi itu ternyata gak sepelit yang kukira. Asalkan kita jeli memperhatikan setiap peristiwa yang terjadi di sekitar kita, saat melihat situasi, maupun dari pengalaman sendiri. Semuanya bisa jadi sumber inspirasi dalam tulisan. Bahkan ketika aku sedang blog-walking membaca artikel-artikel update, saya mendapat inspirasi saat mengamati beragam tulisan. Seperti dalam penggunaan kata ‘aku’ atau ‘saya’ yang digunakan dalam setiap artikel.

Ketika membaca contoh ini tentu kesannya akan kehilangan roh dari tulisan dan merasa tidak berpendirian ketika bertemu dengan aku dan saya yang digunakan penulis secara bergantian.

Bagaimana tanggapan Anda? Kurasa ini bukan masalah benar atau salah, pantas atau tidaknya, penulis bebas mau memakai kata ‘aku’ atau ‘saya’ di setiap tulisannya. Aku sendiri juga penulis awam, gak banyak pengalaman. Hanya berbekal pengetahuan EYD seadanya yang didapat dibangku sekolah. Ini opini saja lho, tentang ‘aku’ atau ‘saya’ terserah penulis, yang penting bisa konsisten. Menggunakan ‘aku’ ya ‘aku’ sampai akhir, pun dengan ‘saya’.

Selain itu juga perlu melihat kepada jenis tulisan apa yang ditulis, menyesuaikan. Dan mungkin lebih kepada ‘sreg’ atau nggaknya penggunaan kata tersebut. Masing-masing kita bisa menilai. (Dikutip dari laman “Antara Aku dan Saya” http://www. wuddan.mywapblog.com, 28 Juli 2013)

Realitas Ketiga (Sumber: http://www.princes-school.com)Berbahasa yang baik dan benar juga merupakan cerminan suatu sopan santun selayaknya orang yang berbudaya. Pengenalan sopan santun ini sangat penting dimulai dari usia dini. Secara tidak sadar, anak-anak kita, baik di sekolah maupun di rumah telah salah mengartikan penggunaan kata aku secara tidak tepat dan keliru.

Kita harus menyadari bahwa suatu bahasa mempunyai hubungan erat dengan akar budaya dan tata karma dari pengguna bahasa tersebut. Penggunaan kata aku yang benar adalah untuk menunjukkan keakraban dan hanya dipakai terbatas pada sesama kawan sebaya dan bukan digunakan terhadap lawan bicara yang jauh lebih tua, seperti terhadap guru, orang asing maupun orang tua. Sebagai gantinya, sebaiknya kita menggunakan kata yang lebih sopan, yaitu: saya.

Distorsi bahasa ini telah berlangsung secara tidak disadari baik oleh para orang tua murid ataupun pendidik. Hal ini mungkin karena banyaknya guru-guru kita yang berasal dari daerah tertentu dimana kata aku lebih sering dan umum digunakan di dalam percakapan sehari-hari.

Namun dalam konteks tertentu pengunaan kata aku secara tidak tepat ini dapat merugikan anak-anak kita sendiri. Seperti misalnya, saya menyaksikan sendiri dimana seorang siswa Indonesia dianggap kurang ajar dan tidak sopan saat berbicara dengan seorang pejabat di sebuah kantor pemerintah. Sebetulnya anak ini sama sekali tidak menyadari bahwa yang membuat pejabat itu tersinggung adalah karena dia menggunakan kata aku yang dirasakan sangat tidak sopan oleh Bapak tersebut.

Masih banyak lagi contoh-contoh yang kurang baik yang terjadi tanpa disadari hanya karena penggunaan kata aku yang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, gunakanlah kata aku (yang lawan katanya adalah engkau atau kamu) hanya terbatas pemakaiannya antara teman sebaya, di dalam puisi, lagu dan untuk kalangan yang dirasa sangat akrab saja dan gunakan kata saya apabila anda berbicara, menulis surat, atau bercakap-cakap dengan orang yang belum/ baru dikenal, kalangan yang lebih tua, guru mapun kepada kedua orang tua kita.

Kepada semua pendidik dan orang tua, marilah kita kembalikan kata saya yang sempat hilang kepada anak-anak didik dan lingkungan kita. (dikutip dari laman “Penggunaan Bahasa yang Lebih Baik, Aku dan Saya” http://www.princes-school.com, 15 Maret 2015)

Penggunaan Kosakata “Aku” dan “Saya” yang TepatDalam penggunaan kata “aku’’ dan “saya’’ dalam berbahasa Indonesia, digunakan pada saat yang tepat, tergantung lawan yang diajak bicara. Penggunaan kata “aku’’ sebagai kata ganti orang pertama tunggal, menunjukkan status yang lebih tinggi, lebih tua usianya, atau setingkat dengan lawan bicara, atau penggunaan dalam komunikasi searah seperti puisi, lagu, dan lainnya.

Dalam penggunaannya kata “aku’’ selalu digunakan oleh Allah di dalam al-Qur'an sebagai kata ganti tunggal menyebutkan diri-Nya. Tuhan dalam agama Islam dan Kristen menggunakan kata “aku’’ karena status Tuhan lebih tinggi dibandingkan dengan umat-Nya. Dalam penulisannya kata 'aku' untuk "Tuhan" atau “Allah’ huruf A-nya selalu ditulis dengan huruf besar, baik di depan maupun di tengah kalimat.

Sedangkan penggunaan kata 'saya' sebagai kata ganti orang pertama tunggal lebih tepat digunakan kepada seseorang yang statusnya lebih rendah kepada atasan, dan kata “saya’’ terdengar lebih santun, hangat dan luwes dibandingkan dengan kata “aku’’. Kata “saya’’ dalam KBBI dijelaskan berasal dari frasa “hamba sahaya’’.Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik dua kesimpulan. Pertama, penggunaan kata “aku’’ dan “saya’’ dalam berbahasa Indonesia, digunakan pada saat yang tepat, tergantung lawan yang diajak bicara. Penggunaan kata “aku’’ sebagai kata ganti orang pertama tunggal, menunjukkan status yang lebih tinggi, lebih tua usianya, atau setingkat dengan lawan bicara, atau penggunaan dalam komunikasi searah seperti puisi, lagu dan lainnya. Keuda, Penggunaan kata 'saya' sebagai kata ganti orang pertama tunggal lebih tepat digunakan kepada seseorang yang statusnya lebih rendah kepada atasan, dan kata “saya’’ terdengar lebih santun, hangat dan luwes dibandingkan dengan kata “aku’’. Kata “saya’’ berasal dari frasa “hamba sahaya’’.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih ilmunya pak. Jadi tambah wawasan

18 Jun
Balas

Penggunaan kata "aku" dan "saya" memang sudah mewabah dikalangan generasi muda kita. Kecenderungan mereka menggunakan kata "aku", "gue" dan "lu" membuat sy geram. Sy juga sering mengingatkan mereka akan penggunaan kata-kata tsb bahkan sampai saya tulis di fb sy dengan topik "aku" ya walaupun dalam bentuk spt puisi yang mungkin kebanyakan dr mereka akan mengira bahwa tulisan itu adalah untuk saya pribadi padahal bukan. Kesalahkaprahan inilah yg memang harus kita perbaiki bersama bukan hanya tanggung jawab guru bahasa Indonesia saja. Semoga dengan ilmu yang bapak sampaikan ini dapat membuka wawasan kita semua untuk lebih bijak dalam memilih kata-kata. Terima kasih atas ilmunya. Semoga barokah. Amin.

18 Jun
Balas

Menurut saya penggunaan kata "saya" adalah bentuk formal dalam berbahasa. Sementara kata "aku" menunjukkan kedekatan dengan lawan bicara. Mungkin ada juga di sebagian masyarakat menggunakan kata "aku" jadi memiliki strata lebih tinggi. Bisa jadi.

18 Jun
Balas

Terima kasih ilmunya pak. Kadang saya merasa gak sreg utk menulis/mengucapkan aku dan kamu, maklum..lahir dan besar di Jogja, tingkatan berbahasa mjd sangat berarti...

18 Jun
Balas

Mantap jadi tambah ilmu tks ya..

18 Jun
Balas

Alhamdulillah, terima kasih ilmunya

18 Jun
Balas



search

New Post