Amin Yusuf, S.Pd., M.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KUPAS TUNTAS LIRIK LAGU “BAHAS BAHASA” KARYA BARASUARA

KUPAS TUNTAS LIRIK LAGU “BAHAS BAHASA” KARYA BARASUARA

Barasuara terbentuk sejak tahun 2011. Band ini diinisiasi oleh Iga Massardi (vokalis sekaligus gitaris) yang kemudian mengajak koleganya, TJ Kusuma (gitar), Gerald Situmorang (basis), Marco Steffiano (drumer), Carbini Asteriska (vokal latar), dan Puti Chitara (vokal latar) untuk bergabung. Selang waku 4 tahun, Barasuara telah melahirkan album perdananya yang berjudul taifun.Debut album Barasuara ini diberi judul Taifun dengan sembilan buah lagu diantaranya “Bahas Bahasa”, “Api & Lentera”, “Sendu Melagu”, “Tarintih”, “Nyala Suara” yang sering dibawakan Barasuara saat tampil di atas panggung. Kelima lagu tersebut sudah sering dihujani nyanyian massal dari para penonton. Selain itu, masih ada empat lagu lainnya seperti “Taifun”, “Menunggang Badai”, “Mengunci Ingatan”, dan “Hagia”. Proses pengerjaan materi album ini sendiri menghabiskan waktu selama 3 tahun.Nada-nada unik menghiasi setiap lagunya yang mengawinkan dua aliran musik jenis rock dengan folk. Hasilnya memang terdengar megah dan padu, Barasuara mampu menyatukan berbagai suara alat musik menjadi sebuah karya luar biasa. Selain itu, lirik lagu Barasuara hasil ‘buah tangan’ Iga Massardi semakin menguatkan musikalitas band asal ibukota ini.Berikut ini akan dibahas analisis kebahasaan dari lirik lagu “Bahas Bahasa” karya Barasuara yang diciptakan oleh Iga Massardi ditinjau dari unsur antropologi, sosiologi, dan linguistik. Audio visual lagu ini dapat dilihat dan dinikmati di kanal Youtube https://youtu.be/eOQ7aFm6gpo Analisis Unsur Antropologi Bahasa “Bahas Bahasa”Antopologi lingustik adalah salah satu cabang linguistik yang menelaah hubungan antara bahasa dan budaya terutama untuk mengamati bagaimana bahasa itu digunakan sehari-hari sebagai alat dalam tindakan bermasyarakat. (Lauder, 2005: 231) Antropologi biasa juga disebut etnolinguistik menelaah bahasa bukan hanya dari strukturnya semata tapi lebih pada fungsi dan pemakaiannya dalam konteks situasi social budaya. Kajian antropologi linguistik antara lain menelaah struktur dan hubungan kekeluargaan melalui istilah kekerabatan, konsep warna, pola pengasuhan anak, atau menelaah bagaimana anggota masyarakat saling berkomunikasi pada situasi tertentu seperti pada upacara adat, lalu menghubungkannya dengan konsep kebudayaannya.Contoh: tindak tutur pendeta “dengan ini, kalian saya nyatakan sebagai suami istri” adalah sebuah tindakan melalui bahasa ysng mempunyai otoritas dalam masyarakat untuk mengukuhkan sepasang pengantin menjadi sepasang suami istri yang sah secara hokum dan terterima oleh masyarakat.Malinowski (dalam Hymes, 1964:4) mengemukakan bahwa melalui etnolinguistik kita dapat menelusuri bagaimana bentuk-bentuk linguistic dipengaruhi oleh aspek budaya, social, mental, dan psikologis; apa hakekat sebenarnya dari bentuk dan makna serta bagaimana hubungan keduanya. Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi cenderung dipandang sebagai fungsi kontrol atau suatu tindakan untuk saling mempengaruhi partisipan dalam suatu pertuturan.Budaya Indonesia sendiri dilihat melalui interdisipliner antropolinguistik, ditegaskan bahwa sistem nilai budaya Indonesia mempunyai pengaruh yang besar atas penggunaan kata ganti orang atau pronominanya. Sesuai dengan teori komunikasi, komunikator dan komunikan komitmen dalam hubungan simetris atau hubungan asimetris. Terjadinya hubungan simetris karena ada kesamaan status sosial, perbedaan mengakibatkan kehadiran asimetris.Pronomina ketiga tunggal ia/ dia berlaku dalam hubungan simetris, namun kata beliau yang fungsinya sama dengan ia/ dia hanya dipakai untuk asimetris sehubungan nilai budaya hormat. Kata beliau diperuntukkan terhadap dia yang status sosialnya tinggi: Baru-baru ini Presiden SBY mengunjungi kedua SD Negeri. (1) Ia sempat mengajar anak-anak. (2) Beliau sempat mengajar anak-anak. Kalimat (1) diucapkan oleh orang yang baru belajar.Walaupun pronomina pertama saya dan aku bersinonim, dalam praktik aplikasinya berbeda. Sebab timbul hubungan simetris/ asimetris terhadap pronomina saya, "Permisi, Pak, saya akan membezuk anak sedang sakit," kata pegawai kepada atasannya. "Aku tak sanggup menyelesaikan soal akhir, Bu" ujar siswa kelas 3 SMA kepada gurunya. Sikap ini menunjukan perilaku tidak tahu adat, dan menganggap dirinya setaraf.Pronomina kami mempunyai arti (a) komunikator jamak seperti "Ayah, ibu, adik tergabung menjadi Kami bertiga akan berpiknik; (b) sama dengan makna saya ialah honorifiks mayestatis. Biasanya komunikator bertindak sebagai ketua/ wakil ketua/ pemimpin/ kepala misal "Kami (= saya) mengucapkan selamat atas kehadiran bapak/ ibu," kata direktur SMA. Tetangga berujar, "Kami tidak mengizinkan ibumu lewat sini." kata ayahnya membujuk anaknya. Khusus untuk pronomina jamak kami tidak melibatkan komunikan hanya jumlah komunikator banyak..Berdasarkan tinjauan di atas, maka lirik lagu “Bahas bahasa” karya Iga Massardi secara budaya dan peradaban telah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa acuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan khalayak. Akan tetapi, perlu dicermati dalam hal penggunaan pronomina dalam lirik lagu tersebut. Perhatikan tulisan yang bergaris bawah pada lirik “Bahas Bahasa” berikut ini.

Bait Pertama (1)O! Itu tak kau lihat tak kau raguPeluh dan peluru hujam memburuBahasamu bahas bahasanyaLihat kau bicara dengan siapaBait Kedua (2)Lidah kian berlari tanpa hentiTanpa disadari tak ada artiBahasamu bahas bahasanyaLihat kau bicara dengan siapaBaik Ketiga (3)Makna-makna dalam aksaraMakna mana yang kita belaMakna-makna dalam aksaraMakna mana yang kita belaBait Keempat (4)Berlabuh lelahkuDi kelambu jiwamuBerlabuh lelahkuDi kelambu jiwamu

Iga Massardi selaku pencipta lirik lagu “Bahas Bahasa” cenderung lugas dan tegas dalam menyampaikan pesan pada lirik tersebut, terutama dalam hal pemilihan pronomina yang ditampilkan dalam lirik lagu tersebut, seperti kau, mu, ku. Pemilihan kata ini menurut penulis dirasa sesui dalam konteks sebuah karya seni berupa lirik lagu yang dilantunkan/ nyanyikan.Dalam penggunaan pronomina “aku’’ dan “saya’’ dalam berbahasa Indonesia, harus digunakan pada saat yang tepat, tergantung lawan yang diajak bicara. Penggunaan kata “aku’’ sebagai kata ganti orang pertama tunggal, menunjukkan status yang lebih tinggi, lebih tua usianya, atau setingkat dengan lawan bicara, atau penggunaan dalam komunikasi searah seperti puisi, lagu dan lainnya. Penggunaan kata 'saya' sebagai kata ganti orang pertama tunggal lebih tepat digunakan kepada seseorang yang statusnya lebih rendah kepada atasan, dan kata “saya’’ terdengar lebih santun, hangat dan luwes dibandingkan dengan kata “aku’’. Kata “saya’’ berasal dari frasa “hamba sahaya’’.Analisis Unsur Sosiologi Bahasa “Bahas Bahasa”Fishman (dalam Pateda, 1987: 2) beranggapan, bahwa istilah sosiolinguistik dan sosiologi bahasa merupakan dua hal yang berbeda. Sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif, sedangkan sosiologi bahasa bersifat kuantitatif. Artinya, sosiolinguistik mementingkan pemakaian bahasa oleh individu-individu dalam konteks sosialnya, maka sosiologi bahasa mementingkan keragaman bahasa sebagai akibat pelapisan sosial yang terdapat dalam masyarakat.Sosiologi bahasa kajiannya bersifat kuantitatif, penelitiannya dimasuki dari bidang sosiologi, dan lebih berhubungan dengan faktor-faktor sosial yang saling bertimbal balik dengan bahasa atau dialek. Contohnya: perkembangan bilingualisme, perkembangan pembakuan bahasa dan perencanaan bahasa di negara-negara berkembang. Fishman dalam bukunya menggunakan istilah sociolinguistics pada tahun 1970. Namun, pada tahun 1072 Fishman menggunakan nama Sociology of Language. Jadi, sosiolinguistik dan sosiologi bahasa sangat berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.Berdasarkan tinjauan di atas, maka lirik lagu “Bahas bahasa” karya Iga Massardi secara sosiologi bahasa telah menggunakan bahasa lugas dan jelas walaupun dibalut nuansa puitis dan sastrawi tingkat tinggi. Bahasa yang digunakan cenderung sarat makna yang bertujuan menyindir dan menyinggung pihak-pihak tertentu di ranah jenjang sosial kemasyarakatan. Perhatikan kutipan lirik di bawah ini.Lidah kian berlari tanpa hentiTanpa disadari tak ada artiBahasamu bahas bahasanyaLihat kau bicara dengan siapaEmpat baris kutipan lirik di atas mengambarkan citra pendengaran dan perasaan yang tegas tentang hubungan dua jenjang sosial masyarakat yang berseteru tanpa ada kejelasan solusi jitu. Selain itu, Dari hasil analisis data penulis penemukan hanya terdapat satu jenis alih kode yakni alih kode ekstern, baik peralihan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia ataupun dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Serta beberapa maksud peralihan tersebut terjadi yakni sebagai penyelaras bunyi nada lagu, sebagai pengulangan, sebagai ajakan yang ditujukan kepada pendengar.Ohoiwutun (2007: 71) mengatakan alih kode (code switching), yakni peralihan pemakaian dari suatu bahasa atau dialek ke bahasa atau dialek lainnya. Alih bahasa ini sepenuhnya terjadi karena perubahan-perubahan sosiokultural dalam situasi berbahasa. Perubahan-perubahan yang dimaksud meliputi faktor-faktor seperti hubungan antara pembicara dan pendengar, variasi bahasa, tujuan berbicara, topik yang dibahas, waktu dan tempat berbincang.Lebih lanjut Apple dalam Chaer (2010: 107) mengatakan, alih kode yaitu gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi. Ditambahkan oleh Hymes bahwa alih kode bukan hanya terbagi antar bahasa, tetapi dapat juga terjadi antar ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Perhatikan bait 1 pada lirik lagu “Bahas Bahasa” berikut ini.O! Itu tak kau lihat tak kau raguPeluh dan peluru hujam memburuBahasamu bahas bahasanyaLihat kau bicara dengan siapaSebagai kata pembuka, lirik lagu tersebut menggunakan bahasa Inggris. Ini dilakukan untuk menyapa pihak yang dimaksud dengan kata seru “O!” yang artinya “he, hai, wahai”. selanjutnya ketika masuk pada kata kedua dan seterusnya, lirik lagu tersebut beralih dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Ada dua sebab mengapa peralihan bahasa ini dilakukan, 1. Karena penutur (penyanyi) tersebut adalah orang Indonesia maka ia menggunakan bahasa Indonesia agar lawan tutur dan pendengar dapat mengerti maksud yang diutarakan. 2. Bahasa Inggris hanya digunakan sebagai kata seru sapaan yang berperan sebagai pembuka, namun ketika penutur ingin mengungkapkan inti cerita dari lirik tersebut maka ia beralih ke bahasa lain yaitu bahasa Indonesia.Dari penjabaran tadi dapat dilihat peralihan kode yang terdapat pada 1 bait tersebut adalah peralihan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Peralihan bahasa seperti ini dapat disebut dengan alih kode ektern.Menurut Chaer (2010: 114), alih kode dibagi menjadi dua jenis yaitu, alih kode intern dan alih kode ekstern. Alih Kode Intern yaitu alih kode yang berlangsung antar bahasa sendiri, seperti dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, atau sebaliknya, Sedangkan alih kode ekstern yaitu alih kode yang terjadi antara bahasa (salah satu bahasa atau ragam yang ada dalam verbal repertoir masyarakat tuturnya) dengan bahasa asing. Contohnya bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, atau sebaliknya.Analisis Unsur Linguistik “Bahas Bahasa”Sebelum merilis albumnya, Barasuara lebih dulu menyebarkan single pertama dari debut albumnya yang berjudul “Bahas Bahasa” pada pertengahan September 2015 lalu lewat video lirik “Bahas Bahasa” yang disutradarai sendiri oleh Iga Massardi bersama Puti Chitara. Dalam pembuatannya, Iga dibantu Akhmad Aditya Reynanto dan Ario Kiswinar Teguh dari PEPA untuk menulis dan membuat ilustrasi liriknya. Lirik “Bahas Bahasa” sendiri diciptakan oleh pentolan Barasuara, Iga Massardi dan lagu ini mendapatkan penghargaan AMI (Anugerah Musik Indonesia) Awards 2016 sebagai kategori Karya produksi alternatif terbaik (Juni Records).Menurut penulis, Iga Massardi pandai memilih judul “Bahas Bahasa” yang terbilang unik dan mudah diingat. Setelah membaca judul lagu tersebut muncul pertanyaan, apakah Iga akan membahas mengenai bahasa Indonesia? Pada dua baris pertama lirik lagu tersebut menggambarkan realitas saat ini yakni kemudahan memperoleh informasi membuat kita dengan mudah terperangkap dengan hal-hal yang tabu dan belum tentu benar (kabar burung). Parahnya, kita tidak kritis terhadap informasi tersebut dan mempercayai informasi tersebut tanpa menelaah dengan cermat lebih lanjut. Perhatikan kutipan lirik lagu “Bahas Bahasa” berikut ini.O! Itu tak kau lihat tak kau raguPeluh dan peluru hujam memburuBahasamu bahas bahasanyaLihat kau bicara dengan siapaKata “peluru” pada kutipan lirik lagu di atas bersifat konotatif. Peluru melambangkan bahaya dan cepatnya informasi yang mampu membunuh intelektual seseorang karena memperoleh informasi yang salah. Lirik lagu ini secara keseluruhan menggambarkan situasi adu mulut yang tak menghasilkan apa-apa. Seringnya kita melihat perseteruan argumentasi tanpa henti dan tanpa arti. Mereka hanya berkutat pada omong kosong yang semakin dalam dan menghabiskan waktu dan pikiran.Masalah yang digambarkan Iga pada lirik lagu ini menjelaskan situasi politik yang sering beradu mulut tanpa sebuah resolusi yang pasti. Situasi tersebut dijelaskan dalam kalimat “Bahasamu bahas bahasanya”. Adu mulut tanpa henti karena yang dibahas tidak pernah selesai, saling meninggikan derajatnya satu sama lain seperti dalam lirik “Lihat kau bicara dengan siapa”. Selain itu, Iga Massardi juga tidak hanya memberikan gambaran situasi adu mulut tetapi juga mencoba mencari jalan keluar pada masalah yang terjadi. Hal tersebut dapat dilihat dari makna lirik lagu pada kutipan “Bahas Bahasa” berikut ini.Berlabuh lelahkuDi kelambu jiwamuBerlabuh lelahkuDi kelambu jiwamuEmpat baris kalimat tersebut menjadi solusi yang ditawarkan oleh sang pencipta lagu dalam liriknya. Apa makna yang terkandung? Menurut penulis, Iga Massardi menghendaki setiap pihak yang berkonfik/ berdebat/ berselisih paham sebaiknya ada pihak yang mengalah agar permasalahan segera mereda.Mengalah tak selalu kalah, bisa jadi mengalah dalam rangka meraih kemenangan di kemudian hari. Sudah saatnya kita saling menerima satu sama lain jika ada perbedaan maka bukan berarti kita harus memaksakan kehendak.Perseteruan berakhir ketika kita saling introspeksi diri dan melihat hati masing-masing. Kita sering membahas mana yang lebih benar tapi terkadang kita juga harus menerima apa yang mereka percaya. Sesuatu apa pun bisa berbeda dalam penafsirannya tergantung apa yang kita percayai dan sejauh mana referensi pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki. Semoga Bermanfaat.

Daftar RujukanAliah Darma, Yoce. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: CV. Yrama Widya.Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.Anonim. 2015. Sekilas Tentang Analisis Wacana Kritis. Laman http://www.kompasiana.com. Samarinda, 19 Juni 2017Baihaqi, Rasyid. Menilik Makna Lirik “Bahas Bahasa” Barasuara. Laman http://www.gilanada.com/menilik-makna-lirik-bahas-bahasa. Samarinda, 19 Juni 2017.Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka CiptaDuranti, Alessandro. 1997. Linguistik Antropologi. Combridge: Universitas PressEriyanto. 2009. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT. LkiS.Kridalaksna, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: GramediaM.S, Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.Ohoiwutun, Paul. 2007. Sosiolinguistik Memahami Bahasa dalam Konteks Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta : Kesaint Blanc.Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.Perman, Ekasiwi. 2013. Pengertian Sosiolinguistik, Dialektologi, dan Etnolinguistik. http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/pengertian-sosiolinguistik-dialektologi-dan-etnolinguistik. Samarinda, 19 Juni 2017.Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren tulisannya, saya juga baru tahu, inspiratif sekali, semoga ada cerita baru lagi yang belum kami ketahui terima kasih..

19 Jun
Balas

Cerita bahasa dan lagunya ok buat saya yang awam.

19 Jun
Balas

Ah, Pak Yudha selalu begitu. Suka merendah. :)

19 Jun

Saya tinggalkan jejak di tulisan ini. Pembahasan seputar bahasa Indonesia memang sangat menarik. Terlebih lagi pada orang-orang yang pernah menyelesaikan kuliah pada bidang bahasa Indonesia dan daerah, seperti saya.

19 Jun
Balas



search

New Post