Kemarau di Rimba
.
.
.
#451
#849
(349)
.
.
.
Kemarau sangat panjang
Kendi-kendi bergelontengan
Tempayang, kali berpandang hampa
.
Setitik embun laksana mutiara
Kemilaunya berkasat mata
Air keruh penyapu dahaga
.
Hutan ini sedang kemarau panjang
Penghuninya resah gelisah
Entah sampai kapan
.
.
.
Aekkanopan, 1892022
Labura, Sumut
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hutan saja sampai kemarau, mengerikan. Puisi yang mantap, Bun
Puisi indah Bunda Sri, semoga tidak berkepanjangan, sehat dan bahagia selalu.