Deswati

Pagi itu saya dan teman-teman sudah bersiap menuju lokasi demo. Saya dan teman-teman hari itu akan menghadiri demo di kota ini, untuk yang ket...

Selengkapnya
Navigasi Web
Gaduh Jika Bertanya

Gaduh Jika Bertanya

#Tagur 42 #

Gaduh Jika Bertanya

Penulis : Deswati, M. PD

Guru Alien mendorong pintu ruangan kurikulum. Maksud ke ruang restroom. Langkahnya berat di depan pintu, matanya tertuju ke siswa yang sedang berdiri tidak jauh dari pintu yang dibukanya

Rizal, Permata, dan Jordi seakan menunggu siapa yang keluar dari ruangan yang terbuka. Permata tersenyum sambil mengurut dada dengan telapak tangan. Rizal juga tersenyum, tapi keringatnya bercucuran. Guru Alien langsung menegur " ada apa nak, cari siapa? Mereka terdiam, tersenyum dan berkata " Tidak ada Bu" masa nggak ada, kok bisik bisik . Ada yang bisa ibu bantu. Guru Alien menawarkan jasanya. Dengan terbata- bata Rizal menjawab guru Alien " ada ibu Ninik Bu"?. Ada, mau apa nak, silahkan masuk. "Ndak jadi Bu". Mengapa Ndak jadi, ibunya ada di dalam, masuk aja. "Ndaklah Bu". Guru Alien semakin penasaran dengan anak didiknya.

Guru Alien menghampiri mereka bertiga, dan seakan berbisik mereka menjelaskan."Kami mau bilang ke ibu Ninik, untuk saat ini kami membuat kubus. Karena ibu belum masuk." Ya bilang aja Gak apa apa. "Tapi Bu". Kenapa, takut ya. Guru Alien menebak saja. " Iya Bu, kami menguatkan perasaan dulu jika mau bertemu sama ibu itu" Ibu Ninik tidak marah kenapa kalian takut. "Ndak takut Bu, tapi gimana gitu" sepertinya ibu Ninik memang sudah karakternya begitu" Rizal menjelaskan kata katanya. Kalau gitu ayo ibu bantu memanggilkan-nya.

Guru Alien kembali membuka pintu ruangan dan langsung mengatakan " Bu Ninik, ini siswa mencari ibu, saat itu Bu Ninik langsung menjawab " oh ya ibu masuk sekarang ya, tunggu ya. Rizal dan Permata tersenyum lega. "Syukur ibu sudah panggilkan." Guru Alien tersenyum bahagia melihat ekspresi wajah ketiga siswa itu.

Dari cerita di atas. Saya dapat menangkap kekhawatiran siswa dalam menghadapi gurunya. Siswa takut untuk berhadapan dengan gurunya, meskipun gurunya tidak marah, tetapi siswa tetap saja merasa deg degan jika akan berbicara dengan gurunya.

Guru yang jarang bergurau dengan siswanya. Serius, dan jika ada hal yang tidak disetujui oleh guru, maka guru suaranya meninggi, dan tidak menunjukan kata persahabatan, sehingga siswa menjadi tegang pikiran dan perasaan ketika berhadapan dengannya

Jika sudah begitu bagaimana cara siswa untuk memahami pelajarannya. Karena menyebut namanya saja siswa sudah membayangkan akan kejadian yang akan menimpa dirinya.

Jika sudah begitu siswa tidak memiliki cara pandang dalam.belajar dengan guru ini. Ketakutan dan kecemasan menjadikan pikiran mereka tumpul, apalagi belajar matematika.

Pekanbaru, 11 Februari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap bun.

11 Feb
Balas



search

New Post