Dra. Yasmi, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
#tantanganmenulisH19.  “CANDUANG MENDUNIA”(bag.16)  Tau Jo Nan Ampek (1)

#tantanganmenulisH19. “CANDUANG MENDUNIA”(bag.16) Tau Jo Nan Ampek (1)

“CANDUANG MENDUNIA”(bag.16)

Tau Jo Nan Ampek (1)

Dalam kehidupan sosial masyarakat di Minangkabau. Banyak hal yang dilandasi dari apa yang disebut syara’ mangato adat mamakai. Maksudnya kehidupan sosial masyarakatnya, adat dan kebudayaannya sehari-hari dilandasi oleh ajaran agama Islam.

Masyarakat Minangkabau memiliki identitas tersendiri dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Salah satu identitas tersebut dikenal dengan istilah “Tau Jo Nan Ampek”. Suatu istilah yang digunakan di Minang dalam aturan hidup dan kehidupan sosial masyarakatnya.

Kita orang Minang rasanya sering mendengar orang tua kita saat marah menyebut kata: “dasar urang nan dak tau jo ampek.”

Melalu tantangan menulis ini, saya akan mencoba sedikit-demi sedikit menggali dari beberapa literatur yang saya miliki tentang apa yang dimaksud Tau Jo Nan Ampek.

Tau Jo nan Ampek atau Pengetahuan yang Empat. Maksudnya adalah sesuatu hal yang berhubungan dengan perilaku. Perilaku yang menjadi jati diri orang Minangkabau, yang saat ini cenderung menurun ditelan masa.

Tau Jo Nan Ampek, adalah landasan orang Minangkabau dalam berbuat, berfikir ataupun bertindak. Diantaranya adalah:

1. Tau kajadian asa manusia nan ampek (tau kejadian asal manusia yang empat) yaitu air, tanah. angin dan api.

Dari kejadian tersebut Hamka (1982), menjelaskan kalau pada diri manusia ada empat indra yang sangat berperan penting yakninya telinga, mata, hidung serta mulut. Telinga dari unsur api, karena indra yang mudah tersinggung dan terpengaruh bila mendengar cemoohan, makian ataupun sindiran.

Mata dari unsur air. Sifat air adalah adil. Keadilan dapat jadi saksi. Saksi baru sah jika ada saksi mata. Dari air mata, atau sinar mata seseorang dapat kita ketahui apakah orang itu sedang bersedih atau gembira.

Hidung dari unsur angin. Berfungsi sebagai indra penciuman. Alat penunjuk adanya bau-bauan, bau harum atau busuk. Sedangkan mulut adalah unsur tanah yang sifatnya selalu menerima apa saja yang diberikan padanya dan tidak pernah menolak. Sama dengan tanah.

2. Tau Jalan Nan Ampek (tahu jalan yang empat). Yaitu jalan mendaki, jalan menurun, jalan mandatar, jalan melereng.

Jalan mendaki; merupakan isyarat tingkah laku orang yang kecil kepada orang yang lebih tua, atau dituakan. Harus dihormati, dihargai atau harus sopan dan santun.

Jalan menurun; adab yang tua ke pada yang lebih muda. Menghargai, menyayangi, dan membimbingnya ke jalan yang benar.

Jalan mendatar; tingkah laku yang baik, sopan serta santun bagi orang sebaya. Saling harga menghargai.

Jalan melereng; adalah tingkah laku dan sopan santun dalam berbicara, melalui kata kiasan, papatah dan petitih yang disampaikan pada orang yang dimaksud.

Bersambung

Bajalan bagageh-gageh

Kacondoang mato rang banyak

Kok salah jan mangareh

Nak bakawan jo urang banyak

Canduang, 7/2/2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih Bundo atas ilmu. Sebagai org minang nan gadang di rantau, hampir saja sy tak tau jo nsn ampek. Mendengar sering, tapi tak pernah tau makna sebenarnya. Ditunggu sambungannya ya Bun.

07 Feb
Balas

Mantap bundo

07 Feb
Balas



search

New Post