Eko Prasetyo

Eko Prasetyo, pemimpin redaksi MediaGuru dan penjaga gawang Majalah Literasi Indonesia. Dia menyelesaikan pendidikan S-1 Sastra Indonesia Unesa dan S-2 Ilm...

Selengkapnya
Navigasi Web
ISBN dan Mutu

ISBN dan Mutu

Ada anggapan di kalangan sebagian penulis pemula bahwa ISBN itu wajah mutu sebuah buku. Jadi, menurut mereka, apabila sebuah buku tidak ber-ISBN, buku tersebut seolah-olah tidak punya mutu.

Celakanya, penilaian itu makin kuat karena adanya aturan penilaian angka kredit terhadap buku. Jika ada ISBN, sebuah buku punya angka kredit lebih tinggi dibandingkan dengan buku yang tidak ber-ISBN.

Helloooww... Sing bener ae.

Begini saja, saya bukan bermaksud riya dan sombong. Saya ingin ngasih contoh buku saya bukan karena ingin pamer, melainkan hanya ingin memberikan contoh sahih yang paling mudah.

Dulu, pada 2009, saya pernah menerbitkan sebuah buku kebahasaan. Isinya pembahasan kasus kebahasaan dari sisi ilmu penyuntingan (editing).

Saya menerbitkannya secara terbatas. Tidak ada ISBN. Tapi, banyak redaktur dan dosen yang mengapresiasi buku tersebut.

Saat itu saya kebetulan ditunjuk sebagai anggota tim penyusun kamus untuk sebuah koran nasional. Kebetulan pula saya sedang melanjutkan studi lanjutan bahasa Indonesia.

Buku ini kemudian saya kembangkan menjadi naskah yang fokus pada kasus-kasus kebahasaan yang lazim terjadi masyarakat umum. Naskah ini kemudian dibeli PT Indeks Jakarta pada 2012. Buku ini diberi judul Keterampilan Berbahasa: Tepat Memilih Kata. Tirasnya hanya tiga ribu eksemplar waktu itu.

Nah, suatu ketika buku yang tidak ber-ISBN tersebut (koleksi yang masih tersisa) saya berikan ke seorang guru besar dari Unesa.

Beliau agak kaget karena telanjur menganggap saya hanya menerbitkan buku-buku populer. Tidak menyangka bahwa saya menulis buku seserius itu. "Ternyata bagus dan saya jadi mengetahui kesalahan-kesalahan penulisan yang selama ini saya lakukan," ujar beliau.

Atas sarannya pula, saya menerbitkan kembali buku tersebut dengan judul baru di MediaGuru pada akhir 2019. Tentu ada sedikit revisi dan penambahan pula. Tujuannya, penerima manfaat dari buku itu lebih banyak.

Saya berikan beberapa di antaranya kepada dosen S-3 Manajemen Pendidikan Unesa. Sambutannya sangat baik. Di antara mereka bahkan tidak menyangka saya bisa menulis buku seserius itu, mengingat saya dikenal suka begejekan (bahasa Surabaya: guyonan) di kelas.

Jadi, pandangan (mindset) bahwa buku yang tidak ber-ISBN itu tidak bermutu harus disisihkan. Sebaliknya, belum tentu buku yang ber-ISBN itu berkualitas tinggi. Toh, kalau mau jujur, tak sedikit buku ber-ISBN yang isinya ndak jelas.

So, nggak perlu ada dikotomi antara buku ISBN dan buku yang tidak ber-ISBN. Jangan pula mengaitkannya dengan mutu bacaannya. Sekarang saya akan tunjukkan sebuah fakta bahwa ada buku yang tidak ber-ISBN tapi pembacanya ratusan juta orang. Paspor.

Castralokananta, 24 Juli 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post