Hari ke-400

Kemarin anak kedua saya mengeluh sakit. Perasaan saya langsung tak karuan karena memang si tengah ini paling susah disuruh makan. Kalau menu tidak sesuai minatnya, ya bisa seharian ga makan. Akibatnya beberapa bulan kemarin pernah sakit yang lumayan berat. Namun memang mungkin harus sakit dulu, hikmahnya dia jadi lebih perhatian pada pola makannya hehe....

Yang saya rasakan saat tak karuan adalah langsung mual, tak nafsu makan dan mules. Walau tadinya saya sedang biasa-biasa saja.

Ketika saya baca-baca ternyata saat kita merasa gugup, tubuh akan memproduksi hormon katekolamin dan adrenalin dalam darah. Hormon ini berfungsi untuk menyiapkan tubuh agar bisa bekerja lebih keras karena adanya ancaman yang membuat kita gugup. Akibatnya, beberapa fungsi tubuh yang dianggap kurang berperan dalam melindungi diri akan diistirahatkan, salah satunya adalah sistem pencernaan. Hormon yang diproduksi saat gugup akan melepas simpanan lemak dan glukosa secara tiba-tiba sehingga kadar asam dan enzim dalam perut menjadi kacau. Inilah yang menyebabkan kita merasa mual.

Sementara itu, karena tubuh jadi menegang dan bersiap-siap untuk menghadapi ancaman, beberapa otot akan berkontraksi. Otot perut kita pun akan turut berkontraksi dan mengencang. Hal ini berisiko menekan perut sehingga muncul rasa mual seperti ingin memuntahkan sesuatu. Berbagai reaksi fisik ini bersifat spontan. Kita tidak bisa mengendalikan atau menghentikan tubuh dari proses bertahan dari ancaman, meskipun ancaman yang sebenarnya kita hadapi bersifat psikologis, bukan fisik.

Ada beberapa cara agar meredakan gejala itu, antara lain menarik nafas dalam-dalam, berfikir positif atau mengalihkan perhatian, dan tetap makan walau sedikit agar perut terisi dan mual tak makin menjadi.