Fathul hayati arlian

Saya adalah seseorang yang biasabiasa saja dilahirkan di kota Banjarbaru Kalimantan Selatan Sejak remaja saya senang deng

Selengkapnya
Navigasi Web

DI DUSUNKU BUKAN HANYA ADA BU TEJO TAPI JUGA ADA YU PINAH

Oleh : Fathul Hayati Arlian Tantangan hari ke 190 #TantanganGurusiana Bukan saya sok jadi orang yang “Paling Update”, tapi kebetulan saja ketika sekarang kiri kanan lagi demam “bu tejo” saya sudah selesai demamnya, saya sudah lebih dulu menyimak film pendek berjudul “Tilik” itu, bahkan sampai empat kali lebih. Terlepas dari lagi viral atau tidaknya tokoh bu Tejo, tapi memang film layar pendek tilik itu merupakan gambaran nyata keseharian di masyarakat, terutama di masyarakat desa di Jawa, terutama di desa sekitarku di daerah Jawa tengah, tempat di mana saya tinggal. Saya yang notabene bukan orang jawa merasakan sendiri banyak keunikan-keunikan dari tradisi masyarakat Jawa, terutama di pedesaan atau dusun, dan semuanya membuat saya merasa senang saja hidup di tengah-tengah masyarakat Jawa, walaupun mereka tahu saya orang asing tapi mereka bisa menerima keberadaan saya. Dalam sebulan, kadang bisa saja ada empat sampai lima kali kami semua mengikuti acara “Tilik”, baik itu tilik orang sakit, tilik orang habis melahirkan, ataupun tilik orang yang anaknya habais menjalani prosesi Sunat” serta adanya yang sifatnya melayat orang meninggal. “Tilik” bersama-sama / rombongan itu menyenangkan karena buat orang kayak saya banyak keuntungannya, yaitu kalau tilik nya rombongan gitu saya dan kebanyakan ibu-ibu lainnya hanya sebagai pengikut, sudah ada salah satu dari kami yang ditunjuk sebagai yang dituakan untuk menjadi jubir kami semua, juga sekalian biasanya dengan membacakan doa. Sisi lain lagi dari urusan angkutan atau transportasi pada saat kegiatan tilik lebih mudah dan terhitung lebih murah dibandingkan dengan tilik sendirian. Lain cerita tradisi tilik, lain lagi dengan tradisi rewang, buat saya tradisi rewang itu juga unik dan menarik. Contoh nyata ketika kemarin ibu kami meninggal dunia, tanpa dikomando begitu di masjid diberitakan ibu kami meninggal dunia, masyarakat satu RT langsung bergerak cepat dan bergotong royong datang membantu di rumah duka. Dari tokoh masyarakat, pemuda pemudi desa sampai ibu-ibu semuanya semangat membantu segala jenis pekerjaan di rumah duka. Bahkan sampai hari ke tujuh dan ke delapan sejak ibu kami meninggal semua masih eksis membantu di rumah kami. Lalu apa hubungannya dengan demam bu Tejo tadi????? Ada hubungannya, yang pertama tokoh bu tejo masih rame dijadikan topic obrolan di arena rewang. Yang kedua, ternyata di arena rewang itu biasanya juga ada Bu Tejo- Bu Tejo lainnya, dengan kata lain di arena rewang itu akan kelihatan siapa saja yang sifat dan sikapnya mirip dengan Bu Tejo, saya tidak pengen menjelaskan kayak gimana sifat dan sikap orang seperti Bu Tejo itu karena pasti sudah menonton semua. Yang ketiga, biasanya di arena Rewang ada tokoh lain yang sifat dan sikapnya justru melebihi Bu Tejo, kita sebut saja orang ini dengan nama “Bu Pinah” atau “Yu Pinah”. Melebihi di sini dalam artian kurang positif lah atau kalau dalam dunia seni acting peran Yu Pinah di sini adalah peran antagonis, tapi antagonis yan di perlembut. Ketika Yu Pinah datang ke arena rewang maka dia langsung akan mendominasi segala aktifitas di arena rewang alias tukang ngatur, dan bukan hanya itu tapi Yu Pinah juga merangkap tukang Nyacat kalau kata orang jawa, dengan kata lain selalu senang mengkritik atau menilai tidak baik atau kurang bagus pekerjaan ibu-ibu lainnya sesame peserta rewang. Makanya, biasanya ketika sosok Yu Pinah ini datang di arena rewang, beberapa ibu peserta rewang pelan tapi pasti mulai menghindari atau menjauhi keberadaan di dekat Yu Pinah, bukan karena takut dengan Yu Pinah tapi lebih kepada malas sakit hati kalau dikritik atau dikoment negatif oleh Yu Pinah. Yu Pinah selalu merasa paling hebat dalam hal memasak, ahli menata hidangan, piawai dalam segala hal yang sifatnya pekerjaan ibu rumah tangga kebanyakan, dan sifat jelek Yu Pinah, dia senang mengkritik pedas atau mengomentari pekerjaan orang-orang di sekitarnya, tapi giliran pekerjaannya di kritik oranglain dia langsung cemberut dan tidak terima. Kalau saya sedang ada di arena rewang seperti itu, saya langsung tidak berlama-lama di arena rewang, saya bukan takut, saya hanya malas berdebat dengan Yu Pinah, daripada kalah TKO mending saya ngalah untuk menentramkan hati saja. Teman-teman saya dari satu RT sudah paham betul bagaimana sikap saya ketika Yu Pinah datang ke arena rewang, saya hanya menyapa, senyum yang dibuat nampak ikhlas, lalu tidak berapa lama saya tinggalkan arena rewang dengan alasan yang saya cari-cari sendiri. Bagaimana di dusun anda ??? adakah juga tokoh seperti “Yu Pinah” yang kehadirannya “ tak dirindukan?” OmahGulon, 29 Agustus 2020 Fathul Hayati Arlian #TantanganGurusiana
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post