Menjadi guru itu perjalanan berharga di hidup saya. Banyak suka dan duka tentunya. Saya alumni dari salah satu universitas Negeri di Medan, Sumatera utara. Saya tamat kuliah tahun 2004 dengan gelar Sarjana Sains (S.Si) kemudian saya merantau ke kota Tangerang dan melamar pekerjaan ke sekolah Kristen yang berada di jalan M.T Haryono. Pada tanggal 26 Juli 2004 saya diterima bekerja di sekolah tersebut dan mengajar pelajaran Biologi, dan awal mengajar hanya 5 jam pelajaran /minggu setelah 1 bulan bertambah menjadi 15 jam pelajaran perminggu. Setelah 1 tahun mengajar saya diterima jadi guru tetap Yayasan. Pada tahun 2005 saya mengikuti kuliah mengambil Akte 4 Universitas Kristen Indonesia( UKI). Sebagai syarat mengajar, karna saya berasal dari alumni non Pendidikan.

Setelah menjadi guru tetap Yayasan jam pelajaran saya menjadi 24 iam per minggu. Banyak suka duka yang saya rasakan menjadi guru. Saya juga menjadi wali kelas di kelas 7 dan bergantian tiap tahun menjadi wali kelas di kls 8 dan 9. Yang pertama, menjadi guru itu bagaikan investasi crypto, bisa memberikan pelajaran tak terduga. Selain saya bisa mengubah generasi jadi menyayangi alam, hewan, keluarga, dan sesama, ternyata anak-anak murid juga bisa mengajari saya banyak hal. Salah satunya adalah memaafkan. Setelah mereka berkelahi, mereka bermain bersama lagi seperti seakan2-akan perkelahian sebelumnya tak pernah terjadi. Ternyata mereka juga mampu memaafkan saya ​ Yang kedua, menjadi guru itu mengorbankan banyak hal. Saya adalah seorang guru yang blm berpengalaman dalam hal mengajar, karna mengajar tidak saya temukan di bangku sekolah, saya banyak membaca dan berusaha mengenal karakter setiap siswa. Seorang guru juga harus bisa bekerjasama dengan para orangtua murid. Terkadang terjadi juga miss komunikasi dengan orangtua, tapi kita sebagai guru harus bisa menjelaskan dan berusaha rendah hati menghadapi setiap permasalahan,. Yang ketiga, menjadi guru bisa belajar menjadi orang tua yang baik. Anak adalah hasil didikan di rumah, kalau anaknya begitu, ternyata orang tuanya juga begitu, hehe. Kalau anaknya suka melucu, setidaknya salah satu orang tuanya adalah periang. Tapi kalau anaknya suka memukul, ternyata orang tuanya juga suka memukul anaknya, yah pantas saja, hehe. Kadang orang tua mengeluh dan protes tentang pengajaran saya, saya bisa terima, karena belajar online ini, yang belajar orang tuanya, bukan anaknya, hahaha. Anaknya ikut saja dengan pengajaran orang tuanya, jadi kalau mama atau papanya protes, saya langsung berbenah agar orang tuanya bisa mengikuti pelajaran saya dengan mudah.

Intinya…tetap mengajar dengan hati, mengasihi anak-anak didik tanpa dibeda-bedakan. Suka atau tidak suka dengan anak didik tetap harus di didik dan di bombing sehingga mereka nantinya menjadi anak yang baik, disiplin dan bertanggung jawab. Atas dasar inilah saya bisa tetap bertahan menjadi seorang guru sampai saat ini selama 18 tahun, semoga kita tetap semangat dan sabar dalam menjalani tugas dan tanggung jawab menjadi guru. Demikianlah pelajaran hidup saya menjadi seorang guru…trima kasih..Tuhan memberkati’