Roda kehidupan terus berputar. Bahagia dan sedih datang silih berganti. Detak jam dinding pun setia menjadi saksi bisu atas hidup dan kehidupan. Sejak kepergian bidadari kecilku, aku terhempas dan berusaha untuk bangkit, apalagi melihat suami dan putri kecilku membutuhkanku. Bunga-bunga yang mulai tersusun rapi mulai memberikan kesibukan manis. Merawatnya terkadang membuat lupa akan waktu. Jumlah pot dan bunga kian hari kian bertambah. Karena pelupa saya tak pernah mau tahu tentang nama bunga-bunga tersebut. Namanya saya sesuaikan dengan nama orang yang memberikan.

Tantangan terberat mulai terasa ketika sahabat yang menitipkan bunganya berkata, “ Bunga itu harus tumbuh!Harus ada laporannya setiap bulan!” tak perlu saya sebut nama, namun begitulah persahabatan yang saya jalini selama ini. Selalu ramai dan renyah jika sudah bersama. Meski ketika di depan siswa mereka tampak jaim.

Suatu hari hal tak terdugapun terjadi. Salah satu bunga yang harus tumbuh itu tiba-tiba layu dan mati. Kesedihan pun menyelimuti apalagi aku mulai mencintainya. Hal tersebut dirasakan juga oleh suamiku. Mereka menghibur dan berkata bahwa ada tunas baru yang muncul. Setelah saya mengamati ternyata memang benar, ada tunas muncul. Saya pun bersuka cita melihatnya. Beberapa jam kemudian, tiba-tiba suamiku menuntunku kearah kandang ayam. “Ibu, ayamnya di potong saja ya? Kata suamiku. “Memangnya kenapa, Pak?” .

“Ayam ini telah menginjak tunas bunga kesayangan ibu!”

Salam Literasi

#Pentigraf

#TantanganMenulis30Hari

#TantanganMenulisHariKe-3

#TantanganMenulisGuruSiana