Ibrahim Guntur Nuary

Peraih Penghargaan Golden Generation 2017 dan Wisudawan Berprestasi 2018 yang diselenggarakan oleh IAIN Syekh Nurjati Cirebon, kolumnis diberbagai media massa, ...

Selengkapnya
Navigasi Web
PEKERJAAN PERTAMA
Sumber: http://fridayposts.com/kunlere-idowu-first-job-matters/

PEKERJAAN PERTAMA

Hidup di desa memang sangat menyenangkan, karena sawah masih malang melintang dan juga udaranya yang masih sangat segar. Inilah yang membuat semua orang berbondong-bondong, terutama bagi mereka yang tinggal di kota besar seperti Jakarta akan mencari sebuah desa untuk menuntaskan rasa penat mereka dari hiruk pikuk metropolitan. Tapi tidak dengan Wawan, ia belum pernah sama sekali merasakan hiruk pikuk kota besar seperti Jakarta. Makanya, ia yang sudah lulus kuliah di tahun ini akan merasakan kerasnya hidup di ibukota. Ia merasa bosan dengan kehidupan desa yang jauh dari mana-mana. Lalu ia memutuskan untuk hidup di Jakarta alias merantau, mencari peruntungan sama seperti yang dilakukan teman-temannya.

Wawan masih berusia cukup muda, 23 tahun. Di Jakarta ia akan sendirian dan tidak ada satupun keluarganya disana. Tekad sudah berbentuk bulat, ia tidak akan mengubahnya menjadi segitiga ataupun bentuk lainnya. Wawan termasuk anak yang sangat rajin menabung, selama sekolah, ia menabung hingga mencapai angka tiga juta. Uang tersebut akan digunakan Wawan untuk mencari kos-kosan di Jakarta dan melamar pekerjaan. Seminggu ini ia sibuk berberes keperluan yang akan ia bawa. Mulai dari pakaian hingga motor kesayangannya. Orang tua wawan was was takut anaknya kenapa-kenapa di Jakarta.

“Kamu bener toh mau ke Jakarta Wan?” tanya ibunda was was

“Bener bu, kalo Wawan disini terus gak bisa berkembang” jawab Wawan meyakinkan ibundanya.

“Ya sudah kalo itu menjadi keputusanmu, sing penting hati-hati yah di Jakarta, ibu bakal kangen sama Wawan” sambil mengelus-elus pundak Wawan

Hari itu tiba, Wawan akan menggunakan kereta api ke Jakarta, karena dengan kereta api akan lebih cepat sampai ketibang dengan menggunakan bus. Orang tua Wawan mengantarkan sampai stasiun dan melihat Wawan masuk kedalam kereta dengan penuh keringat di matanya, begitupun orang tuanya. Perjalanan panjang Wawan akan dimulai, tiga jam berlalu, akhirnya Wawan tiba juga di Jakarta. Sedikit shock dengan kehidupan metropolitan, dengan asap knalpot dimana-mana, hingga suara bising dari kendaraan bermobil dan bemotor. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah baginya, butuh yang namanya pembiasaan supaya terbiasa. Wawan langsung mencari tempat kos-kosan di sekitaran Blok M. Setelah mengitari beberapa rumah yang bertuliskan terima kos-kosan, akhirnya Wawan menemukan kos-kosan yang sesuai dengan budget dan hatinya. Ia harus bertahan hidup maksimal sebulan sampai mendapatkan pekerjaan. Hal ini yang menjadi tantangan bagi Wawan.

Setiap pagi pukul sembilan, ia pergi ke warnet untuk mencari info lwongan pekerjaan dan sambil jalan-jalan menggunakan motornya, apakah ada pekerjaan atau tidak sembari melihat sekeliling baliho yang tertancap di depan ruko atau gedung yang ia lewati. Ketika sedang asyik melintas di suatu pagi, setelah seminggua ia berada di Jakarta, ia mendapati seorang perempuan yang dibawa paksa oleh tiga pria dengan menggunakan mobil. Tak berpikir lama, Wawan langsung mengejar mobil tersebut tanpa sepengetahuan ketiga pria tersebut. Rupanya mereka membawa perempuan tersebut ke sebuah apartemen, ketika turun dari mobil, perempuan dengan pakaian yang sangat minim, masih merontah meminta tolong. Wawan yang membuntuti langsung memakirkan motornya dan menuju ke gerombolan pria itu.

“Hei, kalian banci juga yah, beraninya sama cewek, sini lawan gue” Sedikit teriak sambil tolak pinggang di depan ketiga pria tersebut.

“Wah..wah...wah.. ada anak bau kencur nih macem-macem, abisinn” celetuk salah satu pria kepada teman-temannya dan langsung mengepung Wawan.

Perkelahian tidak terhindari, Perempuan itu hanya memandangi saja. Wawan sedikit babak belur melawan ketiga pria secara langsung walaupun menang. Ketiga pria tersebut dipaksa lari tunggang langgang. Perempuan yang di tolong Wawan langsung membantunya dan membawa Wawan ke apartemennya dengan setengah pincang dan setengah sadar. Hingga Wawan jatuh pingsan selama setengah hari. Perempuan itu memberikan pengobatan kepada Wawan dengan mengompres lukanya dan juga mengompres kepalanya yang sedikit memar. Wawan terbangun ketika senja mulai memunggunginya perlahan. Ia masih merintih merasakan memar di kepalanya walaupun sudah diperban.

“Aw.....aw...sakit banget” Wawan terbangun dari pingsannya sambil memegangi kepalanya.

Perempuan yang ditolongnya mendekati Wawan “Masnya, tiduran aja kalo masih sakit” sambil merebahkan badan Wawan kembali

“Mas kalo boleh tau siapa yah namanya?” tanya perempuan itu yang duduk disamping Wawan.

“Saya Wawan mbak, mbak namanya siapa?” tanya Wawan sambil memejamkan matanya sebelah, tanda masih meringis sakit.

“Saya Mariska mas, panggil aja Riska” sambil mengompres lagi luka memar Wawan dibagian pipi.

Wawan melihat sekeliling apartemen Riska karena baru pertama kali masuk ke apartemen. Paras Riska yang mulus dan agak sedikit semok, mengganggu pandangan Wawan, Wawan mencoba kembali fokus dengan melihat sekelilingnya lagi, mulai dari vas bunga yang ia tidak pernah liat, hingga lukisan besar yang lukisannya tak lain dan tak bukan adalah Riska. Setelah mengompres Luka Wawan, Riska pergi ke dapur, memasak untuk Wawan, ia pasti kelaparan karena belum makan hampir seharian. Riska memasak Telur balado, oreg, dan sayur asem.

Walaupun direktur utama di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang rotan, ia tidak high class seperti wanita biasanya, ia tetap cinta dengan masakan pada umumnya dan bisa dibilang masih lebih enak dari junk food. Wawan yang menunggu Riska masak malah tertidur pulas karena masih lemas dan tidak bisa pulang. Setelah masakan matang, ia membangunkan Wawan dengan lembut dan mengajaknya makan bersama di meja makan. Sepanjang makan, Riska dan Wawan saling menukarkan infromasi satu sama lain mengenai apapun, terutama kejadian tadi pagi.

“Salut gue sama elu Wan, berani banget elu lawan mereka, kalo gak ada elu gimana jadinya yah gue?” Tanya Riska sambil menepuk jidatnya.

“Bisa aja kamu Mbak, jadi malu nih, btw mereka siapa mbak?” Jawab Wawan sambil menyendok nasi.

“Jangan panggil mbak dong, panggil gue nama aja yah, gue aja panggil elu nama, mereka mantan karyawan gue yang korupsi” jawab Riska sambil menyendoki Wawan sayur asem, oreg, dan telur balado.

“Lah tadi manggilnya mas, kok.....” Wawan belum selesai berkata, ditutup mulutnya dengan jari telunjuk Riska.

Wawan hanya tersenyum lalu menyendoki nasi kedalam mulutnya hingga tidak ada sisa dimulutnya dan juga dipiringnya.

“Elu gak usah pulang malem ini yah, besok aja baru pulang” Pinta Riska

“Bukan muhrim Ris, nanti kalo ada apa-apa gimana?, Elu kan baru kenal sama gue, emang elu gak takut?” tanya Wawan sambil menaikkan kedua alisnya.

“Gue tau elu laki-laki baik, kalo elu khilaf yang penting pake kondom, heheheh, enggak deng becanda gue” Jawab Riska sambil mengedipkan matanya.

Hening

Wawan kembali ke sofa yang tadi ia tiduri, Riska menghampiri dan memandang Wawan dengan menusuk. Bulir-bulir keringat Wawan mulai bercucuran, lalu Riska berbisik ditelinganya “Aku mau berterima kasih”, dengan lincah bibirnya bersua dengan bibirnya Wawan. Lantas membuat Wawan terkejut dan melepaskan bibirnya dari cengkraman bibir Riska.

“Apa-apan sih, kita bukan muhrim” melepaskan ciuman

“Ini tanda terima kasih, lagi pula elu mau kerjaan kan? elu jadi asisten gue aja yah” jawab Riska sambil mengelus-elu rambut Wawan.

“Elu tau dari mana gue butuh kerjaan, gue belom kasih tau kan” tanya Wawan sambil memegang kedua pipi Riska.

“Itu dari tas elu yang isinya surat lamaran semua, jadi asisten gue aja yah” Riska menunjuk tas Wawan dan membujuk Wawan lagi.

“Tapi kan gak bisa gitu aja dong, harus..........” belum habis berargumen, bibirnya dipertemukan lagi oleh bibir Riska.

Setelah beberapa menit bibir mereka saling berkenalan satu sama lain, akhirnya Wawan mengiyakan permintaan Riska.

“Iyah gue mau jadi asisten elu, jadi ini pekerjaan pertama gue buat elu?” tanya Wawan tersenyum.

Riska mengangguk dan bibir mereka berpapasan lagi hingga beberapa menit sampai keduanya saling membasahi.

Setelah itu, Riska pergi ke kamarnya untuk tidur, sementara Wawan tidur di sofa. Hal ini demi kejadian yang tidak diinginkan tidak terjadi. Besok paginya Riska mengajak Wawan ke kantornya dan mengenalkan Wawan dengan karyawan lainnya, mulai dari situlah Wawan mendapatkan pekerjaan dan juga mulai mendapatkan hati seorang wanita muda, seksi, dan juga anggun.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih ibu Yuniza

01 Dec
Balas

Keren

01 Dec
Balas



search

New Post