Bianglala Kasih sayang Bunda (8) Bundaku Memang Beda
Aku anak bungsu dari tiga bersaudara. Tapi jangan dikira aku akan diistimewakan oleh Bunda. Ketika kedua kakakku sudah sekolah di luar kota, otomatis aku yang tinggal di rumah. Sehingga aku jadi penguasa rumah. Segala yang ada aku yang menguasainya. Seperti makanan, bacaan atau apapun yang ada di rumah tidak ada kompetitor.
Namun tidak enak sendiri di rumah, bila ada pekerjaan rumah. Atau bunda memerlukan bantuan, otomatis juga hanya aku yang membantunya. Nah di sini nih kadang aku merasa sedih. Saat sudah siap-siap main futsal dengan teman-teman, bunda memanggil untuk memegangkan tangga karena bunda akan mengrafting tanaman anggurnya. Grafting itu adalah menyambung tanaman satu dengan tanaman yang lain agar diperoleh tanaman sesuai dengan yang diinginkan. Karena tempat yang disambung tinggi jadilah bunda naik tangga dan aku ditugaskan memegangi agar tidak jatuh.
Aku kadang merasa heran, bunda kok banyak sekali hobinya dan itu tidak asyik menurutku. Tiap dia memerlukan pekerjaan yang sedikit memerlukan tenaga pasti mengandalkan aku. Ini yang sering menganggu hobi tidur siangku atau hobi main game.
Tapi bunda tidak pernah cerewet dengan hobiku, katanya hobi main game, bisa membuat orang kreatif dan hobi tidur, bagus untuk pertumbuhan dan perkembangan. Terkadang hobiku juga bisa beririsan dengan hobi bunda. Kami pernah membuat Aquascape mini bersama. Aquascape adalah membuat panorama air di dalam aquarium.
Kalau untuk ini bunda orangnya sangat asyik. Ia tahu jenis-jenis tanaman yang cocok untuk hidup di air, dan ia mahir membibitkan tanaman dari biji. Atau saat aku sedang hobi menanam kaktus, tapi karena kesibukkan sekolahku, akhirnya bunda yang merawat. Al hasil Kaktusku tumbuh makin sehat dengan warna yang makin cerah.
Namun bunda tidak bisa diajak kompromi dengan tumpukan baju kotor. Kalau untuk ini, cerewetnya nggak ketulungan. Dia tidak akan berhenti ngomel kalau aku belum mencucinya. Soal mencuci baju, kami memang dibiasakan mandiri oleh bunda, meski dulu ada asisten RT yang membantu bunda di rumah. Tapi sejak kelas enam SD kami sudah harus belajar mencuci baju sehari-hari sendiri. Untuk baju sekolah dan baju kondangan tetap di handel bunda. Kata bunda kami harus belajar mengurus diri sendiri untuk persiapan sekolah ke pondok. Bahkan kadang bunda bilang agar kami tidak gamang kalau tiba-tiba bunda tidak ada.
Bunda juga sangat kreatif mengajarkan kami mengurus diri sendiri, seperti untuk kemampuan memasak. Beliau tidak pernah yang mengajak langsung, “ayo ke dapur belajar memasak sama bunda”. Tapi beliau mengajarkan kami dengan cara sayembara. Saat semua sedang berkumpul di rumah ketika libur sekolah. Maka bunda membuat sayembara memasak. Peserta aku dan kedua kakakku serta ayahku juga mendaftarkan diri.
Bunda memberi kami resep dasar masakan. Misalnya membuat nasi goreng atau mie goreng. Setelah itu kami bebas berkreasi memodifikasi sesuai keinginan kami masing-masing. Juga disesuaikan dengan bahan yang tersedia di dalam lemari es. Setelah selesai maka kami harus menyajikannya dengan menarik di meja makan. Karena itu juga termasuk kriteria penilaian yang telah disampaikan bunda dari awal. Saat kami memasak bunda masuk kamar untuk menulis. Karena bunda memang hobi sekali menulis.
Setelah selesai, kami akan memanggil Bunda untuk menilai masakan kami. Hidangan tersebut telah diberi nomor, sehingga bunda tidak tahu masakan siapa yang sedang dinilainya. Setelah mencicipi dan menilai satu persatu akhirnya bunda mengumumkan nomor undian berapa yang menjadi juara satu sampai empat. Yang menang akan mendapat hadiah uang. Setelah tahu pemenangnya bunda terkejut, karena tidak menyangka anak-anaknya memiliki bakat terpendam dalam bidang kuliner.
Dulu, aku kadang sering jengkel dengan cara bunda agar kami bisa mandiri, tidak terkecuali untukku sebagai anak bungsu. Tapi kini aku sangat bersyukur dengan cara-cara bunda tersebut yang telah aku rasakan manfaatnya ketika aku sudah sekolah ke luar kota dan jauh dari bunda. Semua yang dia ajarkan menjadi kebiasaan dan bagian diriku, sehingga aku tidak canggung atau gamang mengerjakan semua itu. Aku sudah terbiasa mengurusnya sendiri.
Kini aku menyadari, semua yang dibiasakan bunda adalah untuk kebaikan kami. Sebagai wujud kasih sayang bunda agar anaknya sudah biasa menyelesaikan masalahnya sendiri dan sudah tahu cara-caranya karena sudah menjadi keseharian kami. Bunda banyak mengajari kami problem solving secara kontekstual dalam kehidupan kami, sejak dari kecil sesuai dengan keadaan dan kemampuan kami masing-masing.
Terkadang gregetan juga, karena belakang mengetahui kalau yang bunda lakukan dengan mengajari kami mandiri adalah karena bunda sedang sibuk atau malas. Seperti lomba memasak yang sering dia lakukan itu. Katanya, saat itu dia sedang malas membuat sarapan karena banyak tugas kantor yang harus di kerjakannya. Maka dia membuat sayembara itu, yang akhirnya kami makan bersama hasil karya kami. Ah….Bundaku memang beda. Haha…
#TantanganGurusiana hari ke 335
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren...
Trims Eva.
Bianglala Kasih Bunda, sebuah cerpen yang menarik. Mengangkat tema kasih sayang ibu kepada anaknya. Sukses, Bu Ilma.
Trimakasih atas apresiasi dan suportnya, Pak.
Kasih sayang Ibu itu banyak wujudnya. namun semuanya untuk kebiakan anak-anaknya.
Ibu yang luar biasa
Trims, bunda