Hari Pemasangan Toga Telah Tiba
“Bunda, aku tidak mendaftar untuk wisuda akhir tahun ini,” kata Bungsuku di akhir tahun 2021.
Aku heran dengan perkataannya. Mengapa dia tidak cepat-cepat mau wisuda, padahal skripsinya sudah selesai di revisi dan sudah dapat pengesahan dari para penguji serta sudah yudisium. Artikel Jurnalnya pun sudah dikirim ke jurnal IPB.
“Kenapa, dek? Bukankah lebih cepat kelar lebih baik. Nanti Adek tinggal memikirkan ke depannya mau lanjut kuliah atau kerja?” tanyaku penasaran.
“Apaan tuh wisuda di depan Laptop, kayak main-mainan saja. Aku mau ikut yang off line. Bulan Februari tahun depan akan diadakan wisuda ofline,” ujarnya santai.
“ Ya terserah Adek kalau begitu,” kataku akhirnya.
Karena tidak ikut wisuda, dia minta izin untuk refresing sambil mencari pengalaman tentang dunia usaha peternakan di kampung halaman kami di Payakumbuh. Ia ingin melihat peternakan di Padang Mangateh. Akupun mengizinkan.
Dia merencanakan perjalanannya selama sebulan, sebelum wisuda bulan Februari dia akan pulang kembali ke Bali. Akhir Desember dia terbang ke ranah minang. Selama 20 hari ia mengelilingi ranah nan rancak itu sambil memperluas wawasan tentang dunia peternakan dan bersilaturahmi dengan keluarga di kampung.
Setelah itu, dia ke Jakarta untuk menemui Kakek dan neneknya yang sedang berada di Jakarta. Selanjutnya dia melanjutkan perjalanan ke Jogyakarta. Selama beberapa hari di Yogyakarta dia mengunjungi kampus Fakultas peternakan UGM tempat dia berencana untuk melanjutkan pendidikan Masternya dan menyambangi tempat-tempat wisata dengan teman-temannya yang berdomisili di di kota gudeg tersebut.
Perjalanannya diteruskan ke Semarang dengan mengunjungi beberapa teman-temannya semasa SMA dulu. hanya sebentar di Semarang dia melanjutkan perjalanannya ke Kampung Ayahnya di Tuban, Jawa Timur.
Setelah seminggu di Tuban yang diisi dengan kegiatan silaturahmi dan ziarah ke makam almarhum Mbah kakung dan Mbah putri, dia segera pulang karena akan mengambil perlengkapan wisuda di kampus UNUD di bukit Jimbaran.
Pulang dari mengambil perlengkapan wisuda, dia kelihatan sangat kecewa karena ternyata wisuda angkatan inipun akan dilakukan secara online. Tapia pa mau dikata, kondisi penyebaran covid 19 yang kembali marak menyebabkan pemda dan kampus kembali memerintahkan untuk meniadakan kegiatan di kampus.
Dalam masa tunggu sepuluh hari lagi akan wisuda, dia kelihatan bermalas-malasan saja. Mungkin karena lelah perjalanan jauh yang ditempuhnya. Mungkin juga karena wisuda yang akan dilakukannya tidak sesuai dengan harapannya.
Aku menyadari kekecewaannya. Dulu semasa dia masih kuliah dia termasuk aktif di BEM. Dia pernah menjadi panitia untuk wisuda kakak tingkatnya. Bahkan sebagai salah seorang yang terlibat langsung dalam prosesi tersebut. Sekarang saat tiba dia yang memasang toga, ternyata dilakukan di depan laptop. Tentu dia merasa akan meninggal kampus yang dicintainya tanpa kesan yang mendalam.
Tapi 5 hari sebelum acara wisuda, dia memberi tahu bahwa dia akan mewakili Fakultasnya di wisuda di Kampus. Ia ditunjuk karena ia lulus dengan predikat cumlaude. Ternyata kampus akan melaksanakan wisuda secara hybrid, sebagian mengikuti dari rumah secara online dan para wisudawan yang memperoleh kelulusan dengan hasil yang baik akan diberi penghargaan untuk mengikuti wisuda di Kampus.
Akhirnya hari pemasang toga itupun tiba. Aku dan suami bersyukur dapat mengantarkan putra bungsu kami memasang toga dan mengambil ijazah keserjanaannya dengan wajah yang bahagia.
Kami sangat terharu ketika namanya di panggil lengkap dengan gelarnya. Ia naik ke atas panggung menghadap Rektor yang kemudian memindahkan tali pada topi toganya dari kiri ke kanan. Sebagai penanda dia telah menyelesaikan pendidikannya di kampus tersebut. Kemudian menerima Ijazahnya yang diserahkan oleh Dekan yang berdiri di samping Rektor.
Menyaksikan itu dalam hati aku berdoa semoga putraku dapat menerapkan ilmu yang telah diperolehnya di bangku kuliah untuk bermanfaat bagi kehidupannya dan orang banyak. Aku pernah membaca artikel tentang makna filosofi dari toga yang dipakai saat wisuda, semoga anakku dapat memaknainya dalam kehidupannya.
Sudut-sudut persegi pada topi toga menyimbolkan seorang sarjana dituntut untuk berpikir rasional serta memandang segala sesuatu hal dari beraneka sudut pandang. Pada saat kuliah, mahasiswa menggunakan otak kiri yang berhubungan dengan bahasa dan juga hafalan. Saat wisuda, tali dipindah ke kanan dengan harapan sarjana lebih menggunakan otak kanan yang berhubungan dengan daya imajinasi, kreativitas dan juga inovasi. Tali toga juga diibaratkan sebagai simbol pita pembatas buku. Saat dipindahkan, artinya seorang sarjana harus terus belajar dan menambah wawasan agar ilmunya nggak stagnan.
Semoga semua filosofi itu dapat dipahami oleh semua mahasiswa yang diwisuda hari ini. Setelah ini mereka punya tanggung jawab untuk memajukan bangsa dan negaranya. Mereka harus terus belajar menambah wawasan keilmuannya, tidak stgnan dan mengembangkan dayaimajinasi, kreativitas dan selalu berinovasi.
Selamat atas kelulusanmu, Nak. Jadilah orang yang selalu bermanfaat untuk orang banyak. Aamiin YRA.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillah, sudah diwisuda si bungsu buk, semoga ilmunya bermanfaat
Alhamdulillah, Iya Bunda. Trimkash atas doannya.
Barokallah fii ilmi ananda yang super keren semoga cita-cita mu tercapai. Izin follow ya bunda
Aamiin YRA. Trimakasih atas doanya Bunda. Iya saya followback.