Jamal Passalowongi

penulis adalah guru di SMAN 6 Barru Sulawesi Selatan

Selengkapnya
Navigasi Web
SALAH AMPLOP

SALAH AMPLOP

Salah satu masalah besar dari seorang manusia adalah lupa, kata orang bijak manusia salah satu tabiatnya adalah pelupa. Anehnya lupa itu masuk dalam kajian neurologi atau psikologi, atau janga-jangan mistis. Bila kita lupa sesuatu, apakah otak kita yang salah terima atau jiwa kita lagi bermasalah, misalnya banyak pikiran, tidak konsentrasi, atau karena ganguan jin sehingga kita bisa lupa sesuatu.

Teori bisa saja, tetapi pada praktiknya saya telah menemui sekian orang yang lupa pada masalah-masalah yang ringan sampai yang sangat serius, yang ringan mungkin lupa soal kuci yang hilang, password, kacamata, pulpen dan sebagainya dan anehnya baru teringat kembali setelah ketika tidak dicari atau malah yang lebih hebat benda-benda hilang itu teringat ketika sedang shalat. Yang serius itu contohnya seperti ini, berangkat ke mall bersama istri pulangnya sendiri...lupa bahwa Ia ke Mall bersama istrinya, baru teringat ketika sampai ke rumah, entah kisah ini benar atau tidak, tapi saya pernah mendengarnya dari seorang teman, katanya pelakunya seorang dosen senior dari sebuah universitas negeri di sini.

Masalah terkait dengan lupa yang cukup memberikan efek malu adalah salah amplop karena lupa menempatkan amplop yang benar, atau salah ngasih amplop pada suatu hajatan misalnya pernikahan, sunatan, atau selamatan biasa. Dan ini tidak satu atau dua orang yang saya dengarkan kisahnya, pun saya sendiri pernah mengalaminya, memang cukup memalukan, malu-maluin kata orang Jakarta.

Seperti pagi ini seorang teman berkisah, suatu ketika ada hajatan pernikahan kecil yang dia datangi, saat itu “Musim Pengantin” entahlah saya juga tidak tahu pasti kenapa disebut musim pengantin, memang di daerah kami itu ada musim dimana banyak sekali undangan pengantin, kalo tidak salah itu dimulai dari setelah bulan puasa, biasanya berakhir setelah lebaran haji, atau pada awal bulan masehi, seperti Januari sampai Februari. Mungkin saja petunjuk hari-hari baik masih berlaku di sini. Padahal semua harikan baik saat hari sulit itu bila tidak berkesempatan.

Kembali kekisah teman tadi, singkatnya seperti biasa datang duduk, makan ala kadarnya, kemudian menyerahkan amplop kepada pengantin, atau orang tua pengantin, atau dimasukkan dalam kotak yang telah disiapkan itu sudah pilihan wajib bagi seorang yang datang ke pengantin. Bila pengantinya ramai tentu ada tempat amplop, tetapi bila pengantinnya tidak ramai, atau tamu datang setelah hari H, biasanya tamu akan memberikan amplop langsung pada orang tua atau pada pengantinnya secara langsung. Demikianlah teman saya berkisah, saat memberikan amplop itu pada orang tua si pengantin, ia pun keluar rumah, baru saja melangkah keluar tiba-tiba suara orang tua pengantin memanggil dari belakang, si teman inipun berbalik dan alangkah terkejutnya si orangtua pengantin datang tergopoh-gopoh sambil memperlihatkan amplop kosong ditangannya “kosong, Pak”

Dengan menutupi rasa malu si teman tadi ini, langsung merogoh kantong dan mengeluarkan amplop yang benar sambil meminta maaf dengan muka merah, dan tentu saja salah tingkah. Ia pun segera berlalu dengan cepat, dan sepanjang perjalanan rasa malu itu terus menderanya hingga berhari-hari, membuatnya trauma bila menghadiri undangan pernikahan lagi.

Hampir sama dengan pengalaman teman di atas, seorang teman yang lain bercerita tentang, amplop yang salah. Saat Ia kepengantin, tanpa sengaja yang dimasukkannya ke dalam kotak undangan adalah catatan barang belanjaan, maklum teman yang satu ini seorang penjual, hari itu karena terburu-buru dia lupa mengambil catatan belanja di saku yang sama dengan amplop untuk si pengantin. Menyadari itu dengan menahan rasa malu Ia menemui keluarga pengantin untuk meminta maaf dan memberikan amplop yang benar.

Dan yang terakhir langsung saya alami, ketika menghadiri hajatan seorang teman, seperti biasanya kami berombongan datang, dan pulangpun secara berombongan satu sekolah, ternyata setelah sampai di rumah saya melihat amplop yang dipersiapkan tadi masih ada di meja tergeletak tanpa tersentuh, jadi amplop apa yang saya berikan tadi. Waduh... bagaimana ini, setelah berunding dengan suami akhirnya saya menahan malu datang ke rumah teman tadi sambil meminta maaf ternyata amplop yang saya berikan tdai adalah amplop kosong yang belum terisi. aduh..sungguh memalukan.

--selesai--

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wuah lupa ya. Ini bisa membuat malu. Semoga saya tidak sempat dipanggil yang punya hajat karena isi amplop kosong. Malu pastinya.

08 Aug
Balas

hehehe... pengalaman yang tak terlupakan yah pa jamal.. kalau saya justru amplop uang arisan yang dimasukan ke kotak hahaha..tapi besoknya saya ambil lagi karena jumlah besar

10 Aug
Balas

hahahahaha....kisah dari pak jamal ini, mengharukan sekali,,,kayaknya saya yang pernah alami ini....terus berkarya saudaraku, sukses terussssss...

09 Sep
Balas



search

New Post