Lili Priyani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tantangan Hari ke-926 PRAKTIK PRINSIP PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN
PRAKTIK PRINSIP PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN

Tantangan Hari ke-926 PRAKTIK PRINSIP PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN

Tantangan Hari ke-926

PRAKTIK PRINSIP PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN

Penulis Lili Priyani

Pendidikan yang memerdekakan adalah proses pendidikan yang meletakkan unsur kebebasan peserta didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah. Hal ini sejalan dengan filosofi yang dianut oleh Ki Hajar Dewantara.

Upaya untuk membina dan mendidik peserta didik, menumbuhkan aspek yang melekat secara kodrat berlandaskan kemanusiaan merupakan suatu proses pendidikan. Menuntun pola pikir, mengolah rasa, membentuk pribadi yang beretika adalah proses pendidikan yang merefleksikan ajaran Ki Hajar Dewantara. Gagasan Ki Hajar Dewantara yang di dalamnya memunculkan makna merdeka belajar adalah meletakkan pengajaran secara mandiri, sesuai kodrat, dan menghadirkan pendidikan yang manusiawi.

Terkait hal di atas, berdasarkan pengalaman saya mengajar di SMAN 2 Cikarang Utara, sudah muncul beberapa aktivitas yang mencirikan filosofi Ki Hajar Dewantara. Misalnya dalam menerapkan prinsip belajar terkait pendidikan yang memerdekakan dengan merancang pembelajaran yang mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai dengan kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan peserta didik yang beragam. Sehingga pembelajaran dihadirkan secara menyenangkan dan bermakna.

Contoh kegiatan positif yang sudah selaras dengan prinsip belajar memerdekakan adalah sekolah sudah menciptakan zona berekspresi bagi siswa. Di sekolah kami, ada panggung kreativitas yang dinamakan PANGKREAS (Panggung Kreasi dan Seni). Di tempat inilah, nyaris setiap hari siswa berkegiatan bagi dalam koridor pembelajaran maupun kegiaten ekstrakurikuler. Dalam kerangka pembelajaran, siswa berlatih tari atau berlatih senam atau bahkan belajar berkelompok dengan memanfaatkan PANGKREAS. Sedangkan dalam kegiatan ektrakurikuler, siswa menggunakan tempat ini sebagai tempat berlatih ekskul. Beragam aktivitas siswa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi, minat, dan bakat peserta didik dilakukan di tempat ini.

Sementara untuk hal yang tidak selaras dengan prinsip yang memerdekakan di antaranya masih ada rekan pendidik yang masih merasa sebagai satu-satunya pusat pembelajaran. Siswa dianggap seperti kertasa putih yang hanya guru tersebutlah yang bisa membentuk dan menuliskan apa yang guru inginkan. Siswa tidak diberikan kebebasan dalam menentukan tujuan dan aktivitas pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan minat dan bakatnya.

Sekolah perlu memberikan ruang berkreativitas bagi peserta didik. Hal ini bertujuan untuk menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada murid, sebagaimana amanah Ki Hajar Dewantara.

(Cikarang, 2 Agustus 2022)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

02 Aug
Balas



search

New Post