Mahmudah Cahyawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Korban Kekerasan
PNGtree

Korban Kekerasan

Sudah dua hari ini, Tama, murid kesayanganku, berulah kembali. Sejak kembali masuk sekolah, Tama seolah mencari kesenangan diri, untuk mencari perhatian teman-teman barunya, dengan caranya sendiri. Saat teman-temannya sedang bermain, tanpa angin tanpa hujan, ditinjunya bahu temannya atau mendorong teman hingga terjatuh. Melihat temannya meringis kesakitan, Tama seperti mendapat tantangan untuk “menaklukannya”.

Sebenarnya, Tama anak yang sudah mampu berpikir secara rasional dan kritis. Energinya yang bak baterai alkalin, seakan menjadi pendorong dirinya untuk terus melakukan banyak hal. Sependek pengamatanku Tama bukan ADHD atau autis, ia hanya kelebihan energy saja.. Cita-citanya membuat robot, menjadi kuli ( maksudnya arsitektur) dan youtiuber terkenal, semakin membuktikan bahwa jiwa dan raganya sudah berkembang dengan baik, namun masih belum menyatu secara utuh. Maka tak heran, ia sering menganggap teman-teman sekolahnya adalah musuh yang harus diberantas. Walaupun, banyak temannya yang ingin bermain bersamanya.

Setelah melempar kursi dan papan tulis kecil, akibat tidak mendapatkan bintang seperti yang ia inginkan, ku ajak Tama untuk sekedar relaksasi, sambil duduk berdampingan, kuelus punggung dan kepalanya. Alhamdulillah, kemarahan Tama, berangsur mereda.” Bu, aku ini korban kekerasan teman-teman”, ujarnya tanpa merasa berdosa. “Tama, juga korban kekerasan bu Utie”, lanjutnya lagi. “Oh iya, Tama tahu artinya korban?”. Tama terlihat ada sedikit kebingungan, tapi bukan Tama, namanya jika tak bisa menjawab. “ Itu lho, yang di potong-potong, kan”. “ Oalah, Tama, kamu itu belum paham artinya korban, kok bilang kalau kamu jadi korban”, ujarku sambil tertawa. “Yang seharusnya di sebut korban itu, ya bu Utie, karena kemarin Tama melempar kayu ke arah bu Utie kan, terus bu Utie tangkis pakai tangan. Akhirnya tangan bu Utie, jadi biru deh”. Terangku sambil menunjukkan tangan kanan yang biru lebam. Melihat tanganku, Tama hanya terdiam, sambil memandang wajahku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post