Mualdin Sinurat

Mualdin Sinurat adalah Guru Matematika di SMP Swasta Putri Cahaya Medan. Putra Batak dari pinggiran Danau Toba pulau Samosir kelahiran 1971 dan telah memi...

Selengkapnya
Navigasi Web
RODA PEMBERI KENYAMANAN (Tantangan hari ke - 101)

RODA PEMBERI KENYAMANAN (Tantangan hari ke - 101)

Oleh Mualdin Sinurat

Hujan baru saja reda. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 wib. Pak Aldi hari ini harus masuk kantor. Semuanya sudah siap. Masker sudah dipakai. Helm sudah dikenakan. Tas Ransel sudah tersandang di punggung. Siap untuk berangkat. Bu Nina dan Demus mengantarkan sampai ke depan pintu garasi.

E..e..e..e dasar apes. Begitu sepeda motor mau dikeluarkan, ternyata ban roda belakangnya gembos. "Waduh, bagaimana ini? Saya bakal telat dong?" Ucap Pak Aldi menggerutu. "Ada Pa?" Tanya Bu Nina sambil mendekati sepeda motor suaminya. "Ini nih Ma, ban roda belakangnya gembos." "Nah, terus gimana Pa? Mobil kita lagi dipakai Tulangnya Demus. Papa naik apa dong?" Tanya Bu Nina dengan perasaan cemas. Pak Aldi menghela napas panjang. "Ya, terpaksa ke bengkel dulu lah. Nanti kalau naik Ojek Online Papa ragu dengan situasi Covid-19 saat ini." Jawab Pak Aldi sambil melepaskan tas dan helmnya. Kemudian dia mengeluarkan sepeda motornya. "Demus, bantu Papa dorong sepeda motornya ya. Kita bawa ke bengkel tempel ban di depan gang." "O, ia Pa," Demus langsung memgambil posisi di belakang sepeda motor. Sambil mendorong Pak Aldi pamitan sama istrinya.

"Pa, ternyata kalau bannya gembos, sepeda motor ini jalannya susah ya. Berat lagi." Kata Demus mulai sedikit ngos-ngosan. "Ya Nak. Makanya angin yang diisikan dalam ban ini sangat berperan. Seperti kamu bilang tadi, jalannya susah dan terasa berat lagi. Jika dikendarai dengan keadaan seperti ini, malah kita tidak nyaman. Bahkan bisa menimbulkan kecelakaan nantinya." Jelas Pak Aldi sambil memutar arah ke depan tempel ban di sebelah kiri jalan.

Pak Aldi pun meminta bantuan pegawai yang ada di sana. Bengkel itu baru buka. Jadinya sepeda motor Pak Aldi langsung dikerjakan. Pak Aldi dan Demus duduk di bangku panjang yang ada di sana. Sambil menunggu pegawai bengkel menyelesaikan pekerjaannya, Pak Aldi mengajak anak sulungnya berbincang.

"Nak, coba menurut kamu. Bagaimana kalau roda kendaraan bentuknya tidak bulat melingkar?" "Wah, mana bisa jalan Pa. Kan susah. Kalaupun dipaksakan bisa-bisa badan kita yang naik di atas kendaraan itu jadi sakit semua," jawab Demus sambil tertawa. Pak Aldi tersenyum melihat sikap putranya. "Benar Nak. Makanya roda kendaraan itu selalu dibuat bulat melingkar. Kemudian didalamnya diisi angin untuk memberi tekanan agar bannya mengembang lebih keras dan jalannya terasa ringan. Dengan demikian, kendaraan pun bisa berjalan dengan lancar dan orang yang menumpang diatasnya merasa nyaman." Demus pun menyimak dengan serius sambil memperhatikan bagaimana pegawai bengkel memperbaiki roda sepeda motor ayahnya.

Kemudian Pak Aldi menjelaskan makna dari ban kendaraan itu dalam kehidupan kita. "Nah, ban itu juga memberi makna bagi hidup kita Nak. Mungkin kamu sudah pernah mendengar bahwa hidup kita ini seperti kepala pentil ban itu Nak. Ketika roda itu berputar, dia akan berpindah posisi. Kadang di atas, kadang di samping, kadang juga di bawah. Begitu terus silih berganti. Artinya apa? Tidak ada situasi yang abadi dalam hidup ini. Sekarang kita senang, besok bisa susah. Hari ini kita kaya, besok-besok kita bisa jatuh miskin. Saat ini kita sebagai pejabat atau pemimpin, maka dilain waktu kita akan jadi bawahan. Maka kita tak perlu menyombongkan diri. Itu sudah biasa disampaikan orang sebagai nasihat untuk tidak sombong.

Sekarang Papa mau katakan, bahwa roda itu dibuat berbentuk bulat melingkar dan harus diisi angin di dalamnya. Ibarat diri kita Nak. Kita harus membentuk pribadi kita bulat melingkar. Artinya memiliki suatu kepribadian yang utuh antara jiwa, raga, hati, dan akal budi. Semuanya harus bisa memberikan kenyamanan bagi diri kita dan orang lain disekitar kita. Terutama orang yang harus kita tanggungjawabi. Dengan raga kita, kita beri perlindungan. Dengan jiwa kita, kita beri pengharapan dan cinta kasih. Dengan hati kita, kita beri kasih sayang dan perhatian. Serta dengan akal budi kita, kita beri berbagai ilmu pengetahuan, logika berpikir yang sehat dan sikap yang bijak dan bajik.

Angin yang diisikan kedalam roda atupun ban itu ibarat ilmu pengetahuan dan religius yang diberikan kepada kita. Jika kita tidak mengisi diri kita dengan ilmu pengetahuan dan religius yang baik maka kita ibarat roda yang gembos. Dengan demikian kita tidak akan mampu mendapatkan ataupun memberikan kehidupan yang layak bagi diri kita, keluarga kita maupun orang lain disekitar kita. Kita tak punya kekuatan dalam menghadapi ketatnya perjuangan hidup seperti saat ini. Bahkan akibat tidak memiliki pribadi yang religius dan tidak mampu menggunakan akal budi secara bijak maka kita akan cenderung memberikan ketidak nyamanan bahkan musibah bagi diri kita, keluarga dan orang lain disekitar kita. Jadi kita harus mengisi diri dengan angin kebajikan secara penuh. Sehingga kita bisa memberi perjalanan hidup yang damai, tenang dan nyaman bagi orang yang kita ranggungjawabi yaitu diri kita, keluarga maupun orang disekitar kita. Begitulah kira-kira makna kehidupan yang bisa kita petik dari sebuah roda Nak. Maka jadilah sebuah roda yang bisa memberi kenyamanan. Pesan Pak Aldi kepada anak kesayangannya.

"Pak, sepeda motornya sudah selesai," seru pegawai bengkel kapada Pak Aldi. "O, gitu. Terimakasih atas bantuannya," jawab Pak Aldi. Lalu menyelesaikan biaya perbaikannya. Pak Aldi dan Demus segera menaiki sepeda motor itu dan melaju menuju rumah mereka. Setelah sampai di rumah, Pak Aldi pun mengambil dan mengenakan tas dan helm. Setelah berpamitan, dia pun memacu sepeda motornya. "Hati-hati ya Pa, semoga selamat sampai tujuan," seru Demus sambil menutup pintu gerbang rumahnya.

Horas, salam literasi! 240420

#Tantangan Gurusiana

# MediaGuru

# DiRumahAja

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ban gembos itu memang gak enak pakek banget, Pak. Saya sudah ngerasain 2x. Hiks

24 Apr
Balas

Hehehe, Benar Bu. Terimakasih sudah SKSS

25 Apr

Hemmm...Ban yang bulat berisi angin yang cukup dapat melenakan kita duduk diboncengannya. Terlena dalam alam khayal atau mereviu kenyataan yang terjadi ataupun juga terlena dalam mimpi. Roda yang berputar selalu membawa kita melangkah memasuki hal baru, entah senang atau susah. Seperti itu pula roda yang melewati jalan yang mendaki- menurun, berliku- lurus, berlubang-mulus, kering- becek. tanah-aspal, the life must go on. Congrats ya Pak, Saya suka sekali, sederhana tapi sarat makna.

25 Apr
Balas

Terimaksih Bu. Semoga berkenan.

25 Apr

Terimaksih Bu. Semoga berkenan.

25 Apr

Banyak nilai filosofis yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan itu Bapak tuang dalam cerita yang garing sekali. Mantaffff Pak...

25 Apr
Balas

Terimaksih Pak Kabid.

25 Apr

Pesan moral yang baik ya Pak Mual, pembelajaran langsung praktik ke dunia nyata. Jadi cepat nangkap ilmunya.

24 Apr
Balas

Amin Bu Siti. Semoga berkenan. Terimakasih ya.

25 Apr



search

New Post