Mursalim Nawawi, S. Pd. M.Pd

Mursalim Nawawi. S.Pd., M.Pd di lahirkan di Sidenreng Rappang 05 Oktober 1976, Bekerja di Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan pada UPT SMA PPM RAHMA...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEMARAK NEGERI KU 'CERITA DODIK DAN KOIN KEBERUNTUNGAN' (T616, T221)
Yang penting koinnya, bisa aku ambil. Blepotan soal belakang

SEMARAK NEGERI KU 'CERITA DODIK DAN KOIN KEBERUNTUNGAN' (T616, T221)

Berbagai acara di gelar dalam memeriahkan hari ulang tahun Republik Indonesia ke 77 yang jatuh 17 Agustus nanti. Rakyat Indonesia mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga manula ingin mengisinya dengan mengikuti kegiatan pertandingan dan perlombaan yang diadakan oleh pemerintah setempat dan warga

Hal ini pun terjadi pada Dodik, Sepulang dari sekolah, ia bersama temannya berangkat untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh pemerintah desanya. Setelah mengganti pakaian sekolah dengan pakaian bermain, dan makan siang, ia pamit ke mboknya berangkat ke alun-alun desa.

Setibanya disana, Dodik melihat, banyak anak anak dan ibu-ibu tak terkecuali bapak bapak sudah menyerbu alun-alun desa. Maklumlah, sesuai pengumuman dan jadwal panitia, hari ini akan diadakan lomba "cabut uang koin".

Siapapun pesertanya bisa mengambil koin logam yang telah di tancapkan pada buah semangka, pepaya atau jeruk bali yang telah dilumuri kecap oleh panitia. Mrmang sengaja di berikan kecap untuk mengundang gelak tawa penonton melihat peserta dengan semangat, muka blepotan kecap untuk memperebutkan koin yang tertancap.

Mulai ibu-ibu, remaja hingga anak-anak sangat antusias mengikutinya. Dodik pun mendaftarkan diri ikut bersama Rio dan ihsan yang merupakan sahabat dekatnya.

Setelah menunggu beberapa saat, kini giliran kelompok anak-anak yang berlomba, dodik, Rio dan ihsan bersiap di depan jeruk yang di gantung setinggi kepala bocah, dalam. Pikiran dodik banyak juga koinnya, kalau itu bisa ku ambil, maka mbokku pasti senang. Saya harus menjadi juaranya.

Begitu peluit ditiup, Dodik bersama lima anak seusianya dalam kelompok B berebutan mencabut koin yang menancap di buah, karena kelima ya terlihat bersemangat mencabut, buah yang tergantung itu berputar, hingga saat koin dicabut peserta, akan mengenai pipi dan mulut, dan ini mengundang gelak tawa penonton.

Dodik tak berpikir malu, "pokoknya koin itu harus jadi milikmu" itu yang ada di benaknya. Satu persatu koin tercabut, tanpa ia rasa koinnya sudah ada 12 buah, satu koin bernilai Rp. 1000. Hingga peluit berbunyi tanda selesai dodik telah mengumpulkan koin 14 biji, 14 ribu untuk babak penyisihan, dan dikelompokkan ia meraih koin terbanyak dan berhak ke babak final.

Di babak final, aturannya berubah 1 koin yang tercabut oleh peserta di kali Rp.10.000. Ada 5 peserta yang masuk final, sedangkan koin hanya 25 biji, saat peluit berbunyi, Dodik pun harus lebih agresif melawan 4 teman yang masuk final agar bisa mencabut lebih banyak koin.

Semangat Dodik pun tak surut, justru semakin naik karena hadiahnya pun dinaikkan.wajah yang tadinya bersih kembali blepotan oleh saus kecap yang menempel pada buah. Tapi Dodik tak pikirkan itu, koinnya harus aku cabut sebanyak mungkin pikirnya sambil mulai mencabut satu persatu koin.

Tapi kali ini beda karena lawannya pun tak mau kalah, punya hasrat yang sama dengan Dodik, mencabut koin sebanyak-banyaknya.

Pipi Dodik pun terlihat blepotan saat juri meniup pluit tanda gamenya usai. Dodik pun mulai menghitung berapa koin yang didapat bersama Rio dan ihsan. Koinnya ternyata ada 11 biji. Itu artinya ada Rp. 110.000 di final yang ia Terima ditambah 11 koin di final yang berjumlah RP. 11. 000, ditambah koin penyisihan 14 koin dengan nilai Rp. 14.000, jadi total hadiahnya ada Rp. 135.000 yang bisa Dodik bawa pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, dengan muka senang dan gembira, Dodik berlari memasuki rumah sambil lompat kegirangan mencari mboknya dan berkata "Ma! Dodik menang ma!" Ini hadiahnya, sambil Dodik memperlihatkan uang kertas dan koin yang bercampur dalam kantung plastik kecil untuk diberikan kepada mboknya. "Uang ini untuk emmak!! ". Semua karena emmak". Emaknya pun menerima uang tersebut dan berpesan pada Dodik" Alhamdulillah, kamu harus bersyukur pada Gusti Allah, kalau kita bersungguh-sungguh itu, gusti Allah akan menolong kita".

Mendengar pesan mboknya, Dodik pu langsung ucapkan hamdalah, lalu kembali ia memeluk ibunya sebagai tanda syukur. "Dodik senang mak, Andai lomba itu tiap hari ada, pasti Dodik akan ikut terus berlomba, membantu emmak mencari uang". Maklumlah, mungkin Dodik prihatin dengan kehidupan mbok sugiarti, emmaknya yang menjadi tulang punggung keluarga, sejak suaminya meninggal di tabrak truk sepulang kerja bangunan.

Bersambung-

Salam merdeka, #MNGBC

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Pak Mursalim idenya

11 Aug
Balas

Ceritanya penuh haru. Sukses selalu Bapak.

12 Aug
Balas

Keren ceritanya. Lomba yang mulai jarang diadakan saat Agustusan. Semoga sehat dan sukses selalu Pak.

11 Aug
Balas



search

New Post