Setelah Alena tenang, Ferry segera menghubungi mamah dan mertuanya mengabarkan kalau Alena di rawat di klinik. Sekarang Ferry lebih percaya diri memberi kabar kepada mereka.

Karena kondisi Alena tengah hamil anaknya yang selama dua tahun ini dia nantikan. Rasanya Ferry sudah tidak sabar ingin segera menceritakan kalau istrinya sedang mengandung kepada kedua orangtuanya.

Tidak lama mereka datang dan langsung memeluk Alena mengucapkan selamat atas kehamilan anak pertamanya. Mamah begitu bahagia melihat putrinya Alena sudah hamil. Dia sudah membayangkan rumahnya pasti akan ramai oleh kehadiran cucu pertamanya. 

Sedangkan ibunya Ferry, tidak henti hentinya mengingatkan putranya untuk menjaga kandungan istrinya. Sementara Alena sendiri merasa kondisi tubuhnya tidak begitu nyaman.

Ada rasa sakit di dalam perutnya. Tapi dia berusaha menyembunyikan rasa sakit itu dengan berpura-pura tersenyum dan menampakkan wajah bahagia di depan kedua orangtuanya dan mertuanya.

Setelah puas dan jam jenguk sudah selesai, kedua orangtuanya dan mertuanya pamit pulang, sementara Ferry harus tetap menjaga istrinya selama dirawat di klinik. Malam semakin larut ketika Ferry sedang lelap. Sakit perut Lena semakin menjadi, awalnya Lena ingin menyembunyikan rasa sakitnya.

Tapi karena rasa sakit yang luar biasa akhirnya Lena terpaksa membangunkan suaminya, Ferry terlihat jajap dan panik melihat kondisi istrinya yang meringis kesakitan dan wajahnya terlihat pucat.

Ferry segera keluar kamar dan memanggil perawat. Dengan cekatan beberapa perawat memeriksa kondisi Lena.

Salah satu perawat seperti menghubungi dokter kandungan supaya segera datang ke klinik. Melihat situasi seperti itu Ferry semakin gelisah, apa sebenarnya yang terjadi pada istrinya. Mau menghubungi keluarganya tidak enak karena malam sudah sangat larut.

Akhirnya Ferry memberanikan diri menanyakan tentang kondisi istrinya kepada salah satu perawat yang memeriksa istrinya. 

"Sus, sebetulnya kenapa dengan istri saya, apakah kandungan nya baik baik saja?" Tanya Ferry penuh kecemasan.

"Sabar ya pa, kami sedang menunggu dokter Roland yang akan memeriksa kondisi istri bapak?" Jawab suster dengan wajah yang susah ditebak oleh Ferry.

Bersambung