Neli Wardani

Guru BK di SMA N 2 Bukittinggi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kenapa Anak Kecanduan Dengan Game (Day 48)

Kenapa Anak Kecanduan Dengan Game (Day 48)

Oleh : Neli Wardani

Game, seperti sudah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari generasi milenial, baik yang sifatnya online maupun offline. Dari remaja sampai balita tak luput dari kecanduan game ini, terutama pada anak laki-laki.

Setiap hari, godaan untuk bermain game sulit untuk mereka kendalikan, termasuk disekolah-sekolah yang membolehkan siswanya membawa gadget, dengan alasan diperlukan untuk kegiatan pembelajaran dan agar orang tua mudah menghubungi anaknya. Namun apa yang terjadi? Seringkali mereka menyalahgunakan gadget mereka dalam proses pembelajaran di sekolah,  seperti bermain game saat belajar yang tidak ada guru, bermain secara sembunyi-sembunyi di wc dan kantin sekolah. Setiap ada kesempatan, mereka manfaatkan untuk bermain game. Bahkan pada waktu istirahat kedua (ishoma), yang harusnya mereka isi dengan shalat dan makan siang, malah mereka gunakan untuk bermain game.

Di rumahpun, mereka tetap tak bisa lepas dari gadget mereka, dan lagi-lagi yang mereka lakukan selain gadgetan di media sosial mereka adalah bermain game.

Benar-benar game sudah seperti tidak bisa dipisahkan dari mereka. Hampir separuh waktu mereka dihabiskan bersama gadgetnya, dengan bermain game. Bahkan ada siswa yang dari rumah pergi kesekolah, tapi ternyata tidak sampai kesekolah. Kemana mereka? Pada umumnya mereka pergi ke tempat-tempat yang dapat memfasilitasi kecanduan mainnya, seperti warnet atau play station.

Hal ini tentu saja menghkhawatirkan orang tua dan guru. Perhatian dan konsentrasi mereka kepada pelajaran tentu saja menurun, karena mereka sudah kelelahan dan sering kurang tidur. Hasil belajar merekapun mengecewakan.

Kenapa anak kecanduan dengan game? Ada beberapa sebab yang membuat anak kecanduan pada game, diantaranya seperti ulasan berikut.

Pertama, tidak ada attachment dengan orang tua

Tidak adanya rasa lekat dan dekat antara anak dengan orang tua, membuat anak  tidak memiliki rasa nyaman dan bahagia ketika bersama orang tuanya. Hal itu membuat si anak berusaha mencari kegiatan lain, yang dapat mendatangkan rasa senang dan bahagia, salah satunya adalah dengan bermain game.

Kedua, pengaruh lingkungan

Sejak awal mungkin orang tua tidak ada mengenalkan game pada anak, namun mungkin teman-temannya di sekolah seringkali bercerita tentang keseruan bermain game. Awalnya mungkin anak tidak begitu terpengaruh, tapi lama kelamaan anak akan merasa dirinya “aneh” karena tidak pernah mencoba game seperti yang diceritakan temannya. Akhirnya tumbuh keinginan untuk mencoba, baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam.

Ketiga, mengenal game dari televisi

Di media massa seperti televise seringkali muncul iklan-iklan yang secara tidak langsung mengenalkan anak dengan jenis permainan-permainan yang ada. Orang tua mungkin benar-benar sudah memproteksi  anak dari android, tapi media televisi tetap ada yang justru mengenalkan banyak hal tentang game pada mereka.

Keempat, mengenal game secara tidak sengaja dari adroid milik orang tua

Pada situasi zaman sekarang, sulit bagi orang tua untuk benar-benar tidak memiliki handphone android. Minimal mungkin ada satu buah android, yang dipakai bersama oleh orang tua. Nah, kita tidak bisa benar-benar menjaga supaya anak tidak menyentuh sama sekali handphone orang tua. Kemungkinan lain mungkin anak menggunakannya secara diam-diam, kemudian melihat notifikasi dan promosi-promosi tentang game yang secara acak muncul dilayar. Tentunya ini menarik perhatian anak dan berlanjut dengan mencobanya.

Kelima, Orang tua mengenalkan sendiri game kepada anak karena khawatir anak menjadi jadul (baca:jaman dulu).Ini adalah pengakuan dari beberapa orang tua yang merasa kasihan kalau anak sama sekali tidak mengenal android. Orang tua khawatir kalau anak  dijauhkan dari game, justru anak akan penasaran dan malah mencarinya sendiri di luar rumah, yang justru makin tidak terpantau oleh orang tua. Alasan itulah, akhirnya orang tua meminjamkan androidnya dan membiarkan anak main game yang sudah ada di handphone. Namun anak makin penasaran untuk mencoba yang lebih menantang lagi.

Keenam, anak mengalami BLAST (Boring, Lonely, Anger/ Afraid ,Stress, Tired)

Rasa bosan yang dialami oleh anak karena memiliki banyak waktu senggang akan mendorongnya untuk mencari kegiatan yang dapat mengobati kebosanannya, pilihan yang paling sering dipilih anak adalah main game. Lonely atau rasa kesepian yang dirasakan anak dengan banyaknya waktu senggang, sementara tidak ada orang-orang terdekat yang menemani, bercerita, berkumpul dan bermain bersamanya, membuat anak bisa lari ke game. Afraid/Angry atau rasa takut atau rasa marah yang dirasakan oleh anak, mendorong mereka untuk mengkompensasinya kepada kegiatan lain yang dapat menenangkannya, seperti game. Dengan game, mereka merasa dapat melupakan rasa marah dan rasa takutnya. Stress atau rasa tertekan oleh rasa kehilangan orang terdekat, mengalami masalah dengan teman karena adanya, guru atau orang tua, juga turut andil dalam menggiring anak untuk menggunakan game sebagai pelarian. Rasa lelah (tired) setelah menjalankan rutinitas sekolah selama sepertiga hari bisa juga menjadi alasan anak untuk bermain game untuk membantunya menjadi “merasa” fresh lagi.

Tentu saja tidak baik jika anak yang BLAST melarikan diri kepada game, mengingat game memiliki dampak negatif yang tidak baik bagi perkembangan mental anak. Disinilah peran kita sebagai orang tua mendampingi anak agar mereka tidak bosan, kesepian, takut/marah tertekan dan kelelahan.

Ketujuh, game selalu memberi kesempatan untuk mencoba. Kalau anak salah atau kalah dalam permainannya, dia tdak marah, tapi selalu bilang “coba lagi”. Hal ini membuat anak betah untuk terus mencoba sampai ia berhasil menjadi pemenang. Berbeda dengan orang tua yang ketika anak melakukan kesalahan, cenderung marah dan menyalahkan.

Demikianlah beberapa penyebab yang membuat anak kecanduan game. Penyebab tersebut tidak lepas dari peran kita sebagai orang tua dalam mengarahkan dan mendidik anak-anaknya agar menjadi generasi yang dapat memanfaatkan teknologi tapi dapat juga menjaga dirinya dari dampak negatifnya.

#berbagidarikelasparenting

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Zaman milenial dengan tantangan gejed kita harus jadi orang tua maksimal ya bu... sedikit kelalian berdampak besar buat anak kita kedepannya

08 May
Balas

Iya bu..kita hrs bijak

09 May

sesuai patient yow uni hehehhe always parenting

08 May
Balas

Iya bu likna...jadi malu....

08 May

Dapat lagi ilmu baru,,,,, terimakasih buk anel..

08 May
Balas

Sama sama bu eka

09 May

Semoga sukses bu..

08 May
Balas

Aamiin. Thanks bu

08 May

Assalamulaikum bun..Salam kenal

08 May
Balas

Salam kenal kembali bu...

08 May



search

New Post