Neli Wardani

Guru BK di SMA N 2 Bukittinggi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Orangtua, Antara Penumbuh Atau Pembunuh Karakter Anak (Day 58)

Orangtua, Antara Penumbuh Atau Pembunuh Karakter Anak (Day 58)

Oleh : Neli Wardani

 

Orangtua, Antara Penumbuh Atau Pembunuh Karakter Anak

 

Hari itu adalah hari Senin. Seperti biasa, aku kembali menjalani rutinitasku sebagai guru di salah satu SMA negeri di kotaku. Seperti biasa juga, aku berangkat kesekolah dengan mengendarai sebuah motor matic biru kesukaanku. Seperti biasa juga, aku selalu membonceng kedua anakku untuk diantar ke sekolahnya masing-masing. Anakku yang sulung bersekolah di MTSn, sedangkan anakku yang kedua bersekolah di SD. Jarak sekolah mereka berjauhan dan arahnya juga bertolak belakang. Pertama aku harus mengantar dulu anak sulungku, baru anakku yang kedua, karena SD tempat anakku sekolah agak berdekatan dengan sekolah tempat aku bertugas.

Dengan Bismillah segera kuhidupkan motorku, dan segera melaju menuju arah sekolah anak sulungku. Jadwal aku berangkat hari ini agak terlambat 10 menit dari biasanya. Sehingga jalanan sudah mulai ramai dengan kendaraan, baik kendaraan bermotor, maupun mobil pribadi dan bus sekolah. Aku terpaksa harus pelan dan ekstra hari-hati karena banyak pengendara motor yang cenderung tidak sabaran, sehingga kadang-kadang aku hampir tersenggol.

Sampai diperempatan, kulihat dari jauh lampu hijau, kupacu motorku agar tetap bisa melaju tanpa ketemu lagi dengan lampu merah dari awal., karena pasti akan lama.  Namun ternyata, saat aku sampai digaris putih zebra cross, lampu merahpun menyala. Kulihat secara kebetulan tidak ada kendaraan yang datang dari arah kanan dan arah berlawanan denganku. Beberapa pengendara di belakang dan sampingku tetap melaju meskipun lampu sudah merah. Aman. Tidak terjadi apa-apa. Tidak ada tabrakan. Aku berpikir untuk segera juga memacu motorku menerobos lampu merah. Lumayan dapat mempersingkat waktu agar aku tidak terlalu terlambat sampai di sekolah.

Mendadak aku berhenti. Kutenangkan diri, yang sudah terpancing emosi untuk segera menerobos. Aku tersentak, bahwa dibelakangku ada dua orang anakku yang akan belajar, bahwa aturan itu tidak perlu dipatuhi. Anakku akan belajar dariku bahwa kalau kita terburu-buru, kita boleh melanggar aturan. Anakku akan belajar dariku bahwa kesabaran hanya akan merugikan diri kita. Tidak. Aku tidak mau itu terjadi.  Aku ingin anakku belajar disiplin, tertib, taat aturan dan kesabaran dariku. Maka aku harus memberikan contoh yang baik pada mereka.

“Kenapa berhenti bu?” anakku yang kedua bertanya.

“Lampunya sudah merah nak, kita harus berhenti”. Jawabku.

“Itu orang yang dibelakang kita jalan terus, gak apa-apa. Kalau kita gak jalan sekarang, nanti lampu merahnya lama. Kita bisa terlambat”. Anakku terus menyampaikan argumennya agar aku segera jalan.

“Sabar ya nak. Kita harus taat aturan. Kalau kita jalan terus, itu bisa membahayakan untuk kita sendiri, juga orang lain. Kita harus membiasakan untuk disiplin. Gak lama kok….”.

Andai saja tadi aku terjebak untuk menerobos lampu merah, apa yang akan terjadi dengan anakku dikemudian hari dengan karakternya? Mungkin ia akan menjadi orang yang tidak sabaran, tidak disiplin, emosional, egois, tidak taat aturan, dan bahkan mungkin bisa menjadi koruptor. Na’uzubillahiminzalik. Semoga anakku hari ini belajar, bahwa kita harus taat aturan, disiplin, sabar, berani menanggung resiko karena kelalaian. Anakku harus bejar berkarakter dari sekarang, dari hal yang kecil.

Betapa banyak di luar sana orang tua yang justru memberikan contoh-contoh tidak baik pada anaknya. Seringkali kita lihat di jalan raya, orang tua yang sedang membonceng anaknya melanggar aturan lalu lintas, demi mengejar waktu. Menerobos lampu merah meski kemudian banyak orang berteriak-teriak karena marah. Hari ini anaknya terlihat bengong, tapi dikemudian hari pengalaman itu berkembang menjadi karakter yang buruk.  Orang tua memiliki peran besar dalam menumbuhkan karakter baik anak, tapi bisa juga menjadi pembunuh karakter baik anak. Which one do you like?

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

wa mantap sekali buk anel...

18 May
Balas

Penyesalan dan kesadaran itu slalu datang diakhir perbuatan maka emosi harus dijaga..Salam literasi bunda

19 May
Balas

Dari judul bikin deg degan

18 May
Balas

Dari judul bikin deg degan

18 May
Balas



search

New Post