NURROHMAH PUJI MASTUTI

Guru IPA yang sejak kecil gemar sastra. Seringkali menulis puisi dan cerpen di sela kegemaran traveling.Lebih suka diam dan suka dengan ketenangan. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Perhatian, Sebuah Harapan anak-anak dari Orang Tua (H213)
Pixabay

Perhatian, Sebuah Harapan anak-anak dari Orang Tua (H213)

Setiap orang pasti pernah merasakan rindu. Entah rindu kepada orang tua, saudara, teman, maupun belahan jiwa. Bagi anak muda rindu kepada kekasih itu sudah biasa. Hingga kadang mereka lupa akan rindu kepada kedua orang tua.

Hal yang dianggap biasa ketika di rumah selalu ada orang tua dan anak-anak mereka. Sudah wajar orang tua penuh kesibukan demi memenuhi kebutuhan keluarga. Dan anak-anak biasanya cenderung pasif terhadap apa yang sudah dilakukan orang tua mereka. Sebab mereka menganggap semua itu biasa-biasa saja.

Hari ini di sebuah kelas saat mereka tidak ada tugas di mata pelajaran tertentu, saya mencoba memasuki kelas untuk menertibkan para siswa. Sekilas saya lihat kondisi kelas sangat berantakan. Kertas berserakan, para siswa sulit diminta duduk diam. Mereka mondar mandiri dan tak peduli lagi kehadiran guru yang menjadi wakil dari orang tua mereka ketika berada di sekolah.

Hingga beberapa saat, saya pun terdiam menatap dan menunggu mereka hanya untuk sekedar mendengar informasi yang akan saya sampaikan. Lalu beberapa siswa mulai sadar sedang berada dalam posisi yang kurang baik. Mereka pun duduk tertib pada tempatnya.

Beberapa lainnya masih asyik bermain dengan teman-teman mereka. Berlari, berpindah tempat, mengerjai teman, bahkan juga bermain pesawat kertas tanpa peduli lagi dengan situasi yang ada.

Saya coba mengingatkan semampu saya. Mereka pun diam sesaat dan kembali menyebarkan sampah kertas, bahkan juga melempar-lemparkan sepatu milik salah satu siswa.

Apakah saya harus marah? Tidak. Saya sadar saat ini saya memang belum mengenal banyak tentang mereka. Saya memang tidak pernah berada di kelas mereka sejak kelas tujuh,

Kegiatan pun saya lanjutkan. Mengkondisikan siswa untuk lebih tertib agar tidak mengganggu kelas lainnya. Mereka pun mau duduk berkelompok bersama teman-teman mereka. Setiap kelompok saya berikan satu buku untuk dibaca dan satu lembar kertas untuk merangkum.

Alhamdulillah, mereka pun menyambut tugas tersebut walaupun merasa berat dan sangat terpaksa. Tentu jam kosong lebih mereka sukai dibandingkan diisi dengan kegiatan literasi.

Pertanyaan demi pertanyaan membuat saya mendekat dan menjawab pertanyaan. Bimbingan dan pengarahan membuat mereka tidak lagi terpaksa untuk membaca. Sedikit keingintahuan mulai ada walaupun belum maksimal.

Sambil membimbing mereka, saya pun mencoba bertanya tentang latar belakang mereka. Hingga tiga jam pelajaran sudah lewat hampir tiba di jam terakhir. Tugas literasi pun mereka kumpulkan walaupun masih sangat jauh dari kesempurnaan

Di dua puluh menit terakhir, semua tugas sudah selesai. Apakah para siswa langsung pulang? Tentu tidak. Saya pun mencoba mengajak mereka bermain sekaligus berliterasi.

Saya pilih permainan 321. Sebelumnya para siswa menyiapkan satu lembar kertas yang sudah dilengkapi identitas. Pertanyaan pertama, saya meminta masing-masing siswa menuliskan 3 hal (pelajaran, pengalaman, kisah lucu, dan lain-lain) yang telah mereka temukan sehak tiba di sekolah waktu pagi hingga siang hari.

Mereka pun mulai tergerak untuk menuliskan pengalaman belajar yang mereka dapatkan. Semua masih berjalan dengan lancar. Kemudian saya lanjut dengan pertanyaan kedua. Saya minta setiap siswa menuliskan 2 hal yang menarik yang mereka dapatkan hari ini.

Di sela menulis jawaban, beberapa siswa pun membuat saya mengutarakan satu pertanyaan lagi.

"Apakah orang tuamu pernah bertanya tentang hal-hal (pelajaran dan pengalaman) yang kalian alami di sekolah?"

Ternyata jawaban mereka membuat saya mengelus dada. Dari 32 siswa ternyata hanya 4 siswa yang pernah ditanya oleh orang tua saat tiba di rumah. Selebihnya, mereka sekolah dengan kemauan sendiri, berangkat sendiri, dan bahkan tak pernah ditanya kapan berangkat dan kapan pulang. Ada apa di sekolah, dan apa yang telah mereka dapatkan

Anak-anak pun berlanjut menjawab pertanyaan berikutnya tentang harapan mereka. Lima menit menjelang pulang, mereka justru termenung dan tidak bisa mengungkapkan harapan mereka dalam bentuk tulisan. Mereka lebih suka berbicara langsung tentang harapannya untuk berkesempatan mendapatkan perhatian dari orang tua.

Waktu pun berlalu. Mereka masih belum mendapatkan kesempatan dan perhatian seperti yang mereka inginkan. Jika keadaan terus seperti ini, bagaimana siswa dapat berhasil dalam belajar?

Kasih sayang dan perhatian orang tua sangatlah penting. Sebab keberhasilan anak-anak bukan hanya terletak di tangan mereka, hanya tanggung jawab guru saja. Tetapi pembelajaran yang lebih baik justru berada di rumah. Bagaimana anak-anak menjalani kehidupan dengan sewajarnya. Perlu perhatian dan kasih sayang orang tua.

H213

Nganjuk, 1 Agustus 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post