Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Review Sketsa Embun Asa

Review Sketsa Embun Asa

Keisengan saya ketika sendiri dan gabut mau berbuat apa adalah dengan bermain-main dengan hape...entah itu sekadar mengambil foto, video, menulis dengan gaya sekate-kate dan membaca.

Alhasil, setelah mendapat teguran dari gawai yang memorinya sudah tidak kuat menampung video, sontak OTG yang kubawa kemana-mana beraksi, memindahkan sebagian dokumen dengan tujuan biar tidak berat lagi muatannya.

Dalam pada itu, hei....bukankah pada saat bersemuka dengan gurusianer hebat itu saya dikasih buku nih...hasyekkkk...mataku langsung suegeeeeer kembali.

Buka tas dan menemukan tumpukan buku yang sudah tersusun rapi, pokoknya setelah semuanya tuntas dibaca, dengan bahasa sederhana saya akan mencoba mereviu.

Lalu, dengan memberanikan diri walau nyali hanya seuprit yang hanya bermodal nekatpologi( Baca Ilmu nekatšŸ¤£), secara bergiliran saya mulai menyimak satu persatu.

Awalnya berpikir, baca yang ringan-ringan dulu deh...ternyata saya salah menilai, walau judulnya puisi namun isinya membuat decak kagum ini tak mau berhenti.

Sadar saya sedang berada di kereta api, sesaat saya sempat melihat kiri kanan di mana duduk, kuatir saja dikira cicak... Sungguh kalimat demi kalimat mengalir sempurna paripurna, penempatan kata yang begitu indah membuat tak bosan membacanya, dengan pilihan diksi yang super luxury.

Ini siapa sih penulisnya?

Walau terasa menggenggam buih, Nyaris terlepas tuh buku...membuat senja seperti tergelincir, menghapus lelahku dan entah pada siapa hendak mencumbu hari....dua orang pengampu bahasa indonesia, jebolan bahasa dan sastra indonesia yang punya prestasi segudang.

Halaaaaah....? Malunya hati ini, relungku terasa tak berujung sepertinya gerbang hati ini larut, merindu lalu tercekat.

Duh, jalan itu...jalan terpilih...tak ada yang membuatku ragu untuk membaca "Sketsa Embun Asa," ini.

109 Halaman dengan 100 judul puisi yang mengharu biru, karya bunda Yurlina dan Sri Utami ini rasanya sangat menyesal jika tak memilikinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah, selamat menikmati ya pak

12 Mar
Balas

Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi

12 Mar
Balas

Iya pak..terima kasih...salam

12 Mar

Alhamdulilah

12 Mar
Balas

Iya bu...alhamdulillah

12 Mar

Mantap ulasannya abangku.. Sukses selalu

12 Mar
Balas

Terima kasih...aamiin

12 Mar

Masyaallah terima kasih review-nya Pak. Sama mah blm ada apa dibanding bunda Sri Utami. Sukses selalu utk bapak dan salut utk novelnya. Maaf jrg berkunjung bkn berarti tdk peduli, tp insyaallah tetap mengikuti setiap tulisan Bapak. Barakallahu

12 Mar
Balas

Iya bu...mksh bukunya...aamiin

12 Mar

I like your way to review this book..so nice and smooth.

15 Mar
Balas

Semangat beli terasi bang.... Keren reviewnya. Bu Sri Utami memang pakarnya puisi.. He. Nhe. He

13 Mar
Balas

Mantap. Pasti diksinya sangat okay.

12 Mar
Balas

Mantab pisan

12 Mar

Alhamdulillah Terima kasih reviunya mohon krisannya,

12 Mar
Balas

Mksh bu bukunya.

12 Mar

Keren tulisannya Pak Radinopianto, salam sehat selalu

12 Mar
Balas



search

New Post