Ririn Maulida

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Sensasi Holat dari Tanah Batak

SENSASI HOLAT DARI TANAH BATAK

Liburan semester kenaikan kelas merupakan hal yang dinanti bagi keluarga saya, karena kami merencanakan untuk menghabiskan waktu liburan di kota kelahiran suami sekaligus orangtua saya yaitu Kota Medan. Waktu liburan yang tersedia tidak terlalu panjang, hanya 10 hari. Dalam waktu yang singkat dan padat, jadwal destinasi tempat yang akan dikunjungi sudah tercatat dan tertulis rapi di dalam agenda perjalanan liburan kami. Salah satu tempat yang menjadi destinasi tujuan keluarga saya adalah Kota Rantauprapat. Rantauprapat merupakan ibu kota Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara. Jika dari Medan, waktu tempuh untuk mencapai kota tersebut sekitar 8 atau 9 jam perjalanan. Kami melakukan perjalanan darat dengan mobil pribadi menuju Jalan Sirandorung, Rantau Prapat. Perjalanan yang kami tempuh sangat panjang dan melewati jalan lintas. Bahkan di tengah perjalanan, kami sempat mengalami beberapa kendala yaitu ban mobil yang kami gunakan kempes di tengah jalan. Sebelum sampai kesana, ada beberapa kabupaten yang kami lewati antara lain, Batu Bara, Kisaran dan Aek Kanopan. Sepanjang jalan kami melewati perkebunan sawit dan berdampingan dengan truk-truk besar pembawa muatan.

Rantauprapat merupakan tempat kelahiran atuk (kakek) saya, atau lebih tepatnya papa dari mama saya. Dan sejujurnya, ini adalah hal pertama bagi saya bertemu dengan keluarga besar dari pihak mama. Keluarga kami merupakan turunan darah batak bermarga Siregar dan beragama Islam. Keluarga besar saya merupakan turunan batak asli. Pukul 11.00 WIB keesokan harinya kami sampai dirumah tante saya, yang bernama tante Feni. Tante Feni merupakan anak dari adik nenek saya. Sesampainya disana, kedatangan kami disambut dengan hangat. Terlihat mimik muka mama yang sangat bahagia karena akhirnya bisa berkumpul dengan keluarga besar yang lama tak bertemu hampir 20 tahun lamanya. Perbincangan hangat pun mulai mengalir seiring berjalannya waktu. Tak terasa waktu makan siang tiba, keluarga tante Feni sudah menyiapkan hidangan yang lengkap dan lezat. Makanan disajikan lesehan beralaskan tikar, menggunakan tradisi lama dan turun temurun.

Begitu banyak menu yang disajikan, ada sup tulang, tahu goreng, pecal, dan ikan mas. Namun, dari bermacam-macam menu yang disajikan ada satu menu yang menarik perhatian saya. Menu tersebut menu yang belum pernah saya lihat sebelumnya, apalagi mencicipinya. Makanan tersebut ikan mas berkuah warna putih seperti santan, tetapi bukan santan. Nama makanan tersebut adalah ikan holat. Ikan holat merupakan makanan khas Tapanuli Selatan dan merupakan makanan tradisional yang sangat susah untuk ditemui di jaman sekarang. Hanya beberapa warung makan saja yang masih menyediakan jenis makanan ini.

Menu ikan holat ini menggunakan ikan mas dan serutan batang pohon balakka segar yang disiram dengan kuah bening, sehingga kuah bening tersebut berubah menjadi putih seperti santan matang. Rasanya gurih dan sangat khas di lidah. Hal ini merupakan pengalaman pertama dan baru bagi keluarga saya. Menu ini biasa disajikan di acara adat tertentu. Ikan holat ini akan sangat sedap jika disantap dengan nasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post