Puisi Akrostik
Puisi Akrostik
(Artikel 21)
Oleh: Siti Nurhayati
Sebagai kordinator Gerakan Literasi Sekolah saya ingin para siswa bisa menulis sebuah karya yang dibukukan sebagai karya bersama yang biasa disebut Antologi. Keinginan itu saya sampaikan kepada guru bahasa Indonesia. Saya minta padanya untuk meminta siswa menulis puisi Akrostik tentang guru pada hari guru. Dengan senang hati guru tersebut menyambut dan siap untuk melaksanakannya dan masuk penilaian sebagai tugas bahasa Indonesia.
Harapan saya adalah puisi Akrostik tersebut hadir pas hari guru dan diunggah di WA GLS, namun rupanya tidak mudah bagi siswa untuk menulis puisi. Ada yang bisa dengan mudah, namun lebih banyak yang tidak bisa sehingga guru bahasa Indonesia harus membimbingnya satu per satu. Tentu saja hal itu memakan waktu.
Sekitar dua bulan baru puisi-puisi tersebut terkumpul. Kemudian guru bahasa Indonesia membuat proposal ke sekolah untuk mendanai terbit buku Antologi Puisi karya siswa dan tentu saja kepala sekolah menyetujui karena bangga bahwa anak-anak bisa membuat karya sastra berbetuk puisi Akrostik.
Guru bahasa Indonesia meminta saya untuk membaca terlebih dahulu seluruh karya siswa dan kemudian memberikan gambaran singkat mengenai puisi mereka (bulrb). Dengan senang hati saya melakukannya karena memang saya yang memberikan inisitiaf untuk siswa menulis puisi.
Saya buka dan baca puisi mereka satu per satu. Ada rasa terharu dan juga lucu. Anak-anak kan diminta untuk memilih nama guru kemudian ditulis menjadi pusis Akrostik. Maksud saya adalah nama lengkap bukan nama panggilan. Namun sebagian besar menulis hanya nama panggilan. Dan yang dipilih ada ANA, WATI, SITI, FITRI hanya singkat saja. Tapi gak apa lah sudah mau menulis saja sudah lumayan.
Ada yang menulis SITI adalah nama panggilan saya. Saya membacanya jadi tertawa sendiri namun juga ada rasa haru. Yaitu puisi karya seorang siswa bernama Mahendra yang saya menjadi wali kelasnya. Begini tulisannya.
S-Sejenak terlintas di pikiranku
I-Indahnya matamu saat pertama bertemu
T-Tak bisa kuhapus dari pikiranku
I-Ingin ku bertemu denganmu lagi ibu...
Ada lagi yang menulis puisi akrostik SITI yakni karya Nurfitri Kurnia. Begini puisinya.
S - Surya bersinar menerangi bumi
I - Indahnya mengalahkan kilau pelangi
T – Tidakkah kau lihat pagi ini
I – Ingin kuberjumpa denganmu lagi
Saya tidak menyangka bahwa anak-anak bisa diajak untuk menulis sebuah karya. Meskipun sederhana setidaknya ini adalah awal yang baik. Jika terus mendapatkan bimbingan, tentu karya mereka akan mengalami kemajuan dan mereka semakin cinta literasi.
Buku puisi karya siswa dengan tajuk “Goresan di Langit Pertama” ini masih diedit lagi sebelum dikirim ke penerbit. Saya sudah menuliskan bulrb atas karya mereka. “Terharu membaca puisi mereka. Tak disangka mereka bisa merangkai kata menjadi kalimat yang bermakna. Ada gejolak jiwa muda mereka mencari idola untuk menjadi tauladan menuju masa depan gemilang. Apresiasi yang dalam atas karya mereka.”
Maguwoharjo, 21 Januari 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ilmu yang manfaat, mengalir.Langkah keren pejuang literasi, sukses selalu bunda
sukses selalu.... salam literasi
Terimaksih pak Siswandi. Salam Literasi juga.