Sri Endang Hastini Hasibuan

Nama ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pilihan Hati

Sejak pertemua itu, Riyan dan Zya jadi lebih sering bertemu. Bahkan beberapa kali mereka dipertemukan dalam rapat antar cabang perusahaan. Meski semuanya telah dimulai dari awal namun hingga kini Zya masih ragu akan Ibu Riyan yang dahulu pernah menolaknya secara terang-terangan. Tapi Ia tak bisa memungkuri hatinya, kalau Riyanlah pilihan hati sesungguhnya.

Andai Ibu Riyan tahu, betapa berat Zya harus mencoba membuang semua rasa cintanya, mungkin tak ada cela baginya untuk tak membiarkan Zya kembali bersatu dengan Riyan.

Hingga setelah beberapa waktu kemudian Riyan memberanikan diri bicara pada sang Ibunda. Ia telah berjanji apapun keputusan Ibunya Ia tetap mempertahankan Zya, perempuan yang sangat dicintainya.

Riyan pun menelpon Ibundanya.

"Ada apa sayang.."

"Ibu sama ayah sehat?"

"Alhamdulillah kami semua sehat nak, kamu gimana sayang?"

"Alhamdulillah Bu."

"Tumben nelpon, padahal baru aja kemarin kita telponan, apa kamu dah pulang kerja?"

"Sudah Bu...baru aja sampai rumah. Aku mau bicara penting sama Ibu."

"Bicara apa nak, bilang aja."

"Bu..aku harap Ibu mau merestui aku dan Zya, karena aku akan serius ke jenjang pernikahan, dan aku mohon sama Ibu jangan pernah ragu akan keputusan aku."

Ibu Riyan terdiam tanpa kata, Ada rasa bersalah yang hingga kini selalu menganggu hatinya. Kalau dahulu Ia pernah membuat Zya terluka hingga Zya merasa hancur. Namun ternyata Riyan tak mendapatkan kebahagiaan bersama Monika, apakah Zya yang menjadi kebahagiaan Riyan?

"Iya nak...kalau itu yang membuat kamu bahagia Ibu akan merestui."

Riyan terkejut mendengar jawaban Ibunya, padahal selama ini Ia tak punya keberanian untuk itu, karena takut akan kecewa lagi. Tapi kali ini Ibunya telah membuatnya kembali bersemangat mengejar cintanya.

"Bener Bu?"

"Iya sayang....cuma masalahnya, apakah Zya mau memaafkan Ibu, setelah apa yang ibu lakukan padanya dahulu."

"Zya itu orang yang baik Bu...aku yakin Ia akan memaafkan Ibu."

"Ibu sudah sangat bersalah dengannya nak."

"Nanti, kalau ada waktu kita ketemuan biar Ibu kenal lebih dekat lagi dengan Zya."

"Terus kapan kamu mau melamar Zya?"

"Secepatnya Bu...kita mau atur waktu yang tepat, doakan semoga semua lancar ya Bu."

"Amin....semoga kamu bahagia ya nak."

Merekapun mengakhiri pembicaraan melalui telpon tersebut. Riyan tampak lega setelah mendapat lampu hijau dari Ibunya. Dan Ia akan menyampaikan semuanya pada Zya. Semoga kebahagiaan akan menyapa mereka.

Ikuti kelanjutannya!

Asahan, 9 Agustus 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap cerpen

09 Aug
Balas



search

New Post