580. Faktor Kebinasaan Manusia
Banyak manusia yang menganggap dirinya telah berjalan dengan benar dalam menjalani kehidupannya dan selamat di akhiratnya kelak. Namun klaim tersebut belum tentu benar,bahkan cenderung akan mencelakakan dirinya. Kebenaran hanya bisa diukur dengan aturan atau petunjuk yang pernah Allah Swt turunkan lewat utusan-Nya,Nabi Muhammad saw. Sehingga siapa pun yang menjalani kehidupannya tanpa menggunakan petunjuk Al Qur’an dan As Sunnah sudah pasti salah dan akan tersesat. Demikian juga keselamatan manusia baru bisa terbukti setelah melewati perjalanan akhirat yang begitu panjang lagi melelahkan. Setelah kaki menginjak pintu surga baru boleh menyatakan diri telah selamat. Banyak manusia yang tertipu dirinya akibat bujuk rayu setan laknatullah yang suka menghiasi perbuatan buruk dengan aneka taburan tipuan. Setan akan membukakan 99 pintu kebaikan untuk menggiring manusia agar terjerumus kedalam 1 pintu keburukan. Dan setan tidak pernah merasa putus asa dalam menggoda manusia.
Diantara bentuk ketertipuan manusia adalah menghendaki pujian terus dari manusia. Dia akan berbuat sesuatu manakala ada pihak yang mengapresiasinya dan atau memujinya. Ketika perbuatannya minim pujian, maka menjadi malas untuk berbuat. Baginya yang menjadi konsentrasi adalah pujian semata dan menghindari sejauh mungkin adanya celaan. Celaan orang lain menjadi momok yang sangat menakutkan sekali. Seseorang yang terjangkiti penyakit demikian menjadi pertanda akan kehancuran dan kebinasaan hidupnya baik dunia maupun akhirat. Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi ra berkata:
واعلم أن أكثر الناس إنما هلكوا لخوف مذمة الناس وحب مدحهم، فصارت حركاتهم كلها على ما يوافق رضى الناس، رجاء المدح وخوفاً من الذم، وذلك من المهلكات فوجبت معالجته.
"Ketahuilah bahwa kebanyakan manusia hanyalah binasa karena takut terhadap celaan orang lain dan senang pujian mereka, sehingga gerak-gerik mereka semuanya menyesuaikan rida manusia. Mereka melakukannya karena mengharapkan pujian dan takut celaan. Yang demikian itu termasuk hal-hal yang membinasakan, sehingga wajib menghilangkannya." (Mukhtashar Minhajil Qashidin, hlm. 212). Bagi yang serius ingin selamat dunia akhirat menjadi wajib segera merubah gaya hidup dan orientasi dari setiap perbuatannya.
Sungguh menjadi suatu keberuntungan dan kebaikan serta kebahagiaan dalam hidup seseorang manakala dia senantiasa mau muhasabah atau mengintrospeksi dirinya dalam hidupnya untuk mencari keridaan Allah Swt semata. Semua aktifitas atau perbuatannya seharusnya ditujukan dan dipersembahkan untuk Allah Swt,bukan demi pujian sesaat dari manusia yang waktu memuji pun tidak tulus. Manusia mau memuji ketika ada keuntungan yang bisa didapatnya. Ketika minus keuntungan niscaya ogah untuk memuji orang lain. Yang memuji dan yang ingin dipuji sama-sama mempunyai kepentingan ingin pujian,sehingga tidak murni dan penuh pertimbangan. Orang yang sibuk ingin dipuji orang lain niscaya lupa akan aib dirinya yang seharusnya dikoreksi dan diperbaikinya. Demi pujian orang lain,aib tersebut akan dipermak sedemikian rupa walau dengan kebohongan sekali pun. Padahal ada hal yang lebih baik baginya,yakni sibuk mencari aib diri sendiri dan melupakan pujian orang lain. Bagaimana sempat berfikir ingin mendapat pujian orang lain jika masih banyak aib yang ada pada dirinya.
قال الإمام ابن القيّم -رحمه اللّٰـه فطوبى لمن شغله عَيبه عَن عُيُوب النَّاس
مفتاح دار السعادة : ١ / ٢٩٨« وويل لمن نسي عَيبه وتفرغ لعيوب النَّاس ؛ هَذَا من عَلامَة الشقاوة
“Imam Ibnul Qayyim ra berkata: "Maka berbahagialah bagi orang yang menyibukkan dirinya (dengan mengintrospeksi diri) dari aibnya sendiri daripada ia sibuk mencari aib orang lain. Dan sungguh sangat binasa bagi orang yang lupa terhadap aibnya sendiri dan cendrung meluangkan waktunya untuk mencari aib orang lain, maka hal ini termasuk sekian dari tanda kebinasaan seseorang (dalam hidupnya)." (Miftah Dar as-Sa'adah, jilid 1, hlm. 298).
Mengapa orang yang sibuk koleksi aib orang lain dan menonjolkan kebaikan dirinya sehingga layak dipuji menjadi orang yang akan binasa? Karena bukan kebaikan yang akan didapat ketika gila pujian diri dan maniak aib orang lain. Seharusnya yang terjadi adalah merasa dirinya penuh dosa sementara orang lain layak dipujianya. Tugas utama manusia bukan untuk mendapatkan pujian,namun menjalankan ketaatan yang menjadi perintah Allah Swt. Ada yang memuji maupun tidak ada tetap menjalankan kewajiban dengan baik lagi sempurna. Semua dipersembahkan kepada Allah Swt,Dzat yang akan menghisab dan memberikan balasan sesuai perbuatan tanpa ada sedikit pun kedzaliman. Menyembah dan memuji Allah Swt adalah kewajiban manusia dan hak Allah Swt. Manusia tidak berhak mendapatkan pujian,apalagi menuntut manusia untuk memujinya.
قَـالَ العَلّامَـة بـنُ بَـادِيسْ رَحِـمَهُ الله
ولـقد كان همنا الأول تطـهير عقيدة التـوحيد من أوضار الشـرك القـولي والفـعلي والإعتقادي ، فإن التوحـيد هو أساس السّلوك ولذلك ابتدأت بــ ﴿ إِيَّــاكَ نَعْــبُدُ ﴾ ، قـبل ﴿ اهْـدِنَا ﴾ في فاتحة القرآن أثار بن باديس" (١٧٠/٥)
« ولو نظروا في كتاب الله وتأملوه لوجدوا جُل آياته دعوة إلى التوحيد ونبذ للشرك… » وَقَــالَ رَحِــمَهُ الله
"أثار بن باديس" (٣١٩/٢)
“Berkata al-Allamah Ibnu Badis ra : "Sungguh perhatian kami yang pertama adalah membersihkan aqidah tauhid dari kotoran-kotoran kesyirikan dalam perkataan, perbuatan, maupun keyakinan, karena sungguh tauhid itu adalah pondasi dari perangai hidup sehari-hari. Oleh karena itu (ayat Al-Qur'an) dimulai dari (إِيَّاكَ نَعْبُد) "hanya kepada-Mu kami menyembah", sebelum (اهْدِنَا) " tunjukilah kami" di dalam surat pembuka al-Qur'an (al-Fatihah)." (Atsar Ibnu Badi ,5/170). Dan beliau juga berkata : "Kalau seandainya mereka memeriksa Kitab Allah dan menelitinya, niscaya mereka akan mendapati mayoritas ayat-ayatnya berupa ajakan kepada tauhid dan membuang (meninggalkan) kesyirikan..." (Atsar Ibnu Badi,2/319). Gila pujian bisa termasuk jenis kesyirikan yang sangat dimurkai Allah Swt. Semoga kita terbebas dari sifat tercela penyebab kebinasaan hidup tersebut. Amin []
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar