Susmintari Dwi Ratnaningtyas

Karena yang terucap akan mudah lenyap dan yang tertulis akan abadi seperti prasasti....

Selengkapnya
Navigasi Web
29. GADIS BERHIJAB MAGENTA

29. GADIS BERHIJAB MAGENTA

#Tagur 365

#Hari ke-224

Alvin terdiam. Hatinya bimbang. Ada rasa senang, Devina tak lagi terfokus perhatian pada Andika. Dia jadi punya kesempatan besar untuk mendekati gadis itu. Menghiburnya lalu perlahan menebar rasa kasih yang mungkin bisa membuka mata hati Devina.

Sabar, Devi. Aku tahu kamu kuat. Kamu pasti bisa bertahan dalam kebahagiaan.

Dikirimnya pesan balasan itu kepada Devina. Tak lama, pesan itu tercentang biru. Devina sudah membacanya. Ada sedikit penyesalan di hatinya. Sebenarnya tadi dia mau meneruskan pesannya dengan kalimat aku akan selalu menemanimu. Tapi ditahannya. Devina baru saja membuka percakapan dengannya. Gadis itu sedang merasa kehilangan, dia tak ingin merusak kepercayaan gadis itu kepadanya. Cukuplah dia menanti, hingga rasa itu akan menemukan muaranya.

Aku berusaha untuk bisa, Vin. Tapi kekalahan ini tetap terasa menyakitkan. Selama ini aku menjaga hatiku hanya untuk Mas Dika. Memang tak ada ikrar di antara kami, tapi aku selalu merasa Mas Dika adalah catatan takdirku. Dan kami memang bisa bertahan dalam kenyamanan persahabatan selama waktu yang kami lalui. Apakah itu belum cukup?

Pesan itu diakhiri dengan emoticon tangis. Alvin diam. Ada kepedihan yang menyulut rasa tak nyaman di hatinya. Andika benar-benar beruntung. Dia diharapkan oleh Maura, dia juga dicintai oleh Devina. Ada sedikit iri yang tetiba menyapa. Andika mungkin tak seberuntung dirinya. Dia terlahir dari keluarga yang mapan, namun cinta nyatanya hampir membawanya pada ujung kekalahan.

Berusahalah untuk melupakan Andika, Devi. Biarkan Dika berbahagia dengan jalan hidup yang dipilihkan orang tuanya. Jika kamu memang mencintainya, bantulah bahagianya dengan doa.

Pesan itu terkirim tepat ketika dia mendengar suara mobil ayahnya memasuki garasi. Dia bersyukur, ayahnya cepat kembali. Mungkin ayahnya memang baru saja menyelesaikan masalah dengan keluarga Maura. Mungkin ayahnya memang sedang menjalankan skenario untuk menggiringnya pada kedekatan dengan Devina.

Ayahnya mengucap salam lalu langsung berjalan menuju ke ruang depan. Alvin menatap punggung ayahnya. Ada banyak tanya yang ingin disampaikannya, namun melihat sikap ayahnya, semua tanya itu seperti tercekat di tenggorokannya.

Devina belum juga membalas pesan yang dikirimkannya. Dalam sunyi, digesernya gawainya. Status whatsapp Devina cukup membuatnya terkejut, namun semua dipahaminya sebagai sebuah ungkapan rasa kecewa.

Ternyata tak semua orang bisa dengan cepat jatuh cinta. Ada proses panjang yang harus dilalui untuk merapikan luka dan menyembuhkan kecewa. Jangan memaksa untuk diterima, karena untuk itu pasti dibutuhkan kerelaan hati. Kalah atau hanya sekadar lelah?

Ditariknya napas panjang. Hatinya bertanya, “Sedalam itukah rasa kehilanganmu, Devina?”

(bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

22 Sep
Balas

Alvin menanti devina menata hati, hehe... Keren ukhti cantik.. Lanjut... Barokalloh

23 Sep
Balas

Suip pokoke

23 Sep
Balas



search

New Post