#Tagur 365

#Hari ke-180

Nindy menyuapkan potongan kecil semangka ke dalam mulutnya. Perlahan dikunyahnya hingga rasa manis itu menyapa. Diaduknya sop buah dalam mangkuk bening itu tanpa suara. Diam mengurungnya dalam kesunyian meskipun kedai sop buah ini tak pernah sepi pengunjung. Ditariknya napas panjang. Hatinya masih saja terasa dingin, bahkan setelah dua tahun dia meninggalkan kota ini. Serpihan kenangan itu tetap memeluknya dalam imaji rasa tak berarti yang tiada bertepi.

--

Seorang perempuan berhijab magenta menghampirinya. Senyum manisnya menawan. Riasan sederhana membuat penampilannya kian paripurna. Nindy mendesah. Dia selalu kalah. Diliriknya gamis berwarna biru muda dengan hijab kaos warna senada yang dikenakannya. Penampilan ala kadarnya yang menyebabkannya terlihat lebih tua dari usia yang sebenarnya. Sebuah kondisi yang kemudian diyakininya sebagai penyebab berpalingnya Raka, sahabat masa kecil yang dikasihinya dalam diam kepada Nina, perempuan berhijab magenta yang kini berada hadapannya.

--

Sapa renyah Nina terdengar. Candanya penuh kelakar saat mereka bertukar kabar. Seperti air tenang yang menghanyutkan, Nindy menyimpan kegalauan di palung hati terdalamnya. Tak ingin dia berbagi. Nina sudah berbahagia dengan Raka. Mereka pasangan yang serasi dalam segala situasi. Namun penjelasan Nina membuatnya tersentak dan menggigil dalam rintih. Sesalnya tak berguna. “Raka kebingungan mencarimu hingga tanpa sadar menerobos lampu merah di jalan utama kota kita.”