Verawati

Verawati, lahir di Bekasi pada tanggal 25 Desember 1977 adalah salah seorang guru Akuntansi di Kabupaten Bekasi yang tidak hanya aktif dalam membina murid-murid...

Selengkapnya
Navigasi Web
KAIDAH PANTUN

KAIDAH PANTUN

Resume Pertemuan ke-14

KAIDAH PANTUN

Oleh : Verawati

 

Buah duku buah kedondong

Masak sebiji dimakan tupai

Peserta BM 27 jangan bengong

Belajar berpantun supaya pandai

Itulah sebait pantun yang mengawali proses belajar malam ini. Narasumber belajar nulis kali ini adalah seorang guru SD bernama MiftahulHadi, S.Pd. Beberapa pantun sebelum  proses belajar saya salin dalam catatan rangkuman kali ini, pantun-pantun tersebut antara lain :

Jahit jas berbahan katun

Warna coklat pakai resleting

Ini kelas WA berpantun?

Semakin hebat dalam zoom meeting

Beli celana di jatinegara

Dibeli satu dapat dua

Mari kita bergembira

Bersama narasumber mifta

Terasa hambar masa menunggu,

Siapa dia semakin dekat,

Apa kabar bapak dan ibu,

Semoga bahagia dan selalu sehat.

Lahan gambut luas sangat

Dekat penghuni pengantin baru

Ayo sambut dengan semangat  ..

Malam ini materi baru.

Pemuda kini makin santun,

Tidak mentah pengetahuannya,

 Malam ini materi pantun,

Mas Miftah narasumbernya.

Makan lumpia terasa mentah,

Sambel jotun nasi kerak,

Siapa dia Mas Miftah,

Jago pantun Guru  Penggerak.

Kain katun terkena getah,

Terkena lagi hitam warnanya,

Ahli pantun beliau Mas Miftah,

Siap berbagi  ragam ilmunya.

--------------------------------------------

Bunga sekuntum tumbuh di taman,

Daun salam tumbuh di kota,

Assalamualaikum saya ucapkan,

Sebagai salam pembuka kata.

--------------------------------------------

Tapi kanal jembatan patah,

Jatuh ke semak peganglah tali,

Salam kenal saya Mas Miftah,

Dari Demak berjuluk kota Wali.

--------------------------------------------

Kalau puan ke pulau Mepar,

Tampak pula si gunung Daik,

Kalau puan bertanya kabar,

Alhamdulillah kabar baik.

--------------------------------------------

Pak Miftah merupakan alumni kelas menulis angkatan 17. Beliau adalah seorang guru SD dari kota Demak yang dipertemukan oleh Pak Wijaya Kusumah dan Ibu Kanjeng dan kemudian bergabung dengan sesama komunitas pantun di Jawa Tengah. Link yang dapat dilihat terkait dengan belajar pantun dapat diklik pada tautan berikut ini :

https://anyflip.com/wiirj/vdws/

Menurut Pak Miftah, dalam menulis pantun dibutuhkan ketelitian untuk memilih diksi, tidak asal. Jadi harus dipikirkan dulu, mana kata yang pas. Sehingga indah dibaca atau didengar.

Meskipun memang benar pantun itu identik dengan suku Melayu, tapi tahukah bapak ibu, bahwa tiap daerah di Indonesia juga memiliki pantun. Contohnya di Mandailing, Sumatera Utara, dikenal dengan sebutan ende-ende. Berikut ini adalah contoh ende-ende :

--------------------------------------------

Molo mandurung ho dipabu,

Tampul si mardulang-dulang,

Molo malungun ho diahu,

Tatap sirumondang bulan.

--------------------------------------------

Artinya adalah sebagai berikut :

--------------------------------------------

Jika tuan mencari paku,

Petiklah daun sidulang-dulang,

Jika tuan rindukan daku,

Pandanglah sang rembulan.

--------------------------------------------

Berbeda lagi halnya jika di daerah Sunda. Istilah pantun lebih dikenal dengan istilah paparikan. Contohnya sebagai berikut :

Sing getol nginam jajamu,

Ambeh jadi kuat urat,

Sing getol naengan elmu,

Gunana Dunya akhirat.

--------------------------------------------

Mlaku-mlaku wira-wiri,

Tekan gardhu nyandung watu,

Ngaku-aku dadi tani,

Nyandhak garu jare luku.

--------------------------------------------

Artinya sebagai berikut :

Jalan-jalan ke sana-sini,

Sampai gardu tersandung batu,

Jika mengaku sebagai petani,

Pegang Garu dikira luku (bajak).

 

Pada  awalnya pantun merupakan tradisi lisan. Seiring berkembangnya waktu, maka pantun "naik kelas".

Seiring dengan perkembangan zaman, pantun tidak hanya dituturkan saja dalam kehidupan sehari-hari, pantun kemudian dibukukan, dilombakan dalam berbagai event, serta diselipkan pada tiap kegiatan. Hingga saat ini UNESCO menetapkan pantun sebagai budaya tak benda atau tak berwujud.

Menurut sejarahyang ditulis oleh seorang sastrawan bernama Mu’jizah,  pantun berasal dari akar kata "Tun" yang bermakna baris atau deret.

Asal kata pantun dalam masyarakat Minangkabau dan Melayu diartikan sebagai "pantun". Oleh masyarakat Riau disebut sebagai tunjuk ajar yang berkaitan dengan etika.

Sebelum kita praktik membuat pantun, alangkah baiknya kita kenali dulu ciri-ciri serta kaidah dalam pembuatan pantun.

Dalam pantun, antara baris satu dan dua tidak ada hubungannya dengan baris tiga dan empat. Jadi sampiran dan isi berdiri sendiri.

Berbeda halnya dengan syair. Pola syair biasanya a-a-a-a.

Contoh-contoh syair sebagai berikut :

Belajar mengaji harus semangat,

Tekun rajin sabar dan giat,

Agar ilmu mudah didapat,

Selamat dunia juga akhirat.

--------------------------------------------

Ingat ingatlah wahai kawan,

Quran dan sunnah jadi pedoman,

Tuk menjalani kehidupan,

Agar hidup tentram dan nyaman.

 

Harap diperhatikan bahwa dalam syair baris kesatu sampai keempat ada hubungannya, sementara dalam pantun baris ke satu sampai empat tidak ada hubungannya. Dalam pantun, istilah baris ke satu dan kedua disebut sampiran sedangkan baris ketiga dan keempat disebut isi.

Rima

Berbeda halnya dengan rima, dalam rima baris ke 1-4 memiliki bunyi yang sama.

Karima

Karima disebut juga sebagai pantun kilat yakni hanya terdiri dari 2 baris dengan contoh sebagai berikut :

 

Daun keladi susun di gerbong,

Jangalah jadi orang yang sombong.

 

Contoh karima yang lain misalnya :

 

Daun talas di dalam saku

Yang jelas bukan aku

Dalam karima antara baris ke satu dan baris kedua juga tidak berhubungan.

 

 

Gurindam

Sama seperti karima, jumlah baris dalam gurindam juga ada 2 baris tetapi baris ke satu dan baris ke dua saling berhubungan. Contoh Gurindam sebagai berikut :

 

Jika selalu berdoa dan dzikir,

Ringan melangkah jernih berpikir.

 

Selanjutnya masih seputar pembahasan pantun, narasumber memberikan sebait pantun yang akan dipelajari lebih lanjut. Pantun tersebut sebagai berikut :

Memotong rebung pokok kuini,

Menanam talas akar seruntun,

Mari bergabung di malam ini,

Bersama kelas menulis pantun.

·       Pantun terdiri dari 4 baris..

Baris 1 empat kata

Baris 2 empat kata

Baris 3 empat kata

Baris 4 empat kata

 

Perlu diingat bahwa  dalam membuat pantun, usahakan membuat baris ketiga dan keempat (isi) terlebih dahulu,jika isi pantun sudah jadi, maka sampiran akan mengikuti.

Jika selama ini kita memikirkan sampirannya terlebih dahulu, maka hal tersebut hanya akan menyulitkan kita dalam membuat pantun.

Kaidah-kaidah pantun  yang harus diingat :

1.  Yang pertama, satu bait harus terdiri dari empat baris. Tidak boleh tiga atau lima.

2.  Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata.

3.  Satu baris terdiri atas delapan sampai duabelas suku kata.

4.  Bersajak a-b-a-b

5.  Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang

6.  Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud pantun.

 

·       Hindari penggunaan nama orang dalam membuat pantun.

 

·        Hindari penggunaan nama merk dagang.

 

·       Hindari pengulangan kata di tiap barisnya.

Nara sumber juga memberikan  trik paling cepat  apabila sudah ditentukan tema pantunnya, maka segera saja buat baris ke tiga dan empat terlebih dahulu.

Misalnya ditentukan  pantun dengan tema cinta kasih.

. . . .

Apa tanda kasih sejati,

Akan teringat sepanjang masa.

 

Salah seorang peserta memberikan sampiran sebagai berikut :

Siapa sangka berdaun jati

Dahan dipanjat ular berbisa

Apa tanda kasih sejati,

Akan teringat sepanjang masa.

Para peserta ditantang untuk membuat sampiran dari sebait pantun yang isinya telah ditentukan.

Beberapa pantun yang dihasilkan oleh peserta antara lain :

 

Hunus belati malam hari

Mimpi berlari bareng putri

Mari kita suka hati

Merangkai pantun suka hati

--------------------------------------------

Seiring balam dengan merbah

Balam turun dari nibungserai

Seiring salam dengan sembah

Salam pantun dari Tanjungbalai

--------------------------------------------

Bunga mawar bunga melati

Bunga Kamboja dari

Yogya

Apa tanda kasih sejati,

Akan teringat sepanjang masa.

--------------------------------------------

Jimat dipakai dalam sari

Jahitan lepas tersobek benang

Jika sudah punya isteri

Jangan jadi mata keranjang

Demikianlah proses belajar pantun pada malam ini, sebelum pemaparan berakhir, bertaburanlah berbagai pantun dari para peserta.

Semoga materi pantun pada malam hari ini semakin membuat kita semua cinta pada budaya sastra negeri sendiri.

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap, resume yang luar biasa. semangat berkarya, semangat menginspirasi

22 Sep
Balas



search

New Post