Wiji hastutik

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Terjerat Asmara Hitam 63 (Tagur 322)

Terjerat Asmara Hitam 63 (Tagur 322)

#Tantangan Gurusiana 365#hari ke 322

Terjerat Asmara Hitam 63

Oleh Wiji Hastutik

Tak ada pilihan bagiku untuk tidak segera kembali ke dusun. Di sinilah amanah tertuliskan dalam mengabdi. Dinginnya pagi tentu saja bukan hal yang baru. Bahkan pagi ini usai shalat subuh, aku langsung menempuh perjalanan menuju kesana.

Aku tak ingin terlambat dan memang tak pernah terlambat. Pagi ini hari senin, kami akan melaksanakan upacara bendera yang merupakan salah satu wujud kecintaan terhadap bangsa dan negara serta menghargai perjuangan para pahlawan. Aku terus dan selalu bangun komitmen diri untuk belajar menegakkan etos kerja yang tinggi.

Aku tak Singgah ke rumah Bu Arma, melainkan langsung ke sekolah. Banyak hal yang harus ku persiapkan dan kuselesaikan di sana. Berada di sekolah adalah hiburan tersendiri bagiku, melihat para remaja berpakaian putih biru, bercanda, bermain dan bahkan masih ada yang berlari-lari kesana kemari dengan lucu dan lugunya sangat menentramkan hati.

Tak berapa lama, seorang wanita bertubuh semampai turun dari motor, tumben di antar, "batinku. Wanita yang tak asing bagiku, wanita yang selama ini membersamaiku mengabdi di sini.

"Tentu saja ia langsung masuk menemuiku,"harapku.

Beberapa menit kemudian bahkan hingga setengah jam yang kunanti tak kunjung memunculkan diri. Ada apa gerangan?, pikirku.

Aku berinisiatif keluar sekolah aku ingin mengontrol segala kegiatan yang ada di sekolah.

"Semua guru piket sudah datang, Bu?, tanyaku pada Bu Meri.

"Sudah bu sedang memgrol piket siswa," jawabnya.

Kuulasjan senyum sebagai balasan atas responya dan secara perlahan aku keluar dan menuju halaman bagian dalam.

"Ternyata dirimu disini," gumamku. Aku hanya memandangi dari kejauhan bagaimana dia memastikan segala kesiapan upacara pagi ini.

Bell berbunyi seluruh siswa, majelis guru dan staff Tata Usaha berhamburan ke lapangan upacara. Mereka dengan mudah menempatkan diri dengan teman sekelasnya dalam barisan.

****

"Kemana saja, Bu?, tanyaku pada Bu Arma pada perhatian jam terakhir.

"Nggak kemana-mana kok, Bu,"jawabnya.

"Sibuk banget kelihatannya,"lanjutku.

"Biasalah Bu," jawabnya singkat.

"Jangan lupa nanti sepulang sekolah kita ke toko untuk belanja ATK," bujukku.

Bu Arma terdiam dan tampak gusar untuk menjawab tawaranku. Aku layangkan senyum padanya dan iapun membalasnya. Senyuman itu mrngindikasiksn atas kesediaannya.

Aku menunggu lama sepulang sekolah tapi dia tak kunjung tiba. Aku jadi heran, kemana dan ada apa dengannya?,pikirku. Ku hidupkan mesin mobilku dan aku melewati rumahnya, semua tampak sunyi dan sepi bahkan motor merah yang sering dia gunakan juga tak kutemui di halaman rumahnya. Aku pulang ke rumahku yang sederhana.

Bersambung...

Muara Bungo 6 Juli 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

06 Aug
Balas

Kisah yang keren bunda

06 Aug
Balas



search

New Post