Yenny Puspita Saragih

Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMPN 2 Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara. Sebelumnya pernah bertugas di MTs dan MA Swasta PTh Darur Rachmad Sib...

Selengkapnya
Navigasi Web
Laraku Luruh di Lagundri (Bagian 4)

Laraku Luruh di Lagundri (Bagian 4)

Laraku Luruh di Lagundri (Bagian 4)

#TantanganGurusiana hari ke-21

Sisil dan Tiara tiba di penginapan sederhana berbentuk cottage di dekat pantai Lagundri. Seperti halnya cottage lainnya, ini juga langsung menghadap laut. Anak perempuan pemilik penginapan mengantarkan mereka ke kamar yang akan mereka tempati. Ada satu kamar twin yang tersedia, terletak di paling ujung kanan. Setelah meletakkan barang-barang ke dalam kamar, keduanya langsung keluar menuju pantai.

Tiara langsung menceburkan diri ke laut. Gerah sepanjang perjalanan tadi dibayar lunas dengan berendam di pinggiran. Tak jauh dari mereka ada beberapa anak dan beberapa gadis muda yang juga sedang riang gembira bermain air. Sepertinya mereka juga tamu di penginapan.

Sementara Sisil hanya duduk di pasir memandang Pantai Sorake dari kejauhan. Sesekali ia mengalihkan pandangannya ke arah Tiara yang telah bergabung dengan anak-anak kecil tadi. Mereka berenang sambil tertawa riang. Anak-anak memang akan mudah lengket kalau bertemu Tiara. Dari dulu dia suka bermain dengan anak kecil.

Tiara beranjak dari air dan berjalan ke tempat Sisil. Ia ikut duduk di samping Sisil. Kakinya diselonjorkan ke arah laut.

“Kenapa? Gilang lagi?” Tebaknya. Sisil mengangguk. Tiara menarik napas panjang.

“Dari awal sudah kuduga begitu. Kamu kan keukeuh banget kemaren gak mau aku ajak ke sini. Eh, ini tiba-tiba malah kamu yang ajak. Pasti ada sesuatu terjadi.” Tiara nyerocos panjang.

Sisil tersenyum. Tapi hanya sebentar. Tak lama ia murung lagi.

“Jika dia benar-benar mencintaiku, tentu dia akan memperjuangkanku di hadapan orang tuanya. Tapi kenyataannya dia menyerah. Tak ada artinya tiga tahun bersama. Apakah dia tak memikirkan perasaanku?” Akhirnya tangis Sisil tumpah.

Dulu Gilang yang lebih dulu menyatakan cinta padanya. Walau dari awal Sisil telah mengingatkan masalah usianya yang lebih tua. Namun Gilang meyakinkannya bahwa itu bukan masalah besar.

“Sil, Allah selalu punya rencana yang sering kali tak bisa kita duga. Lagipula dalam Islam tak pernah ada konsep pacaran sebelum pernikahan.”

Lalu hening. Hanya suara ombak memecah bibir pantai. Kedua gadis itu larut dalam pikiran masing-masing sambil menatap langit yang mulai memerah di ufuk barat Lagundri.

(Bersambung)

Tadukan Raga, 22 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih ibu.

25 Apr
Balas

Bagus inspiratif

23 Apr
Balas



search

New Post