Eldawati, S.Pd

Nama kecilku Elda tempat pengabdianku di SMP Negeri 24 Padang

Selengkapnya
Navigasi Web
Setangkai Bunga Edelweis di Lembah Cadas

Setangkai Bunga Edelweis di Lembah Cadas

Tantangan menulis hari ke 31

#TantanganGurusiana

Jefri segera memutar otak. Ia terdiam memikirkan arah pembicaraan Aline.

“Kemarin kamu menjemput Mayang ke klinik, kan?” tanya Aline dengan perasaan cemburu. Suara Aline bergetar. Ia berkeringat, sementara ruangan terasa sejuk karena ada AC yang sedang menyala.

Mata Jefri membesar, alis matanya yang hitam tebal terangkat. Tetiba tawa Jefri pecah. Giginya yang rapi tampak jelas karena ia tertawa begitu lepas. Tawanya membahana di ruangan tempat Aline dirawat. Tubuhnya terguncang.

Aline sewot melihat Jefri mentertawakannya. Bibirnya manyun. Wajahnya tak enak dilihat. Namun hatinya sedikit tergelitik mendengar tawa Jefri yang telah lama tidak didengarnya. Sekian lama ia tak mendengar lagi tawa itu. Tawa jefri terasa sangat merdu di telinga Aline.

“Jadi sebenarnya kamu melihat, ketika aku menjemput Mayang ke klinik.?

Aline tidak mengangguk, dan tidak juga menggeleng. Ia hanya diam sembari melirik ayahnya. Aline kaget. Ia tidak lagi menemukan ayahnya yang tadi berada di sampingnya. Matanya mencari-cari ayahnya, namun ia tidak lagi melihat kemana ayahnya menghilang.

“Mengapa aku tidak ditegur ketika itu, atau jangan-jangan di saat melihat aku berjalan berdua sama Mayang, dan tiba-tiba ada rasa cemburu hadir di hatimu, begitu?”

“Siapa bilang? Untuk apa aku cemburu. Kan kita udah pisah sekian lama.” Setelah berucap wajah Aline sontak bersemu merah. Entah mengapa rasa itu muncul kembali. Padahal ia sudah mati-matian melupakan Jefri, melupakan cintanya. Namun letupan-letupan kecil masih singgah diperasaannya.

Jefri memandang lekat wajah Aline yang memerah. Ingin ia rengkuh perempuan yang ada dihadapannya untuk dibawa kedalam kepelukannya. Perempuan yang telah merampas hati dan pikirannya, sehingga ia tidak lagi bisa untuk mencintai perempuan lain hingga detik ini.

Jefri menarik napas panjang. Ia menjangkau tangan Aline, dan menggenggamnya erat. “Jika Mayang tahu ia akan tertawa karena ada seorang perempuan cemburu padanya,” ucap Jefri dengan sesungging senyum.

“Kok! ucap Alin heran. Alis Aline meninggi. Seribu tanya singgah dihatinya.

“Makanya jangan lari lagi dariku, karena dirimu hanya untukku,” bisik Jefri lembut. Apapun alasanmu aku tidak akan lagi mempercayainya. Palsu atau tidak wajahmu, dioperasi atau tidak wajahmu. Aku akan tetap menerimamu apa adanya.”

Aline bungkam. Perasaannya antara percaya atau tidak dengan kejadian ini. Namun yang pasti perasaanya tak bisa dipungkiri, cintanya masih utuh untuk jefri.

“ Mayang itukan adikku. Ya wajar aku menjemputnya pulang kerja. Kan hari sudah larut malam. itu satu bukti jika kakaknya melindungi adiknya.”

Mata Aline terbelalak serasa tak percaya, jika Mayang adik Jefri. Padahal mereka berdua telah lama bergaul.

“Mari kita rajut kembali cinta kita yang sempat terkubur. Jadilah dirimu bunga edelwis di hati aku, karena edelweis adalah lambang cinta yang abadi.” Tanpa menunggu jawaban Aline, selesai berbicara Jefri langsung merangkul tubuh ringkih Aline. Ia membawa tubuh itu kedalam pelukannya (selesai)

Padang Beloved City, 31 Januari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga Aline dan Jefri sampai ke pelaminan. Lanjutkan lagi Bund

01 Feb
Balas

Siap bunda. Kita lanjutkan cerita kita. Trims cheers upnya. Salam sehat, bunda...

01 Feb



search

New Post