Sebuah Pentigraf

KONDANGAN DI HARI ASYURA

Supardi Harun

Terik matahari siang itu begitu panas. Sepanjang jalan pedagang es cincau laris manis. Termasuk juga penjual minuman kekinian. Ludes tinggal termos kosong. Pak Hendy dan istrinya boncengan naik motor Vario hitam. Mereka berdua menghadiri undangan pernikahan dari sahabatnya.

Di tengah perjalanan, terasa motornya oleng. Tidak tahu kenapa tiba-tiba ban belakang kempes. Bocor. Terpaksa Pak Hendy nuntun motornya setengah kilometer baru menemui bengkel tambal ban. Istrinya nampak kelelahan berjalan mengikuti dari belakang. Es teh manis telah dipesan di sebuah warung dekat tambal ban. Sambil menunggu tukang tambal ban ia minum es teh yg dipesannya. Beda dengan Pak Hendy tetap saja menahan haus karena sedang berpuasa asyura.

Mentari semakin meninggi. Awan panas membakar tubuh pengendara. Pak Hendy dan istrinya telah sampai di tempat pesta pernikahan. Para tamu undangan ramai menyalami kedua mempelai dan berkumpul menikmati hidangan. Tak terkecuali Pak Hendy dan istrinya. Mereka berdua mengucapkan selamat dan berfoto dengan kedua temanten yang diapit kedua orang tuanya. Mereka nampak kembira. Para tamu undangan antre mengambil nasi. Pak Hendy dengan lahap menikmati hidangan masakan gudeg dan bakso. " Pak , bukannya bapak puasa asyura hari ini, kok ikut makan siang ?"tanya istrinya yang duduk di sebelahnya. Pak Hendy hanya diam tidak menjawab satu katapun.

Bekasi, 6 Juli 2025