Menjadi Editor Sejati
Tagur ke-2
Menjadi Editor bukanlah perkara mudah. Hal ini yang dapat saya simpulkan setelah mengikuti kegiatan Pelatihan Editor Naskah di Jawa Timur. Saya mengikuti kegiatan tersebut atas kemauan sendiri, bukan paksaan dari orang lain.
Berbekal menjadi guru agama di SMKN 3 Purwokerto, kemudian menjadi guru di MI sampai menjadi PNS guru MI, diperbantukan di MI Muhammadiyah Karanglewas Kidul, tentunya pernah beberapa kali menjadi guru kelas 6. Dan ada pelajaran Bahasa Indonesia, yang harus jeli dalam membahasnya.
Sekarang saya ditugasi kepala madrasah untuk mengajar kelas 2, saya bergembira menerima tugas itu, walau pun ada tantangan tersendiri. Berbeda mengajar kelas rendah dengan kelas tinggi.
Tentu dari pengalaman-pengalaman mengajar itu menjadikan saya senang mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan kepenulisan. Dalam buku "Dear Penulis, ... (Surat Curhat sang Editor) karya Mislinatul Sakdiyah, disebutkan bahwa era dulu dan era sekarang berbeda, alat ketik pun sudah canggih sekarang. Sehingga sudah tidak ada lagi kendala untuk menulis.
Bercerita tentang laptop, kali pertama saya membeli laptop adalah saat akan mengikuti Prajabatan di Balai Diklat Keagamaan Semarang. Saat baru datang ke sana saya dan teman-teman diberi tas yang bisa untuk menjadi wadah laptop, jadi laptop dari tas yang saya bawa dari rumah dipindah ke tas baru itu. Tapi ternyata masuk ruangan tali tas terlepas satu, akhirnya laptop terjatuh. Saya sedih sekali. "Andaikan laptop tidak saya pindah ke tas yang baru, pastilah tidak seperti ini", gumam saya dalam hati.
Setelah itu saya buka laptop, ternyata huruf "p" hilang, dan saya tidak bisa mengetik secara sempurna, untung waktu pelaporan kegiatan masih lama. Pada waktu itu pas Idul Adha datang, kami diperbolehkan pulang sebentar ke kota masing-masing. Saat sampai di rumah, saya ditemani suami mencari tempat service komputer, alhamdulillah dapat terselesaikan masalahnya. Saya pun dapat mengerjakan tugas dan membuat laporan Prajabatan.
Beberapa kali membeli laptop, karena itu menjadi kebutuhan bagi saya. Kalau yang lama rusak, akhirnya membeli yang baru. Mungkin karena tidak tahu tentang perkomputeran. Sekarang laptopku hampir saja tidak berguna untuk menulis karena tidak muncul huruf "i"nya. Saya sempat panik, "bagaimana laptop ini, haruskah membeli lagi?" Setelah itu saya tekan-tekan terus, muncullah huruf "i" tersebut. Jadi, saya tidak harus membeli laptop lagi, alhamdulillah.
Dua pengalaman itu menjadikan pengalaman bagi saya, bahwa menulis bisa di mana saja, yang penting teliti, paling tidak bisa menjadi editor bagi diri sendiri. Terima kasih kepada IPP Jatim dan MediaGuru, juga Pak Eko Prasetyo yang telah memberikan ilmu yang berharga ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar