Adigang, Adigung, Adiguna (T.478)
Bab 9: Kalah Tak Mau MengakuLangit Hutan Damai berubah sedikit kelabu. Awan menggantung, seolah ikut menyimak ketegangan yang belum mereda. Lomba hebat-heabatan telah usai, dan Raja Ular dinobatkan sebagai pemenang. Tapi tidak semua senang.
Raja Kijang dan Raja Gajah berdiri di tengah lapangan rumput, wajah mereka tegang. Rusa Tua baru saja mengumumkan bahwa Raja Ular adalah raja yang paling bijak dan itu membuat dua raja lainnya terbakar oleh rasa tak terima.
“Ini curang!” seru Raja Kijang, menginjak-injak tanah.
“Aku telah menyelamatkan seekor kelinci yang tersesat! Bukankah itu lebih penting daripada sekadar menyebrangkan burung kecil?!”
Raja Gajah ikut bersuara lantang,
“Aku menggunakan kekuatanku untuk membantu membangun rumah! Tapi kalian malah memilih si licik yang hanya bermain-main dengan ranting!”
Para hewan saling berpandangan, gelisah. Mereka menyaksikan betapa dua raja yang dihormati mulai menunjukkan kesombongan mereka secara terang-terangan. Bahkan suara burung dan jangkrik pun menghilang, seolah takut menambah ketegangan.
Raja Ular, yang sedari tadi diam, akhirnya membuka suara. Suaranya lembut namun dalam, seperti desir angin di malam hari.“Bukan tentang siapa yang terlihat paling hebat. Tapi tentang siapa yang membuat perasaan si kecil merasa penting.”
Raja Kijang mendengus.
“Kau memang pandai bicara, Ular. Tapi hewan-hewan butuh kecepatan dalam bahaya, kekuatan untuk melindungi! Bukan sekadar kata-kata manis!”
“Dan kelicikan,” tambah Raja Gajah dengan nada sinis.
“Kau tahu caranya memikat hati para penonton. Tapi bukan berarti kau raja sejati.”
Rusa Tua melangkah maju,

“Cukup! Ini bukan lagi soal lomba. Tapi soal hati kalian. Lihatlah sekeliling. Hutan ini dulu damai. Kini kalian membuatnya tegang hanya karena tidak bisa menerima kekalahan.”
Kata-kata Rusa Tua membuat beberapa hewan menunduk, sementara yang lain mengangguk pelan.
Tapi Raja Kijang tetap keras kepala. Ia membalikkan badan dan berkata,
“Kalau begitu, aku tidak perlu berada di sini. Aku bisa membuat kerajaanku sendiri, tanpa campur tangan yang lain!”
Raja Gajah menghentakkan kakinya.
“Dan aku juga! Aku punya kekuatan untuk menjaga rimbaku sendiri. Tak perlu ada yang menilai!”
Tanpa pamit, dua raja itu pergi ke arah yang berlawanan. Para pengikut mereka keluarga rusa dan kawanan gajah mengikuti di belakang, bingung dan khawatir.
Kini hanya Raja Ular yang tersisa di tengah lapangan, bersama para hewan kecil dan Rusa Tua. Suasana sunyi, bahkan angin pun seperti enggan bertiup.
Burung Pipit kecil terbang turun dari pohon, hinggap di pundak Rusa Tua.
“Apa ini akhir dari persatuan kita?” tanya Pipit lirih.
Rusa Tua menggeleng pelan.
“Bukan. Ini hanyalah awal dari ujian sebenarnya. Persatuan sejati diuji saat perbedaan tak lagi bisa dihindari.”
Raja Ular memandangi jalan setapak yang ditinggalkan Raja Gajah dan Raja Kijang. Lalu ia berkata,
“Mereka belum belajar, tapi suatu hari nanti mereka akan mengerti.”
“Bagaimana kalau tidak?” tanya Pipit.
Raja Ular menatap langit yang mulai menghitam.“Kalau tidak... maka bencana akan mengajari mereka.”
Langit tiba-tiba menggelegar. Suara aneh terdengar dari kejauhan bukan gemuruh biasa, tapi suara seperti mesin… suara yang belum pernah terdengar di Hutan Damai.
Para hewan menoleh. Di ujung hutan, asap mengepul. Burung-burung beterbangan panik. Tanah terasa bergetar.
Rusa Tua menghela napas panjang.“Dan mungkin… waktunya sudah dekat.”
===========================================================================================
Garahan, 17 Juni 2025 / Selasa, 20 Dzulhijjah 1446 H, 07.31 WIB
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar