Jumari Tito, S.Pd, M. Pd

Guru Madrasah Ibtidaiyah mempunyai impian sukses menjadi guru dunia akhirat email jumaritito1976gmailcom FB Jumari Tito Galing IG Jumari Tito Tiktok Gur

Selengkapnya
Navigasi Web
Adigang, Adigung, Adiguna (T.478)

Adigang, Adigung, Adiguna (T.478)

Bab 8: Lomba Hebat-Hebatan Mentari pagi menyibak kabut Hutan Damai, menyinari dedaunan yang berkilauan oleh embun. Hari ini bukan hari biasa. Ini adalah hari penentuan lomba hebat-heabatan terakhir yang akan menentukan siapa yang paling layak disebut raja terhebat di seluruh rimba.

Tiga raja telah siap: Raja Kijang berdiri tegap dengan sorot mata menyala, Raja Gajah mengibaskan telinganya sambil menginjak tanah, dan Raja Ular meliuk perlahan dengan tatapan licik.

“Hari ini,” seru Rusa Tua selaku juri,

“lomba terakhir akan menguji hati dan kepemimpinan. Tidak hanya kekuatan, kecepatan, atau kecerdikan. Tapi siapa yang bisa mengayomi, melindungi, dan membawa manfaat bagi hutan ini.”

Ketiga raja saling melirik. Wajah mereka berubah tak ada yang menyangka bahwa ujian terakhir bukan tentang siapa yang bisa menang, tapi siapa yang bisa memimpin dengan bijak.

Tantangannya sederhana, namun sulit:

“Tolonglah satu hewan kecil di hutan ini yang sedang mengalami kesusahan. Gunakan cara kalian sendiri. Siapa yang paling tulus dan berdampak, akan dianggap sebagai raja sejati.”

Hewan-hewan bersorak, mereka tak sabar melihat bagaimana ketiga raja bertindak.

Raja Kijang segera melompat ke tengah hutan. Ia berlari dari semak ke semak, hingga melihat seekor anak kelinci yang tersesat dan ketakutan di bawah pohon tumbang.

Tanpa pikir panjang, Raja Kijang berkata,

“Naiklah ke punggungku!” dan langsung membawanya kembali ke rumahnya. Tapi karena terlalu cepat berlari, anak kelinci terpental jatuh saat melompati semak. Meski akhirnya selamat, si kelinci tampak ketakutan.

Raja Kijang berkata,

“Lihat! Aku yang tercepat, tugas selesai!”

Raja Gajah memilih untuk membantu keluarga landak yang ingin membuat rumah baru tapi tak kuat menggali tanah keras.

Dengan belalainya, ia mengguncang tanah dan menumbangkan pohon besar agar jadi tiang rumah. Tapi ia terlalu kasar. Akar pohon mencabut sarang lebah di atasnya. Lebah marah, menyerang si landak yang lari terbirit-birit.

Raja Gajah mencoba membantu, tapi tubuhnya terlalu besar untuk menenangkan lebah. “Ups,” gumamnya.

“Tapi lihat! Aku paling kuat!” katanya membela diri.

Raja Ular meluncur diam-diam ke ujung sungai. Di sana, seekor burung pipit kecil sedang menangis.

“Ada apa, Pipit?” tanya Raja Ular dengan suara tenang.

“Aku tak bisa menyeberangi sungai. Sarangku ada di pohon seberang, dan air sedang tinggi.”

Raja Ular mengangguk. Ia melingkari sebuah ranting besar yang jatuh, lalu berkata, “Naiklah. Aku akan menyebrangkanmu dengan ini.”

Dengan hati-hati, ia membawa Pipit meluncur di atas permukaan air, menjaga keseimbangan agar ranting tidak terbalik. Sampai di seberang, Pipit berkicau senang.

“Terima kasih, Raja Ular! Kau sangat baik.”

Raja Ular tidak berkata apa-apa, hanya tersenyum kecil dan kembali ke tempat lomba.

Rusa Tua memanggil semua hewan berkumpul.

“Setiap raja sudah mencoba,” katanya.

“Tapi hanya satu yang benar-benar mendengarkan, memahami, dan bertindak dengan bijaksana.”

Ia menatap Raja Ular, lalu berkata,

“Raja Ular, hari ini kau menunjukkan bahwa menjadi raja bukan soal kekuatan, kecepatan, atau kepintaran. Tapi hati yang peduli.”

Semua hewan bersorak dan bertepuk tangan.

Namun Raja Kijang dan Raja Gajah tidak terima. Mereka maju ke tengah lapangan dengan wajah kesal.

“Tidak adil! Pipit itu hanya seekor burung kecil!” protes Raja Kijang.

“Benar! Aku membantu lebih banyak makhluk!” timpal Raja Gajah.

Raja Ular melirik mereka dan berkata pelan,

“Tapi apakah kalian benar-benar membantu… atau hanya ingin menang?”

Kata-kata itu membuat semua terdiam.

Rusa Tua menunduk,

“Lomba ini berakhir. Tapi sepertinya, pelajaran baru saja dimulai…”

================================================================

Garahan, 16 Juni 2025 / Senin, 19 Dzulhijjah 1446 H, 08.23 WIB

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post