Jumari Tito, S.Pd, M. Pd

Guru Madrasah Ibtidaiyah mempunyai impian sukses menjadi guru dunia akhirat email jumaritito1976gmailcom FB Jumari Tito Galing IG Jumari Tito Tiktok Gur

Selengkapnya
Navigasi Web
Adigang, Adigung, Adiguna (T.484)

Adigang, Adigung, Adiguna (T.484)

Bab 13: Musyawarah Hutan Gagal

Pagi yang tenang menyelimuti Hutan Gumitir, namun hati para penghuninya sedang berkecamuk. Pipit kecil, dengan semangat yang tak pernah padam, telah menggerakkan hati hewan-hewan kecil untuk berkumpul dan mengadakan musyawarah besar di bawah Pohon Rapat. Hari itu akan menjadi sejarah, pikir mereka, hari di mana semua bersuara untuk menyelamatkan hutan.

Bahkan hewan-hewan yang jarang terlihat pun mulai berdatangan. Tikus hutan, landak, kancil, serangga-serangga malam, dan bahkan sekelompok burung hantu yang biasanya tidur di siang hari, ikut hadir.

Pipit berdiri di atas akar besar dan berkicau lantang,

“Hari ini, kita akan mencari cara menyelamatkan hutan! Tapi kita tak bisa hanya bekerja sendiri. Kita butuh ketiga raja!”

Sorak semangat terdengar dari bawah. Semua sepakat.

Karena itu, utusan dikirim. Tupai utusan pergi ke utara menghadap Raja Kijang. Katak utusan melompat ke selatan menghadap Raja Gajah. Ular air muda melata ke barat menemui Raja Ular.

Pesan mereka sama:

“Datanglah ke Pohon Rapat. Hutan membutuhkan musyawarah.”

Ajaibnya, ketiga raja datang.

Sore itu, di bawah cahaya matahari yang lembut, Raja Kijang berdiri di sisi timur, Raja Gajah di barat, dan Raja Ular melingkar di utara. Hewan-hewan kecil memenuhi ruang tengah. Pipit berdiri di tengah lingkaran.

“Akhirnya, kita bisa bicara bersama,” kata Pipit dengan mata berbinar.

Namun suasana cepat berubah.

Raja Kijang mendengus.

“Bicara untuk apa? Sudah jelas, aku bisa menyelamatkan diriku sendiri.”

Raja Gajah mengangkat belalainya tinggi.

“Dan aku cukup kuat untuk menghancurkan alat-alat manusia. Apa yang bisa dilakukan burung kecil dan serangga-serangga ini?”

Raja Ular menyeringai,

“Apakah ini bukan sekadar panggung kecil untuk si Pipit yang merasa menjadi penyelamat?”

Bisik-bisik mulai terdengar. Kelinci saling berpandangan, semut-semut mulai mundur ke akar-akar.

Pipit berusaha tenang.

“Yang Mulia, ini bukan soal siapa yang paling kuat. Ini soal siapa yang mau peduli. Kami sudah membuat rencana. Kami akan menanam kembali biji-biji yang tersebar, membuat jalur-jalur baru untuk kabur jika bahaya datang, dan menandai daerah yang rawan.”

Raja Gajah tertawa keras.

“Menanam biji? Itu butuh waktu puluhan tahun! Mesin manusia bisa menebang hutan ini dalam sehari!”

Raja Kijang menggeleng.

“Dan membuat jalur kabur? Kalau begitu kalian semua mengaku akan kalah.”

Raja Ular memandang ke langit.

“Tak ada gunanya musyawarah ini. Hewan-hewan kecil tak akan mengubah nasib hutan.”

Hening.

Pipit menatap semua hewan yang hadir. Mata-mata kecil mulai meredup. Harapan yang tadinya bersinar mulai padam.

Dengan suara lirih namun tegas, Pipit berkata, “Kalau begitu, kami akan tetap bergerak. Dengan atau tanpa restu kalian. Karena kami tak mau menunggu sampai semuanya hilang.”

Para raja saling pandang, kemudian satu per satu pergi tanpa sepatah kata.

Musyawarah gagal.

Namun saat malam tiba, di bawah cahaya bintang, Pipit duduk bersama kancil, tikus tanah, dan kelinci.

“Kita gagal…” keluh tikus tanah.

Pipit menggeleng pelan. “Belum. Kita hanya belum berhasil. Tapi kita tak akan berhenti. Karena perjuangan tidak selalu dimulai oleh yang besar. Kadang dimulai oleh yang dianggap remeh.”

Di kejauhan, suara mesin manusia semakin dekat. Tapi di bawah Pohon Rapat, suara semangat kecil mulai menguat lagi.

===========================================================================================

Garahan, 23 Juni 2025 / Senin Legi, 26 Dzulhijjah 1446 H, 13.11 WIB

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post