Jumari Tito, S.Pd, M. Pd

Guru Madrasah Ibtidaiyah mempunyai impian sukses menjadi guru dunia akhirat email jumaritito1976gmailcom FB Jumari Tito Galing IG Jumari Tito Tiktok Gur

Selengkapnya
Navigasi Web
Adigang, Adigung, Adiguna (T.487)

Adigang, Adigung, Adiguna (T.487)

Bab 16: Pohon-pohon Tumbang Langit Hutan Damai tak lagi biru. Abu tipis mengepul, menyelimuti cahaya matahari yang seharusnya hangat. Awan-awan putih tertutup oleh jejak asap dari mesin-mesin raksasa yang menggeram bising seperti monster besi.

“BRAAAKK!”

Satu per satu pohon tua tumbang. Mereka roboh tanpa sempat mengucap salam perpisahan pada tanah yang sudah mereka teduhkan selama puluhan tahun. Akar-akarnya terangkat, terputus, seolah seluruh sejarahnya direnggut dalam sekejap.

Pipit kecil terbang rendah, mengitari pohon besar yang tadi baru tumbang. Ia melihat sarang burung-burung hancur, tupai-tupai berlarian bingung, dan semut-semut kehilangan jalur pulang.

“Ayo cepat, kita harus pindah ke sisi barat!” teriak Pipit pada teman-temannya.

Kelinci, tikus hutan, kadal kecil, dan kura-kura berlarian secepat yang mereka bisa. Tapi laju mesin lebih cepat. Truk-truk bergemuruh, mengguncang tanah dan membuat lubang-lubang jebakan yang berbahaya.

Di balik pohon, Raja Gajah mengamati kehancuran itu dengan wajah murung. Ia mengingat masa kecilnya, ketika ia dan keluarganya mandi di sungai yang diteduhi oleh pepohonan yang kini rata dengan tanah.

Di atas dahan yang tersisa, Raja Kijang berdiri terpaku. Kakinya gemetar bukan karena takut, tapi karena bingung harus berbuat apa. Baginya, berlari sudah bukan solusi.

Sementara itu, Raja Ular bersembunyi di dalam batang pohon berlubang, mencoba menahan amarah. Ia ahli menyusun strategi, tapi hari ini, ia hanya melihat rencana demi rencana gagal dihancurkan oleh satu suara: “WEEEEEEEEEEENGGGG!” suara mesin pemotong utama.

Pohon Rapat… tempat suci bagi seluruh hewan… kini tinggal beberapa jengkal dari mata gergaji.

Pipit tahu, ini titik kritis.

Ia terbang tinggi, lalu berseru:

“Waktunya habis! Jika kita tak bersatu hari ini, esok hutan ini hanya akan tinggal cerita!”

Raja Gajah mengangkat kepalanya.

Raja Kijang melangkah ke depan.

Raja Ular keluar dari persembunyiannya.

Dan tanpa aba-aba, mereka bertiga berjalan menuju bahaya.

“Panggil semua!” seru Raja Gajah.

“Kita akan berdiri di depan mesin itu!”

“Apa pun yang terjadi,” tambah Raja Kijang,

“kita hadapi bersama.”

“Dengan cerdik, bukan panik,” desis Raja Ular,

“kita akan membuat mereka berhenti.”

Pipit menatap ketiga raja itu. Untuk pertama kalinya, mereka tampak bukan hanya sebagai pemimpin, tapi sebagai pelindung.

Ketika mesin pemotong besar mulai mendekat ke Pohon Rapat, ketiga raja berdiri tegak di depannya.

Raja Gajah mengangkat belalai, menghentakkan tanah. Raja Kijang berlari cepat ke sisi mesin dan menarik perhatian manusia. Raja Ular melilit roda belakang, membuat mesin itu bergetar dan berhenti sejenak.

Para manusia kaget. “Ada binatang besar di depan!” “Mesin terhenti!” “Ada yang mengganggu sistem roda!”

Suasana panik.

Dan saat itulah, dari semak-semak, semua hewan kecil keluar bersama-sama. Tupai melompat ke atap mesin. Kelinci melintas cepat sambil menjatuhkan benda-benda kecil ke kabel-kabel. Burung-burung kecil mengepakkan sayap di depan wajah operator mesin, membuat mereka kebingungan.

Seluruh hutan… bergerak.

Untuk pertama kalinya, bukan hanya Pipit yang melawan. Tapi seluruh isi hutan menunjukkan bahwa mereka tak akan diam.

Mesin itu berhenti. Para manusia terpaksa mundur. Mereka mulai berbicara tentang ancaman dari hewan liar, tentang gangguan proyek, dan tentang kemungkinan menunda pembangunan.

Dan di tengah reruntuhan pohon-pohon yang sudah tumbang, Pohon Rapat masih berdiri.burung Pipit menatap langit.Hari itu, pohon banyak yang hancur. Tapi juga banyak yang hidup.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Duuhh...kenyataan yg kita lht hampir tiap saat demi keserakahan manusia.

26 Jun
Balas

Begitulah Oma demi perut

26 Jun



search

New Post