Jumari Tito, S.Pd, M. Pd

Guru Madrasah Ibtidaiyah mempunyai impian sukses menjadi guru dunia akhirat email jumaritito1976gmailcom FB Jumari Tito Galing IG Jumari Tito Tiktok Gur

Selengkapnya
Navigasi Web
Adigang, adigung, Adiguna (T.491)

Adigang, adigung, Adiguna (T.491)

Bab 18: Raja Kijang Berlari, Tapi Gagal Langit pagi Hutan Damai dibalut kabut tipis. Cahaya matahari menembus ranting-ranting pohon yang tersisa, seperti sinar harapan yang mencoba menyelinap di antara bayang kehancuran.

Raja Kijang berdiri tegak di tepi hutan. Telinganya tegak, matanya tajam. Ia memandang jauh ke arah barat, tempat di mana jejak roda dan tenda-tenda manusia mulai menyebar seperti jamur. Hatinya berdegup cepat, bukan karena takut, tapi karena tekad.

“Aku akan cari semua hewan yang tersisa. Aku harus cepat. Kalau mereka tidak diperingatkan, mereka bisa tertangkap atau kehilangan tempat tinggal lagi,” ucapnya pada diri sendiri.

Tanpa menunggu aba-aba, ia melesat secepat angin. Langkah-langkahnya ringan, lincah, dan tepat. Ia menembus semak, melompati batang tumbang, dan menyusuri alur sungai kecil yang mulai mengering.

Dalam waktu singkat, Raja Kijang sudah menemukan sekumpulan tupai bersembunyi di bawah akar besar.

“Cepat! Pergi ke arah selatan, cari celah batu besar di dekat Air Terjun Lembayung. Kalian bisa berlindung di sana!”

Ia tak menunggu jawaban, langsung melompat lagi menuju utara. Ia menemukan sekawanan landak yang bingung, lalu anak-anak kelinci yang kehilangan induknya, hingga seekor trenggiling yang terjebak di dalam lubang kecil.

Tapi… semakin jauh ia berlari, tubuhnya mulai kelelahan.

Kakinya mulai pegal. Nafasnya semakin pendek. Dahinya berkeringat. Tapi ia tak berhenti. Dalam pikirannya, ia harus terus maju. Harus semakin cepat. Kalau bukan dia, siapa lagi?

Namun, ketika matahari tepat di atas kepala, tubuh Raja Kijang limbung.

Ia tergelincir di lumpur, kakinya tersangkut akar, dan ia terjatuh keras di bebatuan. Dentuman tubuhnya membuat burung-burung di sekitar beterbangan panik.

“Aaakh…!” erangnya pelan.

Ia mencoba bangkit, tapi kakinya terkilir. Ia terbaring diam di bawah bayang pohon, matanya memandangi langit yang semakin panas.

“Aku gagal…”

Dalam diam, pikirannya dipenuhi keraguan.

“Aku sudah berlari sejauh ini… tapi tetap tidak bisa menyelamatkan semuanya. Aku cepat… tapi ternyata tak cukup.”

Air matanya menetes. Bukan karena sakit, tapi karena kecewa pada diri sendiri.

Tiba-tiba, terdengar langkah-langkah kecil mendekat.

“Raja Kijang!”

Pipit datang bersama dua kelinci dan seekor kura-kura. Mereka terengah-engah, tapi wajah mereka bersinar semangat.

“Kami melihatmu jatuh… dan kami datang membantumu,” ujar Pipit sambil tersenyum.

“Tapi aku gagal…” ucap Raja Kijang lirih.

Pipit menggeleng.

“Tidak. Kau sudah menyelamatkan banyak hewan. Tapi kau tak perlu melakukan semuanya sendiri. Bahkan kaki tercepat pun bisa jatuh, jika ia terlalu memaksa tanpa bantuan.”

Kura-kura membuka karung kecil dari kulit pohon, berisi daun obat. Kelinci memapah Raja Kijang dengan hati-hati. Mereka tak membiarkannya bangkit sendiri.

Raja Kijang terdiam. Perlahan ia sadar kecepatan memang kelebihannya, tapi kebersamaan adalah kekuatannya yang sesungguhnya.

“Terima kasih…” bisiknya.

Hari itu, Raja Kijang belajar satu hal penting: berlari sendirian takkan bisa sejauh jika berjalan bersama-sama.

Dan saat mereka kembali ke arah pohon rapat, Raja Kijang tersenyum kecil, meskipun tertatih.

Karena ia tahu, meskipun gagal di satu langkah, ia telah memulai langkah besar berikutnya bersama.

=================================================================

Garahan, 29 Juni 2025 / Ahad, 03 Muharram 1447 H, 08.28 WIB

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap surantap pesan moralnya Mas ustadz. Jika ingin berjalan cepat, berjalanlah sendiri. Jika ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama. Sukses selalu

30 Jun
Balas

Wah pribahasanya mantap mas ustadz, terima kasih hadirnya

30 Jun

Duuhh...kerennya. crt inspiratif, lanjuutt mas gr

29 Jun
Balas

Oma lagi sibuk terus, terima kasih Oma syantik

29 Jun

Keren dan inspiratif.

30 Jun
Balas

Terima kasih bunda, bagaimana kabarnya?

30 Jun



search

New Post