Seni Kejung Madura Warisan Lisan Penuh Rasa dari Tanah Garam (T.498)
Terhibur dengan sebuah Video yang mampir diberanda HP saya, sebuah Video seorang perempuan tua Suku Madura yang melantunkan sebuah syair atau pantun berirama indah yang jarang terdengar saat ini, bahkan hampir punah dikalangan anak muda. Pantun itu sering terdengar dikala saya masih kecil yang dilantunkan oleh nenek atau kakek saya ketika bersantai ria diberanda rumah kondisi rumah yang masih sangat sederhana kalau orang kampung menyebutkan rumah pacinan. Pantun berirama indah itu seolah-olah memberikan sebuah nasehat, hiburan, jenaka, mencurahkan hati yang tertuang begitu indah. Jika dilantunkan sebuah Pantun jenaka tidak heran kalau semua yang ada dirumah tertawa terbahak-bahak bahkan sampai mengeluarkan air mata. Rasa kebersamaan di jaman itu begitu indah dan harmonis. Pantun berirama indah disebut kejung.
Madura, sebuah pulau yang dikenal dengan keberanian dan keteguhan masyarakatnya, menyimpan kekayaan budaya yang begitu beragam dan bernilai tinggi. Salah satu kekayaan budaya tersebut adalah seni Kejung, sebuah bentuk seni lisan tradisional yang menggambarkan perasaan terdalam manusia dalam bentuk syair atau tembang penuh penghayatan.
Apa Itu Seni Kejung?
Seni Kejung adalah seni tutur atau seni lisan khas masyarakat Madura yang disampaikan dalam bentuk nyanyian atau syair dengan intonasi khas. Kejung biasanya dibawakan secara solo, tanpa iringan alat musik, dan diiringi oleh suasana yang tenang dan hening agar makna dari setiap bait syairnya dapat dirasakan sepenuhnya oleh pendengar.
Kejung berasal dari tradisi masyarakat agraris dan nelayan yang terbiasa mencurahkan isi hati mereka melalui nyanyian-nyanyian yang mendalam. Seni ini bukan hanya hiburan, tetapi juga media refleksi, renungan batin, dan penyampai pesan moral.
Ciri Khas Kejung
Seni Kejung memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari bentuk kesenian lainnya. Pertama, syair yang digunakan dalam Kejung biasanya bersifat puitis dan penuh kiasan. Penggunaan bahasa Madura klasik atau sastra sering muncul dalam Kejung, dengan makna yang dalam dan filosofi kehidupan yang kuat.
Kedua, intonasi dan ritme dalam Kejung sangat khas. Penyanyi Kejung tidak hanya menyampaikan lirik, tetapi juga mengekspresikan emosi seperti kerinduan, kesedihan, harapan, dan ketulusan hati melalui irama suara yang mendayu-dayu.
Ketiga, Kejung sering dibawakan dalam suasana sunyi, kontemplatif, dan bahkan spiritual. Kehadiran Kejung sangat terasa dalam momen-momen penting seperti perpisahan keluarga, melepas sanak saudara yang merantau, atau mengenang orang yang telah tiada. Beberapa contoh syair kejung Madura:
1. Sapa rawa andhi’ tarnya’
Arum manes e badhadhana
Sapa rawa andhi’ ana’
ma’ manes bibir babana.
2. Atanea caa jai
Namen temma bana nangka
Asarea taa bai
Me’ta’ nemma cara dika.
3. Ka tajjan molonga burnae
Malthe sandha’ kembangnga
Sanajjan bula mabanne
E ate tandha’ engganna.
4. Galudhuk money teeter
Moga nangka lecangana
Kejjudan mata se kacer
Moga dika rasanana.
(Sumber: **(censored)**

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap surantap Mas ustadz. Kalau ditempat kita saat turun sawah masa dulu banget namanya Tale ngasaoh. Biasanya berupa pantun sambung menyambung dari beberapa orang. Seru. Nggak terasa sawah yang luas hampir selesai. Saya pernah juga ikut sebagai peserta yang nyangkul di sawah.. Setelahnya baru terasa capeknya.. hehe. Sukses selalu
Wah ternyata bukan hanya di Jawa dan Madura hampir diseluruh penjuru Nusantara pantun berirama indah banyak termasuk Sumatra segudang syair. Yuk di angkat tema itu mas ustadz agar tetap lestari. Salam sukses juga untuk Mas ustadz
Waahh...keren bgt itu. Kl ada live oma mau nonton
di Youtube banyak Oma walau tidak live
Keren. Merawat warisan budaya. Tapi ditarjim dong syairnya itu....
terima kasih Ambu, oia lupa hahaha