Rahmat Nurdin, M. Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Ketika di Uji Semua Pergi

Banyak kisah dan teladan yang mengagumkan dari kisah para Nabi dan Rasul yang dapat kita renungkan. Mari kita ulang kembali membaca dan merenungkan kisah salah seorang Nabi Allah yaitu Nabi Ayub As. Supaya kita tidak bosan membacanya kita buat fase-fase hidup dan ujian yang di alami oleh Nabi Ayub As menjadi 8 fase yang kita sadur dari Ngopidiyyah dengan sedikit tambahan dan pengurangan di sana-sini.

Fase 1: Puncak Kehidupan

Dulu, Nabi Ayub As bukanlah orang biasa. Nabi Ayub As adalah orang kaya raya memiliki ribuan hewan ternak, sawah yang luas, pembantu yang banyak, dan keluarga besar. Nabi Ayub As punya empat belas anak, tubuh yang sehat, dan nama yang masyhur di tengah masyarakat.

Semua yang di miliki Nabi Ayub bukan sebab membuatnya menjadi mulia. Namun, yang membuat Nabi Ayub mulia, atau kekayaan, adalah Hati yang tidak Tuhan selain Allah di dalamya, sabar dan lisannya yang tak pernah berhenti bersyukur dan menyebut nama Allah.

Fase 2: Harta Habis Seketika

Suatu hari, musibah datang bertubi-tubi, Peternakan terbakar, Ladang dilanda angin topan, Ternak dirampas perampok, Para pekerja meninggal. Kabar buruk berdatangan dari berbagai penjuru. Dan setiap kali ujian itu datang, Nabi Ayub hanya menjawab: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”(Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali)

Nabi Ayub tidak mengeluh,Tidak memberontak. Tidak menyalahkan Allah. Ia hanya sujud.

Fase 3: Kehilangan 14 Anak Sekaligus

Belum sembuh luka kehilangan harta, badai lain datang lagi: Seluruh anaknya wafat.Empat belas jiwa putra dan putrinya meninggal karena sebuah bangunan roboh saat badai besar. Dan tetap saja, ia berkata:

“Tuhan yang memberi, Tuhan pula yang mengambil. Segala puji hanya bagi Allah.”

Fase 4: Penyakit yang Menjijikkan dan Pengasingan

Lalu ujian paling berat tiba: tubuhnya diserang penyakit kulit parah.

Fase 5: Ditinggalkan Semua, Bahkan Istri Mulai Lelah

Semua orang pergi, kecuali istrinya wanita setia yang setiap hari menemaninya kini mulai berubah Namun, setelah 18 tahun tak kunjung sembuh, bahkan sang istri mulai goyah:“Wahai Nabiyullah Ayub… sampai kapan kamu terus begini? Mintalah kepada Tuhanmu agar menyembuhkanmu…”

Permintaan yang manusiawi. Tapi Nabi Ayub As tidak sanggup memenuhinya. Ia menjawab: “Aku malu kepada Tuhanku. Aku sehat dan diberi nikmat selama tujuh puluh tahun, Tidakkah aku bersabar selama tujuh puluh tahun pula?” (Tafsir Ibnu Katsir)

Nabi Ayub As tidak marah pada Allah. Ia justru malu untuk “minta kesembuhan dirinya” Bagi Nabi Ayub As, sabar adalah bentuk cinta tertinggi. Dan saat itulah, sang istri pun pergi, meninggalkan Nabi Ayub As sendirian.

Fase 6: Tuduhan dari Orang Terdekat

Tak hanya sakit, miskin, dan sendiri bahkan orang terdekat mulai su’udzon. Dua saudaranya yang dulu setia menengok, suatu hari saling berkata: “Tahukah kamu? Demi Allah, pastilah Nabi Ayub As telah melakukan dosa besar yang belum pernah dilakukan siapa pun di dunia.”

Temannya heran, “Apa maksudmu?” “Delapan belas tahun lamanya, Allah tidak merahmatinya dan tidak menyembuhkannya. Pasti ia telah berdosa besar.”

Lalu saat mereka menjenguk Nabi Ayub As, salah satunya menyampaikan itu kepadanya. Dan Nabi Ayub As menjawab: “Aku tidak tahu apa yang kalian tuduhkan. Tapi Allah Maha Tahu.” (Al-Bidāyah wa An-Nihāyah, Jilid 2)

Fase 7: Doa Tanpa Tuntutan

Setelah bertahun-tahun sendirian, Nabi Ayub As akhirnya berdoa. Tapi bukan doa penuh keluhan. Bukan tuntutan. Hanya pengakuan yang lembut:

“Ya Tuhanku, sungguh aku telah ditimpa penyakit. Dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang dari semua penyayang.” (QS. Al-Anbiya: 83)

Fase 8: Jawaban dari Langit

Dan Allah menjawab:

“Hantamkan kakimu ke tanah. Itulah air sejuk untuk mandi dan minum.” (QS. Shad: 42) Air itu memulihkannya seketika

Tubuhnya sembuh. Wajahnya kembali tampan. Istrinya datang lagi. Hartanya dikembalikan dua kali lipat. Anak-anaknya lahir lagi. Ayub dikembalikan kepada kemuliaannya lebih dari sebelumnya.

“Semua itu Kami kembalikan sebagai rahmat dari Kami, dan sebagai pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Shad: 43)

Hikmah Besar dari Kisah Nabi Ayub

Dalam psikologi modern, kondisi seperti Nabi Ayub As bisa masuk dalam definisi “depresi berat dengan kehilangan total”. Tapi apa yang membuat Nabi Ayub As tidak runtuh? Karena Nabi Ayub As tidak menggantungkan makna hidupnya pada sesuatu yang bisa dicabut oleh dunia.

Nabi Ayub As tidak berkata, “Saya bahagia karena harta,” atau “Saya berharga karena anak-anak.”Ia tidak berkata, “Saya kuat karena tubuh ini sehat.” Nabi Ayub As hanya menggantungkan makna hidupnya pada satu hal yang tak bisa dicuri oleh takdir: (Ridha Allah)

Saat Semua Pergi, Allah Sedang Mengajarkan Kita: Siapa yang Tidak Pernah Pergi Mungkin kamu sedang seperti Nabi Ayub As, Kehilangan orang terdekat, Harta tak cukup, Badan tak sehat, Doa sepi, Tangis diam-diam, Tapi ingat,Nabi Ayub As tidak ditinggalkan Allah. Dia hanya sedang disucikan. Diuji, bukan dibenci.

Karena terkadang, Allah harus ambil semua, agar kamu sadar bahwa Dialah satu-satunya yang tak akan pernah pergi.Dan ketahuilah kalau Sakit bukan selalu azab. Kadang itu jalan naik kelas.

Jangan pernah menilai musibah orang lain dengan logika dosa. Bisa jadi mereka sedang dimuliakan di sisi Allah. Kadang Allah tidak mengangkat derita karena ingin mengangkat derajat.

Kadang Allah tidak mempercepat doa karena ingin memperdalam iman. Dan pada akhirnya, ketika semua orang pergi, Ayub tahu satu hal: Allah tidak pernah meninggalkannya.

Sumber:

Al-Bidāyah wan-Nihāyah, Ibnu Katsir, Jilid 2

Tafsir Ibnu Katsir, Surah Shad: 42–43 dan Al-Anbiya: 83

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post