18142 Nqh

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SAMASABU, Menulis dan Candu-lah (Resume Sosialisasi Gerakan Literasi Nasional)

SAMASABU, Menulis dan Candu-lah (Resume Sosialisasi Gerakan Literasi Nasional)

Sosialisasi Program Gerakan Literasi Nasional- SAMASABU

Program SAMASABU (Satu Mahasiswa Satu Buku) merupakan sebuah program yang dirancang oleh Mediaguru bagi mahasiswa untuk menulis satu buku setiap mahasiswa. Program ini dirancang dalam rangka mewujudkan kegiatan menulis yang sesuai dengan literasi nasional dan membangun semangat menulis dalam diri mahasiswa. Untuk itu, diadakanlah sebuah Sosialisasi Program Gerakan Literasi Nasional untuk memperkenalkan kepada mahasiswa terlebih dahulu mengenai program SAMASABU melalui kuliah umum dengan materi dasar Daya Guna Menulis. Sosialisasi ini dilaksanakan di Fakultas Psikologi Universetas Sumatera Utara pada hari Jum’at, 26 April 2019 di Gedung Serbaguna.

Sebelumnya, Mediaguru telah melaksanakan program yang serupa bagi guru, siswa, dan dosen dengan judul program masing-masing SAGUSABU, SASISABU, dan SADOSABU. Keberhasilan yang didapatkan dari program yang telah dilaksanakan sebelumnya membuat Mediaguru pada akhirnya ingin mewujudkan hal yang serupa pada mahasiswa.

Sosialisasi dimulai pada pukul 08.00, dibawakan oleh Kak Dina Nazriani selaku MC. Demi kelancaran acara, do’a dipanjatkan dipimpin oleh salah satu mahasiswa. Setelah itu Wakil Dekan dua Fakultas Psikologi USU menyampaikan kata-kata sambutan. Beliau berharap program yang direncanakan ini akan membantu mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan dan semangat dalam menulis.

Setelah kata sambutan dari Wakil Dekan dua, pemateri mengambil alih acara. Pembicara materi ialah Bapak Mohammad Ihsan yang saat ini sedang menjabat sebagai CEO Majalah Literasi Indonesia. Beliau memulai dengan perkenalan diri dan menampilkan sejumlah riwayat profesi yang pernah dijabat oleh beliau. Acara ini pun kemudian berlanjut dengan penjelasan mengenai rangkaian kegiatan yang pernah dilaksanakan oleh tim Mediaguru.

Pada tanggal 24-25 November 2018, Mediaguru melangsungkan acara Temu Nasional Guru Penulis 2018 dalam rangka mengembangkan potensial guru dalam penulisan. Bagaimana acara ini bermula adalah pada tanggal 25 Mei 2016 membuat majalah Mediaguru sampai tanggal 11 Desember 2016. Kemudian di tanggal 15 Januari 2017 setiap guru ditantang menulis sebuah buku tunggal. Peluncuran buku yang pertamakali pun dilakukan pada tanggal 20-21 Mei 2018. Sejak ada Mediaguru, mendadak bermunculan guru-guru penulis baru. “ Seperti salju yang jatuh dari langit pada malam hari, kemudian menutupi seluruh jalanan saat kita membuka mata di pagi hari”, ucap bapak Ihsan.

Kemudian kendala muncul ketika buku yang bermunculan berjumlah ribuan. Gudang Mediaguru saja tidak akan cukup untuk mengarsipkan seluruh buku itu, lalu timbul inisiatif dari Bapak Mohammad Ihsan. Untuk menghargai karya yang bermunculan tidak hanya dari guru tersebut, melainkan dari siswa dan juga dosen. Mediaguru mengusahakan akses ke Kemendikbud. Namun karena waktu dan kesempatan yang tidak memadai untuk memeriksa satu-persatu kelayakan buku tersebut untuk disimpan di Kemendikbud, Mediaguru mengusulkan jalur lain. Mediaguru kemuadian membuat website untuk mengakses buku yang ada di gudang mereka, yaitu Katalog.mediaguru.id.

Selanjutnya Bapak Mohammad Ihsan menjelaskan kebetulan yang direncanakan dalam setiap judul program yang mengandung kata “SABU”. Seperti yang kita tau bahwa sabu merupakan zat adiktif yang bisa membuat kecanduan. Dalam hal ini, diharapkan program-program yang dijalankan mampu membuat peserta kecanduan dalam berkarya tulis. Tidak ada alasan untuk tidak menulis, namun kebanyakan mahasiswa juga tidak mempunyai alasan untuk menulis atau justru masih belum tau bagaimana caranya menulis. Dengan sedikit candaan beliau mengusulkan sebuah peraturan yang bisa dijalankan oleh rektor agar mahasiswa menemukan alasan untuk menulis. Yaitu peraturan agar setiap mahasiswa menulis setidaknya satu buku, jika tidak dilaksanakan maka tidak akan bisa wisuda. Lalu rencana yang sedikit menyenangkan adalah, peraturan yang menetapkan jika mahasiswa menulis satu buku maka akan diberi beasiswa satu juta.

Beliau memaparkan bahwa untuk menulis kita harus menemukan keuntungan yang hendak kita capai dengan menganalogikan seorang pembersih toilet dengan gaji yang berbeda namun dengan tingkat kekotoran toilet yang sama. Pembersih dengan gaji yang lebih tinggi akan mengerjakan pekerjaannya dengan perasaan bahagia. Namun demikian, sebenarnya penyelesaian dari menulis itu sendiri bisa kita jadikan sebagai effort. Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dalam menulis. Diantaranya adalah: Menambah ilmu/wawasan, sebagai media terapi, mempermudah skripsi, berpotensi mendatangkan income, bekal dunia kerja, latihan memecahkan masalah, meningkatkan daya ingat dan masih banyak lagi keuntungan yang lainnya yang bisa kita peroleh dari menulis. Apapun itu, secepatnya kita harus menemukan alasan untuk menulis.

Dalam ajaran agama Islam, ketika seseorang mati maka terputuslah semua amalannya kecuali amal jariyah. Salah satu amal jariyah adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat dapat kita salurkan dengan menulis. Beliau pun menampilkan sebuah cerita tentang rekan beliau, Tjandra Heurawan seorang guru fisika SMP yang menulis buku mengenai alat praktek dari barang bekas dengan judul Laga si Rangkas.

Untuk menjadi seorang penulis yang handal, kita juga perlu membaca. Membaca dapat memperluas wawasan kita sehingga kita dapat menempatkan kata-kata dengan baik dalam tulisan dan menghsilkan sebuah karya yang mendukung kemajuan literasi nasional. Lalu Bapak Mohammad Ihsan menampilkan sebuah video yang memperlihatkan seorang monyet yang menggiring seekor anjing menyebrang di perairan. Awalnya si anjing tidak mau menyebrang. Namun dengan tarikan dari tangan monyet, pada akhirnya anjing tidak punya pilihan lain selain melompat untuk menyebrang. Melalui analogi ini kita mendapat pelajaran bahwa “Sukses itu perlu dipaksa”, demikian kata Bapak Mohammad Ihsan. Selama ini kebanyakan dari kita takut untuk melangkah sukses karena banyak pertimbangan, banyak kekhawatiran, takut akan kegagalan. Pada kenyataannya kita sedang dalam fase “Sindrom tali kekang gajah”. Kita tidak berani untuk mencoba lari karena mungkin sebelumnya kita pernah mencoba namun gagal. Padahal kita pasti akan berhasil lolos dari kekangan itu jika kita berusaha lebih keras lagi.

Acara ini kemudian berlanjut pada sesi tanya jawab dengan Bapak Mohammad Ihsan. Ada enam orang penanya yang mendapatkan hadiah berupa sebuah buku karya mahasiswa . Acara ini pun kemudian di tutup dengan sesi foto.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post