Ibu, Ciptakanlah Bahagiamu
Tantangan Hari ke - 3
#TantanganGurusiana
by : ANA
Sekilas tampak senyum itu terlihat sumringah. Tanpa beban dan begitu riang. Gurat renta mulai menepi di garis bibir dan matanya. Namun, keriangan yang tak tercipta dari seorang Nenek 5 cucu 4 anak berusia 64 tahun tersebut, sungguh mengingatkanku pada sosok Ibu.
"Ibu, jadi anaknya punya berapa?" tanya Bu Mirna pada Nenek tersebut. Dengan gelak tawa yang masih terdengar dari bibir tipisnya.
Sepintas, tak terlihat bahwa dia telah berusia 64 tahun. Dan tak ada yang menyangka bahwa cucu pertamanya saja sudah mau wisuda S1. Dari jawaban si Nenek, Aku jadi tahu. Bahwa hidupnya di rumah cuma berdua dengan suami tercinta yang sudah pensiun dini 18 tahun silam. Usia suaminya yang sekarang tengah mencapai usia 78 tahun.
Hampir tidak percaya, jika diusia mereka yang mendekati senja, masih produktif mengisi masa pensiun dengan berjualan dan membuka usaha catering. Si Nenek masak dengan tangannya sendiri, si Kakek membantu bahkan tak jarang berbagi tugas berbelanja bahan kebutuhan ketika ada pesanan kue atau catering si Nenek.
Bukan karena anaknya tidak mampu memberikan nafkah dan tunjangan masa tua mereka. Justru, karena mereka ingin menghibur hati mereka dengan kesibukan dan keceriaan. Bagaimana tak kesepian hidup sepasang Nenek dan Kakek itu, jika keempat anaknya sudah menikah dan punya kehidupan sendiri. Bahkan, salah satu dari keempat anaknya ada yang tinggal di Amerika.
Usaha yang dilakukan Nenek Kakek tersebut, semata-mata karena ingin menciptakan kebahagiaan sendiri. Tidak merasa kesepian dan merasa diabaikan oleh anak-anaknya. Si Nenek berkata, "Jangan pernah menangisi anak-anak yang sibuk dan lupa keberadaan kita. Udah aja kita isi waktu kita dengan bermanfaat dan bebas membuat hati kita bahagia. Saya sering jalan-jalan berdua Opa, bahkan keliling eropa juga sendiri tanpa anak-anak. Ketika anak kta menelpon atau pulang, ya kita sambut dengan bahagia. Artinya kita masih dianggap ada dan mereka ingat masih punya orang tua. Tapi ketika mereka sibuk dan lupa telp atau berkunjung, kita tak pernah menangisi hal itu. Karena kita juga lupa kalau anak kita lupa dan sibuk."
Sungguh, kalimat itu membuat Aku terperosok jauh ke dalam jurang kerinduan pada Ibu. Sosoknya yang jauh dari ketiga anak perempuannya, setiap hari sendiri di rumah. Hampir tak pernah protes ketika kami lupa menelpon atau bertanya kabar. Justru, Ibulah yang kerap bertanya kabar kami.
Hampir kesehariannya diisi dengan kegiatan positif untuk menciptakan rasa bahagia diruang hatinya yang kesepian. Tanpa anak, cucu, dan suami yang bekerja diluar kota. Ibu, ciptakan bahagiamu tanpa kami. Agar masa tua Ibu tak merasa sendiri dan tak merasa diabaikan kami, anak-anak Ibu.
Aku bisa bayangkan, pasti kesepian akan mendera dimasa tua jika anak-anak tak ada satupun yang menemani. Ketika anak-anak masih kecil, selalu menangisi ibunya. Jika Ibunya sudah tua dan anak beranjak dewasa, mungkin kita jarang menemani mereka dan tak tahu air mata tangis kerinduannya. Tanpa kesibukan, mereka akan menderita dalam kesepian. Itulah, kenapa suami atau istri hidup di dunia ini, perlu saling melengkapi dan membutuhkan satu sama lain. Sesayang apapun pada anak, tetap mereka akan meninggalkan kita suatu hari nanti.
Tangerang, 10 Februari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wah, jangan takut menua Bu. Sukses selalu dan barakallahu fiik
Iya bund. makasih
Ya bund bener banget. Semoga sehat dan sukses selalu ya bund.
aiya bunda. Makasih