Aan Nurchayati, M.Pd

Jangan pernah berhenti bermimpi, karena dari mimpilah kita bisa jatuh bangun diantara bintang-bintang....

Selengkapnya
Navigasi Web
Terkait Gelar Akademik
Fhoto pasca sidang tesis Uhamka

Terkait Gelar Akademik

Tantangan hari ke 8

#TantanganGurusiana

by : ANA

Beberapa waktu silam, seorang teman mengatakan padaku bahwa bagi dia gelar itu tidak penting untuk di cantumkan atau disematkan dalam namanya. Ketika itu, dalam sebuah acara normal, sebagai MC Aku takut salah menyebutkan gelar temanku. Namun, jawaban yang kuperoleh hanya sebuah kalimat yang jauh dari pandanganku ke depan ketika belum menyandang gelar akademik.

"Bu, maaf gelar S2 nya apa?" saat itu Aku bertanya dengan polosnya.

Karena saat itu hadir pula para pejabat pendidikan terkait. Dan yang kuketahui hanya gelar S1 dari temanku tersebut.

"S.Pd aja Bun. Gak usah mencantumkan yang lain-lainnya." jawab temanku dengan senyum simpul.

Mulutku hanya bergumam, "oh."

Setiap orang mungkin punya cara pandang sendiri. Tak mau dianggap terlalu sombong atau merasa lebih tinggi pendidikan dan gelarnya. Jadi, sikap temanku sedikit menamparku waktu itu. Tapi, ada sisi lain yang bicara dalam hati. Bahwa, ini sikap yang aneh. Kenapa temanku tak ingin mencantumkan gelar akademiknya sesuai pendidikan yang telah dia capai? Apakah dia kurang percaya diri hasil belajarnya?

Pagi ini, Aku diminta menghadiri acara pra muktamar Muhammadiyah di kampus tempatku mengajar. Sebagai perwakilan dari dosen di Fakultas kami. Pembicaranya adalah pemerhati pendidikan tingkat provinsi. Ada Pak Rektor juga sebagai nara sumber. Ada yang menggelitik saat tema terakhir di sesi satu disampaikan. Yaitu Arah baru PAUD. Cukup menarik dari tema lainnya.

Nara sumber tersebut mengungkapkan, bahwa pentingnya kualifikasi seorang guru tingkat PAUD. Bukan hanya mereka yang mengenyam pendidikan SMA lalu bisa serta merta dinobatkan sebagai guru. Bagi mereka belum diakui statusnya sebagai guru jika masih berasal dari lembaga Paud non formal.

Maraknya pembukaan PAUD yang diadakan oleh tingkat ibu-ibu PKK dan posyandu, telah merubah sedikit haluan pendidikan PAUD. Disitulah pentingnya sebuah kualifikasi akademik seorang guru. Gelar akademik pun menjadi acuan bahwa kita selayaknya bisa mengabdikan diri sebagai pendidik yang pantas menyandang titel guru.

"Jangan malu menggunakan gelar anda pada nama anda. Karena disitulah akan lahirnya pengakuan secara formal sebagai pendidik. Kita sudah susah payah berjuang mencapai pendidikan tingkat lanjutan, semata untuk memperbaiki kualitas daripada pengetahuan dan keterampilan diri, ketika pengakuan tersebut diperkuat dengan selembar kertas bernama ijazah, maka anda harus bangga akan pencapaian tersebut. Jangan mau disamakan dan disetarakan dengan mereka yang hanya lulusan SMA lalu merubah dan membuat sistem pendidikan malah keluar dari jalur semestinya." ungkap DR. Rismayani, S.Pd, M.Si

Ya, kini wawasanku semakin terbuka. Memang betul, pendidikan itu penting. Pencapaian akademik itu kuncinya pada ijazah dan gelar. Demi sebuah gelar, menempuh pendidikan selama 5 tahun bagi yang S1, dan 2 tahun bagi S2 alangkah naifnya bila ketika di sahkan, menganggap itu tidak penting. Mungkin, bagi mereka yang tak berkenan gelarnya dicantumkan barangkali mereka khawatir ijazahnya diusut legalitas dan kebenarannya.

Wallahu 'alam bishowaab.

Tangerang, 15 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap

15 Feb
Balas

Iya bunda... makasih

15 Feb



search

New Post