ABAS

GURU SMPN 3 PAGADEN SUBANG.Pengurus PGRI Kabupaten Subang. Mengajar pula di SMA PGRI 1 Subang ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hukuman Yang Mendidik

Hukuman Yang Mendidik

Suara musik rebana terdengar samar-samar. Tapi cukup untuk aku mengingatnya. Ya, surau yang biasa dipakai anak-anak desa untuk belajar mengaji. Malam itu, sekitar pukul 19.20WIB, aku baru sadar ada latihan musik rebana. Kosidah tardisional yang sering diamainkan ketika selesai salat isya. Pelatihnyapun bukan tenaga profesional. Melainkan seorang guru ngaji yang baru berusia sekitar 50 tahunan.

Aku langsung berangkat menuju surau tersebut. Benar saja, ketika sampai disurau beberapa anak desa sedang memainkan alat musik rebana tradisonal. Akupun berusaha bergabung dengan mereka. Akan tetapi, rupanya guru ngaji baru mengetahui kedatangananku yang tidak ikut salat isya berjamaah.Spontan guru ngaji memanggilku dengan bahasa yang sopan. Walaupun bahasanya sopan, tapi cukup disegani oleh santri-santri yang ada di kobong tersebut. Aku langsung menghampirinya. Duduk berhadapan tapi tidak cukup keberanian untuk melihat wajahnya. Aku benar-benar seperti pesakitan. Sementara santri yang lain, dengan naluri seninya menyanyikan beberapa lagu musik islami. Seakan-akan tahu benar bagaimana irama detak jantungku.

Aku teus terdiam. Sementara guru ngajiku terlihat dengan susut mataku begitu nikmat minum secangkir kopi. Tak lama kemudian, beberapa pertanyaan terlontar. Aku pun dengan sigap menjawabnya. Sebab semua santri sangat paham bagaimana bila terjadi pelanggaran. Aku terus berusaha meyakinkan guru ngaji tersebut agar tidak memberikan hukuman. Usahaku hampir berhasil. Akan tetapi ketika ditanyakan mengapa tidak salat berjamaah, aku hanya bisa menjawab alakadarnya. Rupanya itulah yang menyulut keinginan guru santri memberikan hukuman kepadaku.

“Kamu sekarang tidak diijinkan ikut latihan Rebana”demikian kungkapnya. Aku pun tidak menjawabnya. Hanya anggukkan kepala yang menyatakan setuju.

“Kamu harus membaca Al Quran” demikian lebih lanjut.

Aku cukup kaget. Sebab bila hukuman itu membaca Quran dipastikan beberapa Juz harus aku baca sampai latihan rebana itu selesai. Tanpa banyak bicara, akupun langsung mengambil Al Quran yang tidak jauh dari sampingku. Aku langsung membacanya dalam pengawasan guru ngajiku.Padahal dalam hati erus berkecamuk tidak karuan.Aku sangat menyesal hanya karena hal yang spele aku harus menerima hukuman. Akan tetapi, dalam benakkupun berpikir “Hitung-hitung menghapal dan menyelesaikan tugas yang belum diselesaikan” demikian gumamku. Hukuman yang sangat mendidik. Pikirku. Aku terus membaca Al Quran sampai waktu latihan rebana selesai.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post