Abd. Karim Tahir

Tinggal di Gowa - Sulawesi Selatan. Guru IPS SMP Negeri 1 Parangloe Kab. Gowa dan Ketua Pusat Belajar Guru (PBG) Gowa....

Selengkapnya
Navigasi Web

Arisan Politik

Perbincangan di arisan ibu-ibu biasanya sangat standar. Warna jilbab, harga baju, jenis makanan, rasa masakan. Pokoknya tidak jauh-jauh dari masalah yang di hadapi ibu-ibu sepanjang hari (maaf ibu-ibu). Ini berdasarkan pengalaman saya menjadi pengantar setia seorang penggiat arisan, yang untuk menghormati kode etik jurnalistik, namanya sengaja tidak disebutkan.

Tetapi arisan kali ini sangat berbeda. Obrolan ibu-ibu melenceng jauh dari tema wajibnya. Mereka mendadak tidak peduli dengan warna jilbab, lupa bahwa teman di sampingnya memakai baju baru, bahkan rasa masakanpun tak dipeduli.

Saya melongo dengan ekspresi heran tak karuan. Betapa tidak, tiba-tiba panggung debat capres cawapres dihamparkan di depanku. Bukan Jokowi dan Prabowo yang tukar menukar pertanyaan dan jawaban tetapi ibu-ibu arisan yang meriuhkan suasana, berdebat tentang dua pasangan capres cawapres dukungan mereka. Tentang keunggulannya, janji-janjinya, dan harapan-harapannya.

Ibu-ibu ini berdebat bebas tanpa moderator dan debatnya betul-betul seru, memanas. Debat sungguhan, bukan debat-debatan seperti yang dipertontokan oleh dua pasangan capres cawapres di televisi yang amat membosankan. Setelah itu diulas dengan sangat berlebihan oleh pendukung-pendukungnya dan membuka ruang debat baru yang mengotori ruang-ruang publik dengan ujaran kebencian yang selangit.

Politik memang kejam. Bahkan acara arisan saja yang biasanya santai dibuatnya tegang. Bagaimana pula dengan mereka yang terlibat langsung dalam "dunia tipu-tipu ini". Bisakah mata mereka terpejam? Ahh..entahlah.

Iwan Fals dalam salah satu lirik lagunya menyebut negeri ini, "negeri para penipu". Mungkin ada benarnya jika mengamati prilaku sebagian politikus. Politik bagi mereka adalah tempatnya orang menjual janji termanis hingga banyak yang terbuai dan lupa diri. Mempermainkan perasaan orang banyak dengan harapan-harapan palsu kelewat batas. Anehnya banyak yang percaya dan bahkan memuja hingga siap mati karenanya. Atau minimal siap mendebat siapa saja yang bersebrangan dengannya. Membuat tipuan demi tipuan untuk memenangkan kompetisi dengan segala cara, termasuk cara yang paling keji sekalipun, memfitnah! Kita adalah korban dari politik tak bermartabat. Politik yang berujung pada kekuasaan dan melanggengkan kekuasaan dengan cara apapun.

Padahal sejatinya, kekuasaan hanyalah wasilah untuk menunjukkan bakti pada kepentingan rakyat, menegakkan hukum secara adil, memberikan rasa aman, dan menegakkan amar ma'ruf serta mencegah segala bentuk kemungkaran. Tetapi mengharapkan itu terwujud pada sistem yang rusak ini, sepertinya kita sedang bermimpi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bermimpi indah atau malah menyeramkan. Entah lah... salam bahagia selalu.

16 Apr
Balas

Salam kenal bu..

16 Apr

Kalau nurut bang Iwan Fals politik mah asyik enggak asyik. Salam kenal.

16 Apr
Balas

Oh..salah yaa..maaf Salam kenal pak

16 Apr



search

New Post