Abd. Karim Tahir

Tinggal di Gowa - Sulawesi Selatan. Guru IPS SMP Negeri 1 Parangloe Kab. Gowa dan Ketua Pusat Belajar Guru (PBG) Gowa....

Selengkapnya
Navigasi Web

HARAP SENANG, UJIAN SEDANG BERLANGSUNG

Hari ini Ujian Nasional untuk SMP dan USBN untuk SD dimulai. Apa yang paling dirasakan ketika menghadapi ujian? Pada umumnya ada perasaan tegang, gelisah dan bahkan ada yang mendadak jadi langganan toliet. Sedemikian horornya ujian itu. Tetapi itu dulu, ketika sistem belum memanjakan kita. Saat manusia masih hidup dalam fase keluguan, belum banyak terkontaminasi oleh virus “peradaban” yang tidak beradab. Ketika budaya malu masih menggelantung di langit-langit hati. Ketika kecurangan masih dianggap sebagai perbuatan terkeji yang pelakunya rela membuang dirinya ke laut, andai tak ingat dosa. Maka wajar ketika itu, ujian disakralkan, suasananya di-silent-kan se-silent mungkin, digerbang sekolah dipasang pengumuman “HARAP TENANG! UJIAN SEDANG BERLANGSUNG.” Tanpa disadari bahwa perlakuan demikian justru membuat suasana ujian serasa sedang di kuburan, seram!

Waktu berlalu, tibalah saatnya ketika Ujian Nasional tak lebih dari sekedar formalitas. Tidak berpengaruh terhadap kelulusan siswa, anehnya tetap dipertahankan. Padahal untuk pelaksanaannya pemerintah harus mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit. Dalam kondisi seperti ini, Ujian Nasional kehilangan aura kesakralannya. Tidak sedikit anak-anak bisa menghadapi ujian dengan santai tanpa beban. Perhatikan saja, status whatsapp seorang siswa: “HARAP SENANG, UJIAN SEDANG BERLANGSUNG.” Hehe…seru kan?

Kalimat ini pernah viral di Twitter beberapa waktu lalu dan mungkin hanya candaan yang merujuk kepada percakapan Najwa Shihab dengan Maudy Ayunda di chanel Youtube yang memberi kesan bahwa terkadang ujian itu menyenangkan. Tetapi bukankah ujian selayaknya memang dijalani dengan enjoi, santai tanpa settingan suasana yang menegangkan. Bagaimana mungkin orang bisa berpikir tenang dalam keadaan tegang? Orang sejenius Arbert Einstein pun akan ngambek jika diminta memecahkan rumus-rumus fisika di hadapan genderuwo. Saya yakin tokoh-tokoh penemu di masa lalu yang karya-karyanya kita nikmati hari ini adalah mereka yang menikmati kenyamanan berpikir dan berbuat tanpa tekanan.

Jadi sebaiknya kita berhenti mendramatisir Ujian Nasional karena akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada anak-anak. Sudahi kegiatan-kegiatan yang bisa memancing suasana tegang dan menegangkan. Saya malah membayangkan anak-anak kita menyambut Ujian Nasional seperti Umat Islam menyambut Idul Fitri setelah sebulan berpuasa, bahagia tiada terkira. Dosa-dosa akan terampuni, kembali suci sebagaimana seorang bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya. Demikian juga dengan Ujian Nasional. Setelah anak-anak menjalani pendidikannya selama enam tahun (SD) atau tiga tahun (SMP dan SMA) maka tibalah saatnya bergembira dengan menyambut datangnya Ujian Nasional. Betapa tidak senang, selesai ujian mereka akan lanjut pada tingkatan sekolah yang lebih tinggi. Anak SD ke SMP, SMP ke SMA, dan SMA ke Perguruan Tinggi, sudah semestinya mereka bahagia.

Apa mungkin anak bisa menghadapi ujian dengan perasaan senang? Bisa saja! Asalkan mereka dipersiapkan dengan baik dalam menghadapinya. Perbaikan sistem pembelajaran, pendalaman materi-materi ujian sejak awal serta memberikan pemahaman yang benar tentang ujian. Sehingga saat ujian tiba anak-anak akan santai menghadapinya. Seorang teman pernah mengatakan bahwa ujian adalah saatnya untuk merilekskan otak, melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa menyegarkan pikiran. Bukan lagi saatnya belajar mati-matian menyiksa diri hingga harus begadang semalam suntuk.

Mengapa anak-anak dan juga gurunya tegang ketika ujian berlangsung? Karena kurangnnya persiapan. Pembelajaran dipaksakan pada detik-detik menjelang ujian sehingga tidak maksimal. Bagaimana mungkin mereka bisa santai? Santai dalam kondisi seperti ini adalah santai yang masa bodoh.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post