Pedagang Pepaya

#TantanganGurusianaSeri2 Hari Ke-247

Namanya Eka. Tapi bukan seorang wanita. Ia merupakan lelaki yang sehari-hari menjadi pedagang pepaya.

Pada Minggu pagi (4/9/22), Eka sudah menuju pasar. Letaknya di kelurahan Terjun Medan Marelan, Medan. Pasar ini biasa juga disebut dengan Pasar Uka.

Berdagang pepaya itu sudah dilakoninya selama 5 tahun. Ia mengambil pepaya dari kampung halaman ayahnya di Mandailing Natal. Sekali seminggu ia memesan pepaya sebanyak 2 ton. Jumlah pesanan ini disesuaikan dengan rata-rata penjualannya setiap hari, yakni 300 kg.

Agar buah yang ia beli bisa dijual merata setiap harinya, ia harus berstrategi. Pepaya yang ia beli kematangannya harus berbeda. Misalnya 600 kg kematangan 80 persen. 600 kg berikutnya kematangan 70 persen, sisanya kematangan 60 persen. Dengan pengaturan kematangan itu, semua buah dapat didistribusikan pada saat buahnya telah matang.

Dalam sekali pengiriman pepaya dari Mandailing Natal, selalu ada saja buah yang kurang mulus. Apakah lebam karena tertimpa selama dalam perjalanan, atau karena memang kondisi buahnya yang kurang sempurna. Maka untuk menyiasatinya, Eka akan terjun langsung untuk mengecer buahnya di pasar.

Disela-sela menjadi pedagang buah peoaya, sebenarnya Eka memiliki pekerjaan lainnya. Ia mengajar disebuah Sekolah Dasar disekitar tempat tinggalnya kecamatan Medan Deli, Medan. Statusnya sebagai PNS dan mendapat tunjangan prosesi pendidik, cukup lumayan dalam membantu perekonomian keluarganya.