Menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), adalah tanggungjawab dari setiap satuan pendidikan. KTSP atau kurikulum sekolah disusun setiap akhir tahun pelajaran atau sebelum memasuki tahun pelajaran baru. Jika tahun pelajaran baru 2020/2021 dimulai pada 13 Juli 2020, itu artinya mulai pertengahan bulan Juni ini sampai minggu kedua bulan Juli, Tim Pengembang Kurikulum (TPK) harus bekerja marathon menyusun kurikulum. TPK harus dipastikan menghasilkan dokumen kurikulum yang sudah “ready” atau siap pakai sebelum tanggal 13 Juli 2020.

Pertanyaannya adalah, bagaimana dengan konten atau isi kurikulum yang seharusnya disusun sekarang. Apakah disusun dengan berdasar pada asumsi kondisi normal? Ataukah perlu penyesuaian dengan kondisi menuju new normal? Jika kontennya disusun berdasarkan kondisi normal (sebelum pandemi covid) maka dipastikan ketuntasan kurikulum akan jauh panggang dari api. Karena model pembelajaran dengan penerapan “belajar dari rumah” tidak akan menuntaskan kurikulum. Sementara jika disusun berdasarkan kondisi menuju “new normal”, hingga hari ini kita belum memiliki panduan penyusunan yang biasanya diterbitkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

Tidak adanya kepastian di saat pandemi Covid-19, membuat dunia pendidikan kita harus melakukan reorientasi dalam banyak hal, khususnya penyelenggaraan kurikulum di satuan pendidikan. Meskipun dibuat skema protokoler agar bidang pendidikan tetap berlangsung nanti di masa new normal, namun rencana penyelenggaraan praktik pendidikan secara langsung tatap muka menuai banyak kritikan dan juga penuh kekhawatiran.

Dunia pendidikan saat ini seolah terdisrupsi oleh teknologi dalam pendidikan itu sendiri, dan tergerus oleh 'kenyamanan' guru pada model pembelajaran tatap muka yang mengandalkan teachers center. Dengan berbagai kendala tersebut, seharusnya segera dilakukan penyesuaian kurikulum baik dalam bentuk tatap muka langsung,  maupun jika harus menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh (daring) dengan segala keterbatasan yang ada.

Disaat transisi (new normal) tidak bisa lagi pendidikan diselenggarakan dengan cara dan metode yang sama seperti sebelum adanya pandemi Covid-19. Sudah saatnya dilakukan kajian mendalam untuk menyesuaikan kurikulum pendidikan agar memiliki daya tahan dan fleksibilitas tanpa mengurangi kualitas penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Jangan sampai memaksakan pembelajaran tatap muka langsung meskipun berada di zona hijau, namun praktik pendidikan masih sama dengan apa yang disuguhkan selama masa pandemi tiga bulan ke belakang yang menuai banyak kritikan.

Hal ini menjadi sangat penting, karena siswa yang saat ini menempuh pendidikan di masa pandemi merupakan bagian dari generasi emas 2045. Sudah tentu sumber daya manusia yang ada saat ini harus diberikan akses dan kualitas pendidikan yang bermutu, sehingga arah pendidikan dapat terlaksana, yaitu membentuk sumber daya manusia yang unggul di masa depan, bertaqwa, berkarakter, berakhlak mulia, meneguhkan nilai budaya Indonesia dan Pancasila.

Salamaki To Pada Salama

#Soppeng, 13062020

#TantanganMenulis90Hari

#HariKe-84

#TantanganGurusiana